Migrasi Dari Multiply
Tuesday, January 1, 2013
Seberapa Erat Anda Berkawan di Ruang Maya? ^__^
Membaca cerita fiksi Liya yang ini, membuat saya teringat sebuah gambar kartun yang saya dapat dari internet. Kartun yang membuat saya tersenyum, yang meskipun tidak harfiah, tapi amat dalam maknanya: "on the internet, nobody knows you're a dog".
Menurut saya, pertemanan di ruang maya mudah di diawali pun jangan sungkan tuk diakhiri bila hanya mendatangkan kesusahan, sebagaimana tulisan seorang teman: bertemanlah ...............sampai DELETE memisahkan kita
Monday, November 14, 2011
Hati-hati buuuuuuu.............
Hari sabtu kemarin untuk suatu keperluan saya pergi ke rumah nenek di Talaga (Majalengka) dengan mengendarai motor. Untuk menghindari arus sumedang yang padat, saya memilih jalur memutar ke limbangan, malangbong, wado, bantarujeg, talaga. Bagi yang mau tahu silahkan buka gugel map.
Berangkat dari rancaekek pukul 11 siang, karena pagi ada jadwal pemantapan menghadapi UN untuk siswa kelas 6. Perjalanan awal terbilang lancar karena jalan lumayan kosong. Sampai di jalan yang berliku-liku, di daerah limbangan saya memacu motor saya dengan kecepatan 60 km/jam. Lumayan ngebut untuk ukuran saya sendiri apalagi mengingat jalan yang berkelok-kelok.
Di sebuah tikungan, tiba-tiba saja saya berhadapan dengan sebuah truk berukuran jumbo yang sedang menyalip sebuah minibus dengan kecepatan tinggi. Tak mungkin saya hanya sekedar mengerem, karena truk tersebut melaju tepat kearah saya. Mau tidak mau saya banting stir (eh, setang) turun ke bahu jalan di sebelah kiri. Sempat hilang kendali juga, karena bahu jalan berupa tanah berpasir dan berkerikil, sehingga ketika saya mengerem, ban motor malah menggelusur. Hups............ untung Allah masih melindungi saya.............
Beberapa siswi smp yang berada di pinggir jalan tersebut bergegas menghampiri saya. Pada saat itu saya sudah berhasil mengendalikan motor dan kembali ke badan jalan. Saat saya berlalu dari situ, salah seorang siswi SMP tersebut berteriak " hati-hati buuuuuuuuuuuuu....."
Saya yang saat itu sedang pengen ngamuk-ngamuk memaki si supir truk ga kesampaian karena truknya sudah jauh berlalu, tiba-tiba saja merasa nyesssss............, serasa hati saya disiram oleh air dingin. Ah, perhatian sederhana dari seorang tak dikenal ternyata terasa begitu menyejukan.
Terima kasih ya naaak
gambar nyomot disini
Berangkat dari rancaekek pukul 11 siang, karena pagi ada jadwal pemantapan menghadapi UN untuk siswa kelas 6. Perjalanan awal terbilang lancar karena jalan lumayan kosong. Sampai di jalan yang berliku-liku, di daerah limbangan saya memacu motor saya dengan kecepatan 60 km/jam. Lumayan ngebut untuk ukuran saya sendiri apalagi mengingat jalan yang berkelok-kelok.
Di sebuah tikungan, tiba-tiba saja saya berhadapan dengan sebuah truk berukuran jumbo yang sedang menyalip sebuah minibus dengan kecepatan tinggi. Tak mungkin saya hanya sekedar mengerem, karena truk tersebut melaju tepat kearah saya. Mau tidak mau saya banting stir (eh, setang) turun ke bahu jalan di sebelah kiri. Sempat hilang kendali juga, karena bahu jalan berupa tanah berpasir dan berkerikil, sehingga ketika saya mengerem, ban motor malah menggelusur. Hups............ untung Allah masih melindungi saya.............
Beberapa siswi smp yang berada di pinggir jalan tersebut bergegas menghampiri saya. Pada saat itu saya sudah berhasil mengendalikan motor dan kembali ke badan jalan. Saat saya berlalu dari situ, salah seorang siswi SMP tersebut berteriak " hati-hati buuuuuuuuuuuuu....."
Saya yang saat itu sedang pengen ngamuk-ngamuk memaki si supir truk ga kesampaian karena truknya sudah jauh berlalu, tiba-tiba saja merasa nyesssss............, serasa hati saya disiram oleh air dingin. Ah, perhatian sederhana dari seorang tak dikenal ternyata terasa begitu menyejukan.
Terima kasih ya naaak
gambar nyomot disini
Thursday, May 19, 2011
A Lost Moment
Melihat sebuah mobil bak terbuka dengan tumpukan kardus dibelakangnya dijalan yang berlubang-lubang parah membuat mobil tersebut terlihat miring miring mengkhwatirkan. Hasrat hati ingin mengabadikan adegan tersebut (siapa tahu bisa dapet pulitzer award) apa daya sedang mengendarai motor. Mencoba berhenti untuk mengambil foto eh si mobil berlalu meninggalkan tukang foto kesiangan.
Akhirnya tancap gas untuk mengejar si mobil, beruntung mobil tertahan lintasan kereta, akhirnya berhasil mengabadikan gambar si mobil. Sayang seribu sayang, jalanan dekat lintasan kereta licin mulus sehingga adegan dramatis kemiringan mobil tidak nampak. Melayang deh pulitzer awardnya................
Btw, pernah ada pulitzer yang dianugerahkan untuk foto yang diambil pakai kamera hp ga sih? ^___^
Lokasi: Lintasan pintu kereta Rancaekek
Tuesday, May 17, 2011
Calon Politikus Masa Depan
Sekolah tempat saya mengajar merupakan fullday school, artinya siswa seharian berada di sekolah. Konsekwensinya sekolah harus menyediakan makan siang untuk siswa dan guru.
Masalahnya, terkadang menu yang disediakan sekolah tidak menarik minat siswa (ssst guru juga sering ga minat sih). Dan menu hari ini termasuk yang tidak mendapat apresiasi dari perut lapar siswa.
Beberapa siswa kelas 5 menghampiri saya.
Siswa : Bu ijin ya mau ke warung luar sekolah
Bu Metty : Mau beli apa?
Siswa : mau beli *****mie
Bu Metty : Kan kamu tahu peraturannya?
Siswa : hehehe......
Mereka tahu bahwa sekolah tidak mengizinkan siswa membeli mie instan di jam sekolah.
Tidak berapa lama beberapa siswa lain menghampiri saya.
Siswa : Bu minta ijin pake telpon sekolah untuk telpon mama ya
Bu Metty : Ya silahkan
Mereka memang tidak diijinkan membawa hp ke sekolah, karenanya sekolah mengizinkan telpon sekolah digunakan siswa.
Eh, ga berapa lama tahu-tahu siswa-siswa tersebut berebutan menyeduh mie instan. Heranlah saya.
Bu Metty : Hayooo, pada beli mie instan ya, nah yaaa, siap-siap konsekwensinya yaa
Siswa : ngga bu, dibawain ibunya si A, tadi kan dia nelpon ibunya untuk bawain ****mie buat kita semua. Kita kan tidak melanggar aturan, jadi ga ada konsekwensiiiii
GUBRAKS!
Oke deh nak, bu guru yakin, kalau jadi politikus,kalian akan jadi politikus yang suksesssss......
Wednesday, March 16, 2011
[PR] Stylish Blogger Award
Terima kasih untuk bung Deba alias pria (menurut pengakuan sepihak darinya) paling ganteng se MP, alias si playboy yang (juga katanya) sudah insyaf. Terima kasih untuk timpukannya, timpukkan yang datang disaat saya punya semangat menggebu untuk menulis, disaat yang sama juga saya merasa kemampuan saya untuk menulis sudah karatan. ………. Awas ya jangan nanya “emang pernah punya?”
Ehm……. baik untuk tidak berpanjang-panjang ini dia 8 hal tentang saya………
1. Pemarah
Pengennya sih jadi orang penyabar, tapi kok ya susaaaaaah banget. Dan susahnya, saya bukan orang yang bisa memendam kemarahan, kalau ga suka ya saya jeplakin aja JEDDEEERR, ga pandang bulu siapa yang membuat saya marah. Sifat jelek ini akan meningkat intensitasnya pada masa-masa PMS. Meski demikian, saya juga bukan pendendam, kalau sudah lewat marahnya, ya sudah, ga ngunek-unek lagi.
2. Ceroboh dan Pelupa
Hu uh, saya orang yang sering banget kehilangan benda-benda kecil seperti peniti, ikat rambut , gunting kuku, pulpen, spidol, hekter dan teman-temannya. Disekolah saja sering banget ada siswa datang kekelas menyerahkan kunci motor sambil bilang “bu, ini ketinggalan, tadi masih menggantung di motor”
3. (Katanya sih) Boyish
Padahal sih saya merasa wajar-wajar saja, meskipun ga suka pakai high heels dan ga suka dandan, tapi juga tidak maskulin. Cuma mungkin karena saya lebih suka bawa tas punggung (istilah saya sih tas gemblok) orang-orang jadi bilang kalau saya boyish.
4. Ga mau repot.
Saya paling malas kalau bepergian harus bawa banyak barang bawaan. Biasanya saya Cuma bawa tas punggung berisi pakaian dan satu tas kecil buat dompet dan hp. Sebagai akibatnya, kalau pulang lebaran, kakak-kakak dioleh-olehi berbagai makanan khas kampong, untuk saya ibu saya tidak pernah menyiapkan bawaan apa-apa karena tahu saya pasti ga mau bawa. Sejak punya laptop, tas punggung saya pakai untuk membawa laptop, jadi biasanya saya pulkam atau berkunjung ke rumah kakak tanpa membawa baju ganti kecuali baju dalem. Biasanya terus saya pinjem baju kakak deh………… hehehe.
5. Ga suka hal-hal yang berbau administrasi
Hahaha…….. paling males mengerjakan tugas-tugas yang sifatnya administratif. Harusnya orang seperti saya tidak menjadi guru karena ternyata oh ternyata, tugas keadministrasian guru itu ada 26 item oh noooooooooooo……………. Di sekolah yang lama ga terlalu masalah, karena guru cuma dituntut untuk membuat progam semester, progam pekanan, dan lesson plan, tambah absensi dan catatan anecdotal. Disekolah saya sekarang, guru harus punya administrasi lengkap ke 26 item tersebut, termasuk menuliskan materi yang diberikan (lengkap, bukan hanya pokok bahasannya saja) ketika memberikan pengayaan atau remedial kepada siswa-siswa tertentu diluar jam mengajar. HUUUWWWWAAAAAAAAAAAAAAAAA…………
6. Suka makan enak
Makanan favorit saya adalah bakso, rujak, duren dan ikan asin. Menurut saya meranalah orang-orang yang tidak suka makanan tersebut hehehe
7. Tidak fotogenik
Kalau difoto, pasti hasilnya jelek............ eh apa sesuai aslinya yaaaa..hahaha
8. Nomor ini saya kosongkan untuk penilaian teman-teman tentang saya
Setelah saya baca ulang dari no 1 sampai no 7 kok ga ada bagus-bagusnya yaa
Saya tidak menimpuk dah yaaaaa
Eh, ralat, PR ini saya delegasikan ulang untuk
1. Lina
Monday, March 14, 2011
[CERBUNG] Menghalau Bayang
Danar meneruskan kesibukannya menyalakan arang dipanggangan sate setelah sesaat perhatiaannya teralihkan oleh kedatangan sebuah avanza berwarna abu metalik didepan warungnya. Tangannya cekatan meratakan tumpukan arang, kemudian menuang sedikit spirtus dan menyalakan korek api.
Warung makannya terletak di pinggir jalan utama antara Bandung dan Lembang. Jalan yang nyaris tak pernah absen dari kemacetan. Walau begitu warungnya lumayan laris. Meskipun jarang sekali benar-benar penuh, tapi juga nyaris selalu ada pembeli yang makan meskipun bukan di jam makan. Dan saat baru saja warungnya buka jam sembilan tadi, dua orang mampir dan memesan dua porsi sate kelinci.
Baru saja dia menuang arang ke panggangan, datang sebuah avanza berwarna abu metalik. Pengendaranya seorang wanita berusia kira-kira menjelang 30 tahunan. Sesaat hatinya berdesir curiga, dia terpaku dengan apa yang melintas dipikirannya hingga tangannya terdiam kaku dan arang yang dituangnya hampir luber. Danar baru tersadar saat Iwan, orang yang membantunya menjalankan usaha warung makan ini menyikutnya, “kang….” Katanya menyadarkan Danar.
Danar berusaha tidak memperlihatkan ekspresi apapun di wajahnya. Tapi hatinya benar-benar resah. Resah dengan kedatangan wanita tersebut. Resah dengan kecurigaan hatinya. Resah dengan urusan yang selama tiga bulan ini, tanpa dimauinya, telah melibatkan dirinya.
Wanita tersebut memilih duduk di meja pojok. Tampaknya dia tidak mengenal dua orang yang datang lebih dulu. Dengan sudut matanya, Danar melihat Iwan menghampiri wanita tersebut sambil membawa buku pesanan.
“Seporsi sate kelinici” Iwan menyebutkan pesanan wanita tersebut setelah masuk dapur.
Tanpa berkata-kata, Danar menambahkan sepuluh tusuk sate ke pemanggangan. Iwan menyibukkan diri mempersiapkan nasi, dan irisan tomat serta mentimun. Setelah sayuran siap, Iwan mempersiapkan bumbu sambal untuk sate.
Sate pesanan kedua orang yang datang lebih dulu telah siap. Dengan cekatan Iwan mengantarkannya ke meja mereka. Saat sate pesanan wanita tersebut siap, Danar sengaja mengantarkannya sendiri.
Wanita tersebut tidak memperlihatkan reaksi apapun, bahkan bilang terima kasih saja tidak. Saat kembali ke dapur, Danar merasa bahwa kecurigaannya berlebihan.
“Aneh ya Kang, ga biasanya ada wanita makan sendirian di warung kita” kata Iwan.
“Menurutmu, kenapa kira-kira dia datang sendirian?” Danar memancing pendapat Iwan.
“Mmmh, apa dia naksir akang ya?”
“Hush!” Mereka berdua tertawa.
Wanita tersebut telah menghabiskan makannya. Dua orang yang datang lebih dulu memanggil Danar untuk membayar makanannya. Danar sengaja menyuruh Iwan pergi membeli arang dari tadi. Dia menghampiri meja bekas makan kedua orang tadi, sebagaimana telah diduganya, tidak ada yang mencurigakan dari kedua orang tersebut. Danar melirik piring bekas makan wanita tersebut, hatinya langsung mencelos. Terbuktilah kecurigaannya. Tusuk sate dipiring tersebut disusun silang menyilang, membentuk sebuah pola yang sudah dikenalnya. Dan dia sangat faham maksudnya.
Danar membawa piring bekas kedua orang tersebut ke dapur, kemudian mengeluarkan sebuah bungkusan kecil dari tas punggung yang digantung di dinding. Dia masuk ke kamar mandi dan menggantungkan bungkusan tersebut di gantungan belakang pintu. Saat dia keluar, terdengar suara perempuan tersebut.
“Kang! Boleh ikut ke kamar mandi?”
“Silahkan.”
Wanita tersebut masuk ke kamar mandi. Saat keluar , tidak terlihat dia membawa apapun. Dia kembali ke mejanya dan memanggil Danar.
“Sudah kang, jadi berapa?”
Danar meletakkan bon di meja. Wanita tersebut meliriknya dan mengeluarkan uang dari dompetnya. Jumlah yang amat banyak. Lebih dari dua puluh kali lipat angka yang tertera di bon.
“Mari” katanya sambil beranjak pergi.
Danar tidak menjawab. Dia mengambil uang dari meja. Hatinya mengeluh. Sungguh dia tidak gembira menerima uang tersebut. Dia tidak tahu dan bahkan tidak ingin tahu dalam urusan apa dia terlibat. Dia hanya ingin lepas dari urusan ini. Dia bahkan tidak mengerti mengapa dirinya dilibatkan tanpa dikehendakinya. Tadinya dia kira bungkusan-bungkusan yang harus dia serahkan pada tanggal-tanggal tertentu kepada orang-orang tertentu yang memesan sate dan menyusun tusuk sate bekasnya dengan pola tertentu adalah narkotika. Tapi hari ini dia tahu bukan itu. Bukan. Semalam setelah dia menerima bungkusan tersebut, segera dia menutup warungnya. Di rumah dengan hati-hati dibukanya bungkusan tersebut. Dan dia makin tidak mengerti. Ternyata isinya hanya selembar saputangan batik.
*******************
Inspirasi datang saat memain-mainkan tusuk sate selepas menyantap seporsi sate kelinci di daerah Lembang
Mudah-mudahan semangat terus sampai kelar, tidak seperti nasib cerbung-cerbung sebelumnya
Warung makannya terletak di pinggir jalan utama antara Bandung dan Lembang. Jalan yang nyaris tak pernah absen dari kemacetan. Walau begitu warungnya lumayan laris. Meskipun jarang sekali benar-benar penuh, tapi juga nyaris selalu ada pembeli yang makan meskipun bukan di jam makan. Dan saat baru saja warungnya buka jam sembilan tadi, dua orang mampir dan memesan dua porsi sate kelinci.
Baru saja dia menuang arang ke panggangan, datang sebuah avanza berwarna abu metalik. Pengendaranya seorang wanita berusia kira-kira menjelang 30 tahunan. Sesaat hatinya berdesir curiga, dia terpaku dengan apa yang melintas dipikirannya hingga tangannya terdiam kaku dan arang yang dituangnya hampir luber. Danar baru tersadar saat Iwan, orang yang membantunya menjalankan usaha warung makan ini menyikutnya, “kang….” Katanya menyadarkan Danar.
Danar berusaha tidak memperlihatkan ekspresi apapun di wajahnya. Tapi hatinya benar-benar resah. Resah dengan kedatangan wanita tersebut. Resah dengan kecurigaan hatinya. Resah dengan urusan yang selama tiga bulan ini, tanpa dimauinya, telah melibatkan dirinya.
Wanita tersebut memilih duduk di meja pojok. Tampaknya dia tidak mengenal dua orang yang datang lebih dulu. Dengan sudut matanya, Danar melihat Iwan menghampiri wanita tersebut sambil membawa buku pesanan.
“Seporsi sate kelinici” Iwan menyebutkan pesanan wanita tersebut setelah masuk dapur.
Tanpa berkata-kata, Danar menambahkan sepuluh tusuk sate ke pemanggangan. Iwan menyibukkan diri mempersiapkan nasi, dan irisan tomat serta mentimun. Setelah sayuran siap, Iwan mempersiapkan bumbu sambal untuk sate.
Sate pesanan kedua orang yang datang lebih dulu telah siap. Dengan cekatan Iwan mengantarkannya ke meja mereka. Saat sate pesanan wanita tersebut siap, Danar sengaja mengantarkannya sendiri.
Wanita tersebut tidak memperlihatkan reaksi apapun, bahkan bilang terima kasih saja tidak. Saat kembali ke dapur, Danar merasa bahwa kecurigaannya berlebihan.
“Aneh ya Kang, ga biasanya ada wanita makan sendirian di warung kita” kata Iwan.
“Menurutmu, kenapa kira-kira dia datang sendirian?” Danar memancing pendapat Iwan.
“Mmmh, apa dia naksir akang ya?”
“Hush!” Mereka berdua tertawa.
Wanita tersebut telah menghabiskan makannya. Dua orang yang datang lebih dulu memanggil Danar untuk membayar makanannya. Danar sengaja menyuruh Iwan pergi membeli arang dari tadi. Dia menghampiri meja bekas makan kedua orang tadi, sebagaimana telah diduganya, tidak ada yang mencurigakan dari kedua orang tersebut. Danar melirik piring bekas makan wanita tersebut, hatinya langsung mencelos. Terbuktilah kecurigaannya. Tusuk sate dipiring tersebut disusun silang menyilang, membentuk sebuah pola yang sudah dikenalnya. Dan dia sangat faham maksudnya.
Danar membawa piring bekas kedua orang tersebut ke dapur, kemudian mengeluarkan sebuah bungkusan kecil dari tas punggung yang digantung di dinding. Dia masuk ke kamar mandi dan menggantungkan bungkusan tersebut di gantungan belakang pintu. Saat dia keluar, terdengar suara perempuan tersebut.
“Kang! Boleh ikut ke kamar mandi?”
“Silahkan.”
Wanita tersebut masuk ke kamar mandi. Saat keluar , tidak terlihat dia membawa apapun. Dia kembali ke mejanya dan memanggil Danar.
“Sudah kang, jadi berapa?”
Danar meletakkan bon di meja. Wanita tersebut meliriknya dan mengeluarkan uang dari dompetnya. Jumlah yang amat banyak. Lebih dari dua puluh kali lipat angka yang tertera di bon.
“Mari” katanya sambil beranjak pergi.
Danar tidak menjawab. Dia mengambil uang dari meja. Hatinya mengeluh. Sungguh dia tidak gembira menerima uang tersebut. Dia tidak tahu dan bahkan tidak ingin tahu dalam urusan apa dia terlibat. Dia hanya ingin lepas dari urusan ini. Dia bahkan tidak mengerti mengapa dirinya dilibatkan tanpa dikehendakinya. Tadinya dia kira bungkusan-bungkusan yang harus dia serahkan pada tanggal-tanggal tertentu kepada orang-orang tertentu yang memesan sate dan menyusun tusuk sate bekasnya dengan pola tertentu adalah narkotika. Tapi hari ini dia tahu bukan itu. Bukan. Semalam setelah dia menerima bungkusan tersebut, segera dia menutup warungnya. Di rumah dengan hati-hati dibukanya bungkusan tersebut. Dan dia makin tidak mengerti. Ternyata isinya hanya selembar saputangan batik.
*******************
Inspirasi datang saat memain-mainkan tusuk sate selepas menyantap seporsi sate kelinci di daerah Lembang
Mudah-mudahan semangat terus sampai kelar, tidak seperti nasib cerbung-cerbung sebelumnya
Thursday, March 3, 2011
Fungsi Jalan Kita ^___^
Fungsi jalan? Ya buat jalanlaaah........................ Tapi di Indonesia ternyata bukan tempat berjalannya pejalan kaki dan kendaraan lho. Orang Indonesia memang sungguh kreatif.
Nih ya, jalan di kita bisa dimanfaatkan sebagai
Note: Postingan guru yang sedang stress menjejalkan materi UASBN untuk siswa kelas 6
Nih ya, jalan di kita bisa dimanfaatkan sebagai
- Tempat menggelar pesta.
Bagi yang punya halaman rumah sempit (ngelirik halaman rumah sendiri) dan dana terbatas, mendirikan tenda di jalan adalah alternatif bagi banyak orang di Indonesia saat akan mengadakan pesta tapi tidak mampu menyewa gedung - Perpanjangan pasar. Yup, lihat saja dipasar-pasar tradisional dipagi hari, para pedagang menggelar dagangannya sampai ke badan jalan. Pasar Kramat jati jakarta timur salah satunya.
- Tempat menjemur padi
Yang ini mungkin benar-benar asli Indonesia. Lahan untuk menjemur padi semakin sempit, maka jalan raya menjadi alternatif. Konon di daerah Indramayu penar terjadi tabrakan antar 2 bus karena bus yang satu melaju dengan kecepatan tinggi, mendadak membanting stir untuk menghindari padi yang diemur di jalan - Garasi
Bagi yang punya kendaraan tapi tidak punya garasi, jalan raya menjadi salah satu alternatif tempat "mengkandangkan" mobil selain lapangan
Note: Postingan guru yang sedang stress menjejalkan materi UASBN untuk siswa kelas 6
Subscribe to:
Posts (Atom)