Apakah kriteria sebuah sekolah unggul?
Di Indonesia, sebuah sekolah dikatakan unggul jika memiliki kriteria berikut:
1. Memiliki fasilitas yang lengkap
2. Input siswa dengan nilai tinggi
Jadi tidak ada yang akan merasa heran jika sekolah-sekolah yang dikatakan unggul tersebut menghasilkan output yang tinggi juga. Bagaimana jadinya jika siswa-siswa yang masuk ke sekolah tersebut siswa-siswa "buangan". Akankah output yang dihasilkannya tinggi pula?
Menurut Munif Chatib, sebuah sekolah dikatakan unggul jka proses pembelajaran yang berlangsung di dalamnya juga unggul. Apapun kualitas inputnya, dengan proses yang berkualitas, diharapkan menghasilkan output yang berkualitas, jika dapat memenuhi hal tersebut barulah sekolah tersebut dikatakan berkualitas.
Lantas apakah yang dikatakan proses yang berkualitas? Sebuah prses pembelajaran dikatakan berkualitas jika memenuhi kriteria-kriteria berikut:
1. Memiliki perencanaan yang baik
2. Memperhatikan dan mengakomodasi kelbihan (kecerdasan) siswa
3. Gaya mengajar guru sesuai dengan gaya belajar siswa
4. Aktivitas yang bermakna dan menyenangkan
5. Tanggung jawab belajar terletak ditangan siswa, guru hanya berfungsi sebagai motivator dan fasilitator.
Bagaimanakah supaya proses pembelajaran kita dapat memenuhi kelima kriteria diatas? Banyak metoda pembelajaran yang ditawarkan, dan semua metode tersebut sesungguhnya memiliki kelebihannya sendiri-sendiri. Yang ingin saya share disini adalah penggunaan Multiple Intelligence System.
Mengenai filosofi dan teori Multiple Intelligence sendiri silahkan baca buku karya Thomas Amstrong yang berjudul Setiap Anak Cerdas atau Sekolah Para Juara. Atau undang saya untuk melakukan presentasi dan kita berdiskusi mengenai hal tersebut.
Di sini saya hanya ingin memberikan beberapa langkah praktis sebelum anda merancang sebuah kegiatan.
1. kenali kecerdasan siswa-siswa anda.
Anda dapat memanfaatkan lembaga-lembaga yang memang melayani jasa riset kecerdasan siswa untuk itu, atau anda dapat melakukannya sendiri. Bila anda melakukan sendiri maka riset yang anda lakukan diharapkan mencakup wawancara (pernyataan siswa sendiri) dan tindakan (siswa diminta melakukan sesuatu yang akan menunjukkan kecerdasannya) Jangan khawatir data yang anda dapatkan tidak valid, karena data yang anda kumpulkan akan anda pakai sendiri, selalu ada kesempatan untuk memperbaikinya.
2. Kelompokkan Murid anda.
Mengelompokkan murid disini hanyalah untuk memudahkan anda merancang kegiatan. Anda akan tahu pada kecerdasan mana mayoritas siswa anda berada. Untuk aktivitas tidak harus siswa yang memiliki kecerdasan sama bergabung dalam satu kelompok, tergantung dari jenis aktivitasnya.
3. Rancanglah beberapa aktivitas (untuk melayani jenis kecerdasan siswa-siswa anda) untuk satu materi. Tentu saja anda tidak perlu merancang delapan aktivitas agar kedelapan kecerdasan tersebut terlayani. Cukup dua atau tiga aktivitas yang mudah bagi anda merancangnya menyenangkan bagi siswa melakukannya, dan point yang utama, konten materi sendiri tersampaikan ke pemahaman siswa. Dan itulah tantangannya buat anda.
Sebagaimana sebuah teori ada yang pro dan kontra, demikian juga dengan penerapan MI ini. Bila anda menghendaki sudut pandang alin silahkan baca tulisan seorang teman (dalam beberapa hal beliau adalah guru saya) berikut:
ttp://roebyarto.multiply.com/journal/item/40
yaaaa.... lagi semangat mau lihat ehhh ... nanti balik lagi ya mba
ReplyDeletehehe.. yo wiiis... tak pulang dulu yah.. :D blom makan euy... lapeeerr!! ^^
ReplyDeletebelum lagi coba dulu, nanti balik lagi yah ^__^
ReplyDeletembak.. kok jrnal compose? brati blom selese ditulis ya?
ReplyDeleteagnito said: yaaaa.... lagi semangat mau lihat ehhh ... nanti balik lagi ya mba
ReplyDeleteok, saya siap untuk mendapat masukkan
@bang agniaku sepakat bangsepakat dengan isinyajuga sepakat kalau commentnya panjang sekali hehehehetfs ^__^
ReplyDeletesariibnuhaitsam said: sehingga pendidikan di Indonesia semakin berkualitas
ReplyDeleteaamiin. Mudah-mudahan ^__^
untuk menerapkan MIS di sekolah perlu beberapa sarana penunjang. tapi yang paling penting adalah sdmnya. nah, untuk sekolah2 swasta sudah banyak yg mulai concern utk menerapkan MIS, semoga sekolah2 negeripun akan segera menyusul sehingga pendidikan di Indonesia semakin berkualitas. thanks for sharing bu metty.
ReplyDeletenazhara said: memiliki perencana yang bai, kayak kepsek ya, mbak? ok deh.. saya setuju kalo gt, dulu pas sma pernah ngrasain ganti kepsek sampe 3 kali, cz yang pertama, udah pensiun, yang kedua cuma menggantikan sementara, selama satu tahun, yang terakhir baru deh kepsek yang baru... :D jadi peraturan sekolahnya juga ganti2, nano2 deh.. jadi makin ketat, makin berkualitas juga sih sekolahnya, :D
ReplyDeleteyah, akalau pada akhirnya makin berkualitas saya ikut bersyukur ^__^
nengmetty said: tulisan saya mbak, saya cuma mengutip Munif Chatib mengenai makna proses pembelajaran yang berkualitas saja ^__^
ReplyDeleteoo.. hehe.. maap..maap.. tadi blom selese baca, trus liat dibawah ada linknya, jadi kirain tulisan orang lain. hehe
nazhara said: lho... tuulisan orang lain ya.? hih... kirain... :D
ReplyDeletetulisan saya mbak, saya cuma mengutip Munif Chatib mengenai makna proses pembelajaran yang berkualitas saja ^__^
memiliki perencana yang bai, kayak kepsek ya, mbak? ok deh.. saya setuju kalo gt, dulu pas sma pernah ngrasain ganti kepsek sampe 3 kali, cz yang pertama, udah pensiun, yang kedua cuma menggantikan sementara, selama satu tahun, yang terakhir baru deh kepsek yang baru... :D jadi peraturan sekolahnya juga ganti2, nano2 deh.. jadi makin ketat, makin berkualitas juga sih sekolahnya, :D
ReplyDeletelho... tuulisan orang lain ya.? hih... kirain... :D
ReplyDeletenengmetty said: tapi komplain hehehe
ReplyDeletehe he he, itu mah "makanannya swasta.." he he he
nisanajma said: ad gak sih, yang mau bahas tentang peran orangtua di rumah dalam hal penanaman nilai nilai, sehingga si anak bersemangat di sekolah. Ada juga gak sih yang mau bahas tentang sekolah gratis orangtua makin cuek, anak anak makin 'gak bisa' (kata lain dari bodoh). Aku mau nulis tapi takut salah nih, he he...Kan katanya kuncinya di guru, setuju, tapi kan gak 100 %.
ReplyDeleteWah, tulis aja mbak, aku dukungKalau masalah sekolah gratis orang tua makin cuek itu kayaknya udah jadi keluhan umum, cuma aku ngga ikutan hehehe sekolahku ngga gratis jadi orang tua bukan cuek ......... tapi komplain hehehe
ad gak sih, yang mau bahas tentang peran orangtua di rumah dalam hal penanaman nilai nilai, sehingga si anak bersemangat di sekolah. Ada juga gak sih yang mau bahas tentang sekolah gratis orangtua makin cuek, anak anak makin 'gak bisa' (kata lain dari bodoh). Aku mau nulis tapi takut salah nih, he he...Kan katanya kuncinya di guru, setuju, tapi kan gak 100 %.
ReplyDelete