Warung makannya terletak di pinggir jalan utama antara Bandung dan Lembang. Jalan yang nyaris tak pernah absen dari kemacetan. Walau begitu warungnya lumayan laris. Meskipun jarang sekali benar-benar penuh, tapi juga nyaris selalu ada pembeli yang makan meskipun bukan di jam makan. Dan saat baru saja warungnya buka jam sembilan tadi, dua orang mampir dan memesan dua porsi sate kelinci.
Baru saja dia menuang arang ke panggangan, datang sebuah avanza berwarna abu metalik. Pengendaranya seorang wanita berusia kira-kira menjelang 30 tahunan. Sesaat hatinya berdesir curiga, dia terpaku dengan apa yang melintas dipikirannya hingga tangannya terdiam kaku dan arang yang dituangnya hampir luber. Danar baru tersadar saat Iwan, orang yang membantunya menjalankan usaha warung makan ini menyikutnya, “kang….” Katanya menyadarkan Danar.
Danar berusaha tidak memperlihatkan ekspresi apapun di wajahnya. Tapi hatinya benar-benar resah. Resah dengan kedatangan wanita tersebut. Resah dengan kecurigaan hatinya. Resah dengan urusan yang selama tiga bulan ini, tanpa dimauinya, telah melibatkan dirinya.
Wanita tersebut memilih duduk di meja pojok. Tampaknya dia tidak mengenal dua orang yang datang lebih dulu. Dengan sudut matanya, Danar melihat Iwan menghampiri wanita tersebut sambil membawa buku pesanan.
“Seporsi sate kelinici” Iwan menyebutkan pesanan wanita tersebut setelah masuk dapur.
Tanpa berkata-kata, Danar menambahkan sepuluh tusuk sate ke pemanggangan. Iwan menyibukkan diri mempersiapkan nasi, dan irisan tomat serta mentimun. Setelah sayuran siap, Iwan mempersiapkan bumbu sambal untuk sate.
Sate pesanan kedua orang yang datang lebih dulu telah siap. Dengan cekatan Iwan mengantarkannya ke meja mereka. Saat sate pesanan wanita tersebut siap, Danar sengaja mengantarkannya sendiri.
Wanita tersebut tidak memperlihatkan reaksi apapun, bahkan bilang terima kasih saja tidak. Saat kembali ke dapur, Danar merasa bahwa kecurigaannya berlebihan.
“Aneh ya Kang, ga biasanya ada wanita makan sendirian di warung kita” kata Iwan.
“Menurutmu, kenapa kira-kira dia datang sendirian?” Danar memancing pendapat Iwan.
“Mmmh, apa dia naksir akang ya?”
“Hush!” Mereka berdua tertawa.
Wanita tersebut telah menghabiskan makannya. Dua orang yang datang lebih dulu memanggil Danar untuk membayar makanannya. Danar sengaja menyuruh Iwan pergi membeli arang dari tadi. Dia menghampiri meja bekas makan kedua orang tadi, sebagaimana telah diduganya, tidak ada yang mencurigakan dari kedua orang tersebut. Danar melirik piring bekas makan wanita tersebut, hatinya langsung mencelos. Terbuktilah kecurigaannya. Tusuk sate dipiring tersebut disusun silang menyilang, membentuk sebuah pola yang sudah dikenalnya. Dan dia sangat faham maksudnya.
Danar membawa piring bekas kedua orang tersebut ke dapur, kemudian mengeluarkan sebuah bungkusan kecil dari tas punggung yang digantung di dinding. Dia masuk ke kamar mandi dan menggantungkan bungkusan tersebut di gantungan belakang pintu. Saat dia keluar, terdengar suara perempuan tersebut.
“Kang! Boleh ikut ke kamar mandi?”
“Silahkan.”
Wanita tersebut masuk ke kamar mandi. Saat keluar , tidak terlihat dia membawa apapun. Dia kembali ke mejanya dan memanggil Danar.
“Sudah kang, jadi berapa?”
Danar meletakkan bon di meja. Wanita tersebut meliriknya dan mengeluarkan uang dari dompetnya. Jumlah yang amat banyak. Lebih dari dua puluh kali lipat angka yang tertera di bon.
“Mari” katanya sambil beranjak pergi.
Danar tidak menjawab. Dia mengambil uang dari meja. Hatinya mengeluh. Sungguh dia tidak gembira menerima uang tersebut. Dia tidak tahu dan bahkan tidak ingin tahu dalam urusan apa dia terlibat. Dia hanya ingin lepas dari urusan ini. Dia bahkan tidak mengerti mengapa dirinya dilibatkan tanpa dikehendakinya. Tadinya dia kira bungkusan-bungkusan yang harus dia serahkan pada tanggal-tanggal tertentu kepada orang-orang tertentu yang memesan sate dan menyusun tusuk sate bekasnya dengan pola tertentu adalah narkotika. Tapi hari ini dia tahu bukan itu. Bukan. Semalam setelah dia menerima bungkusan tersebut, segera dia menutup warungnya. Di rumah dengan hati-hati dibukanya bungkusan tersebut. Dan dia makin tidak mengerti. Ternyata isinya hanya selembar saputangan batik.
*******************
Inspirasi datang saat memain-mainkan tusuk sate selepas menyantap seporsi sate kelinci di daerah Lembang
Mudah-mudahan semangat terus sampai kelar, tidak seperti nasib cerbung-cerbung sebelumnya
raniuswah said: lagi gak butuh slampe nyarinya taplak meja batik.
ReplyDeleteCoba nanti saya tanya danar, dia bisa nyediain ga :)
khoriyatulj said: nah gitu dong, kita tunggu bukunya :)sama2 semoga bisa di pakai :0
ReplyDeletehehehe, mudah-mudahan bisa terwujud ya:)
lagi gak butuh slampe nyarinya taplak meja batik.
ReplyDeletenengmetty said: wah iya tuh, kalau setiap perjalanan jadi sumber inspirasi, bisa cepet nerbitin buku sayahehehe.......btw, makasih pasminanya yaaaa
ReplyDeletenah gitu dong, kita tunggu bukunya :)sama2 semoga bisa di pakai :0
pingkanrizkiarto said: menungguuuuuuuuu....
ReplyDeleteselamat menungguuuuuuuuuuumudah-mudahan yang ditunggu dateng yaaa:P
khoriyatulj said: kalau gitu kita tunggu sambungannya, lalu buat lagi perjalanan minggu kemaren, hehehe..:)selamat pagi selamat beraktivitas ..
ReplyDeletewah iya tuh, kalau setiap perjalanan jadi sumber inspirasi, bisa cepet nerbitin buku sayahehehe.......btw, makasih pasminanya yaaaa
arifsibijak said: Wkakakak. . ,ajaib.
ReplyDeleteAyip ga boleh ngetawain ahapanya yang ajaib cobaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa*manyun tujuh senti*
raniuswah said: jualan sate+selampe batik ya bu si danar? Dilempar tusuksate dh nanya nanya.
ReplyDeletekayaknya sih begitu, umi uswah mau pesen? ^__~
puntowati said: weh...bakat menulis cerita detektif....teruskan!
ReplyDeleteehm..........jadi malu...hehehsiap lanjutkan
asasayang said: Dia kembali ke mejanya dan memanggil Danu.“Sudah kang, jadi berapa?”Danu meletakkan bon di meja. >>danu nya masih ada 2. . . *dijitak teteh krn bawel*-eh, danu karakter cerbung yg dulu bkan sih? *amnesia*
ReplyDeleteyang danu itu uga sudah diedit :PBetul, Danu itu karakter di "Di bening Matamu"hehehe, ada rasa bersalah ga nerusin yang itu jadi kebawa-bawa ke sini deh
asasayang said: Dia masuk ke kamar mandi dan menggantungkan bungkusan tersebut di gantungan kamar mandi. Saat dia keluar dari kamar mandi, terdengar suara perempuan tersebut.“Kang! Boleh ikut ke kamar mandi?”“Silahkan.”Wanita tersebut masuk ke kamar mandi. Saat keluar dari kamar mandi, tidak terlihat dia membawa apapun. Dia kembali ke mejanya dan memanggil Danu.
ReplyDeleteSudah diedit Liiiiinayo cari lagi yang janggal-janggal :)
menungguuuuuuuuu....
ReplyDeletekalau gitu kita tunggu sambungannya, lalu buat lagi perjalanan minggu kemaren, hehehe..:)selamat pagi selamat beraktivitas ..
ReplyDeletetest test test
ReplyDeleteWkakakak. . ,ajaib.
ReplyDeletejualan sate+selampe batik ya bu si danar? Dilempar tusuksate dh nanya nanya.
ReplyDeleteweh...bakat menulis cerita detektif....teruskan!
ReplyDeleteDia kembali ke mejanya dan memanggil Danu.“Sudah kang, jadi berapa?”Danu meletakkan bon di meja. >>danu nya masih ada 2. . . *dijitak teteh krn bawel*-eh, danu karakter cerbung yg dulu bkan sih? *amnesia*
ReplyDeleteasasayang said: >>bnyak pengulangan kata "kamar mandi"*bisanya protes, disuruh bikin sendiri ga bisa
ReplyDeleteWuaah, bener banget Lin, yang ini mah besok aja dieditnya, butuh pemikiran lagiGa apa-apa kok Lin, malah seneng dapet editor gratisan :)
asasayang said: Kok jadi danu?
ReplyDeleteSudah diedit yaaa :)
asasayang said: Awas ya kalo ga diselesaiin!
ReplyDeletehuwaaaa ga janji yaaa :P
Dia masuk ke kamar mandi dan menggantungkan bungkusan tersebut di gantungan kamar mandi. Saat dia keluar dari kamar mandi, terdengar suara perempuan tersebut.“Kang! Boleh ikut ke kamar mandi?”“Silahkan.”Wanita tersebut masuk ke kamar mandi. Saat keluar dari kamar mandi, tidak terlihat dia membawa apapun. Dia kembali ke mejanya dan memanggil Danu.>>bnyak pengulangan kata "kamar mandi"*bisanya protes, disuruh bikin sendiri ga bisa
ReplyDeleteKok jadi danu?
ReplyDeleteAwas ya kalo ga diselesaiin!
ReplyDeletetest apa maduk inbox
ReplyDeletesaturindu said: kalau saya pertama kali mamam sate kelinci pas di telaga sarangan....sebelahnya tawang mangu:)
ReplyDeletehayo, jangan-jangan waktu itu makan satenya barenganberapa seporsi?:P
@mas sugapostingannya sih ada, cuma kok ga masuk inbox yapunya dosa apa coba saya sama multiply :P
ReplyDeletedebapirez said: Pertama kali menyantap sate kelinci di air terjun Tawangmangu. Rasanya kayak sate ayam gt.cm klo membayangkan binatang seimut itu dipotong2 kok jd ga tega ya hehe.. Semangat ya.semoga sukses jd penulis kayak om Suga.
ReplyDeletekalau saya pertama kali mamam sate kelinci pas di telaga sarangan....sebelahnya tawang mangu:)
nah ini ada postingannya :)
ReplyDeletedebapirez said: Pertama kali menyantap sate kelinci di air terjun Tawangmangu. Rasanya kayak sate ayam gt.cm klo membayangkan binatang seimut itu dipotong2 kok jd ga tega ya hehe.. Semangat ya.semoga sukses jd penulis kayak om Suga.
ReplyDeleteKalau makanmah nikmati aja, jangan ngebayangin hidupnya,malah ga makan makan nantimas suga mah lebih produktif dan lebih puitis. Diamah levelnya sudah suhu :)
gadisamnesia said: ati2 jadi kelinci mba.. hahax
ReplyDeletewah gawat tuh, nanti disate sama danar :)
Pertama kali menyantap sate kelinci di air terjun Tawangmangu. Rasanya kayak sate ayam gt.cm klo membayangkan binatang seimut itu dipotong2 kok jd ga tega ya hehe.. Semangat ya.semoga sukses jd penulis kayak om Suga.
ReplyDeleteati2 jadi kelinci mba.. hahax
ReplyDelete