Thursday, January 28, 2010
sudah jaketan, sudah selimutan, tapi masih menggigil juga
Buah Semangka Berdaun Sirih
Bermula saya membaca postingannya jeng Rika (kakireina), judulnya saya lupa. Sebuah postingan yang membuat saya tereak toooobbbbbbbaaaaaaaattttt. Di postingan tersebut jeng Rika menyelipkan sebuah proverb: Read between the lines. Jujur saya baru membaca proverb tersebut, jadi tidak tahu artinya. penasaran saya tanya mbah gugel, Dan jawaban mbah gugel sangat memuaskan. Ada banyak alamat yang memberikan arti dari proverb tersebut.
Karena dapet jawaban memuaskan itu, saya jadi teringat ungkapan dalam bahasa Indonesia yang pernah saya cari-cari artinya. Suatu ketika, saya pernah berbeda pendapat dalam sebuah postingan (punyanya mas Suga) mengenai istilah setengah baya. Waktu itu saya cari di kamus daring, saya tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan. Yang ada di situ hanya sinonim kata baya yaitu umur. Jadi setengah baya sama dengan setengah umur. Saya sama sekali tidak puas, setengah umur itu seberapa? Saya pergi ke toko gramedia depok denga satu tujuan, mencari kamus istilah/ungkapan/idiom bahasa Indonesia. Sampai di bagian kamus-kamus JRENG JREEENG, ada banyak kamus idiom bahasa Inggris. Tidak ada satupun kamus idiom/ungkapan bahasa Indonesia. Ada sebuah buku berjudul (kurang lebih) 60 Ungkapan dan Penggunaannya karya JS Badudu, tapi saya cari kata setengah baya, tidak tercantum di situ. Belum menyerah, saya buka semua kbbi, dari semua penerbit dan pengarang, semua hanya menyatakan kalau setengah baya itu setengah umur. Saya pulang dengan kecewa.
Nah, karena ternyata mbah gugel punya jawaban bagus ketika saya menanyakan proverb berbahasa Inggris, saya pun merasa mendapat ide cemerlang untuk menanyakan arti setengah baya pada beliau. Dan apa jawabannya? HHUUUUUWWWWWEEEEEEEEEEK, jawaban mbah gugel sungguh-sungguh bikin saya pengen muntah. Kalau mau tahu silahkan tanya sendiri sama beliau.
Kemudian pula saya jadi teringat ungkapan yang menjadi judul postingan ini. Saya bahkan tidak tahu, apakah ungkapan tersebut telah ada sejak dulu, atau si pengarang lagu saja menciptakan ungkapan baru. Saya juga melihat, siswa-siswa SD sekarang tidak banyak mengenal peribahasa. Saya tidak tahu bagaimana dengan siswa SMP dan SMA.
Oke, ini tantangan buat kita, para pemakai bahasa Indonesia. Siapa yang harus melestarikan kekayaan bahasa kita?
Monday, January 18, 2010
Lima Belas Buku yang Berkesan
- Monte Cristo - Alexandre Dumas
Sebuah novel teramat tebal (ketebalannya mungkin sebanding dengan buku Harry Potter yang terakhir). Menceritakan tentang pembalasan dendam seorang yang karena konspirasi rekan-rekannya harus mendekam di penjara bawah tanah selama 14 tahun.
- Revolusi di Nusa Damai - Ktut Tantri
Sejarah yang diceritakan dari sisi lain. Menarik juga membaca kejadian-kejadian yang melibatkan tokoh-tokoh nasional seperti bung Tomo, Amir syarifudin, bahkan bung Karno dari kacamata seorang asing yang jatuh cinta pada seorang pangeran dari bali. Sesuatu yang tidak akan ditemukan di buku-buku sejarah.
- Negara Kelima - Es Ito
Membaca novel ini bagi saya sesungguhnya adalah sebuah paradoks. Novel ini penuh dengan data sejarah, sementara saya paling buta sejarah. Nilai sejarah saya semasa SMA selalu paling jeblok. Jadi saya tidak tahu batasan, mana yang benar-benar fakta sejarah mana yang merupakan rekayasa pengarang. Tapi karena piawainya pengarang berkisah membuat saya benar-benar hanyut dalam alur ceritanya. Angkat jempol saya untuk pengarang yang baru berusia 21 tahun (ketika mengarang novel tersebut). Meskipun bila anda membaca novel tersebut setelah anda membaca de davinci code, maka anda akan merasa bahwa Negara ke Lima adalah De Davinci code dengan latar belakang sejarah Indonesia. Saya pernah meminta seorang temannya teman saya (halo teman) untuk membuat perbandingan kedua novel tersebut, sayang sampai saat ini sepertinya belum terwujud.
- In Their Own Way Thomas Amstrong
Buku mengenai multiple Intelligence yang pertama saya baca. Menurut saya, selain sekolah para Juara (Multiple Intelligences in the classroom), buku ini bacaan wajib untuk guru, terlepas dari diterapkan atau tidak konsep tersebut di kelasnya.
- Sheila - Torey Hayden
Novel yang diangkat dari kisah nyata, bercerita tentang usaha Torey Hayden membangkitkan seorang anak yang memiliki trauma dan kisah masa lalu yang pekat. Untuk kategori novel, bersama-sama denga Toto Chan dan Laskar pelangi, menurut saya novel ini merupakaan bacaan ‘wajib’ bagi guru.
- Gadis Paling Badung di Sekolah - Enyd Blyton
Kisah seorang anak pemarah yang berusaha mati-matian berusaha agar dikeluarkan dari sekolahnya. Bacaan yang amat memikat ketika saya SD. Ada lanjutan dari kisah ini yaitu Sekali Lagi si Paling Badung dan Si Badung jadi Pengawas.
- Nagasasra Sabuk Inten - SH Mintarja
Kisah seorang Ksatria bernama Mahesa Jenar. Cerita ini berlatar belakang jaman kerajaan Mataram, dengan sedikit bumbu roman. Saya selalu menyukai karya-karya SH Mintarja, termasuk serial api di bukit menoreh yang tidak tamat sampai pengarangnya meninggal dunia.
- Pangeran dari Seberang - NH Dini
Sebuah biografi Amir Hamzah. Saya membaca buku ini sewaktu SD, jadi jujur isinya sudah banyak lupa. Tapi buku inilah yang membuat saya jatuh cinta pada puisi.
- Membunuh Itu Gampang – Agata Christie
Untuk ukuran seorang Agata Christie, kisahnya biasa-biasa saja. Secara kisah, saya lebih suka Pria bersetelan cokelat, N atau M, atau Menuju Negeri Antah Berantah. Tapi ide bahwa membunuh itu gampang dan beberapa cara yang ada di novel tersebut membuat saya terkesan. Bahkan menginspirasi saya untuk mengembangkan beberapa metode. Untungnya hanya hayalan. Saya membaca hampir seluruh novel Agata Christie yang sudah diterjemahkan.
- Rich Kids Smart Kids – T Kiyosaki
Sebuah buku panduan pengelolaan keuangan yang menginspirasi, tapi tak kunjung menjadikan saya pandai berinvestasi. Ga bakat kau Met.
- Weep No More My Lady – Mary Higgins Clark
Saya menyukai karya-karya Mary Higgins. Agak mirip dengan Agata Cristie. Agata sering menyandarkan kisahnya pada sebuah sajak (rhyme) kuno, sedangkan Mary Higgins menggunakan lagu-lagu rakyat.
- Laskar Pelang – Andrea Hirata
Saya membaca ke empat bukunya Andrea. Tapi menurut saya yang paling oke adalah laskar pelangi.
- Saat-saat Terakhir Rasulullah – Maaf, lupa penulisnya
Berulangkali membacanya, berulangkali juga membuat saya menangis
- Why men don’t Listen and Women Can’t Read Maps – Allan Pease n Barbara Pease
Hahaha, baca saja sendiri
- Deception Point – Dan Brown
Sungguh saya ingin tahu, bagaimana Dan Brown ini mendapatkan fakta-fakta untuk novelnya. Saya sering terbentur ‘cara mencari fakta’ ketika membuat sebuah cerita.
Ayo, ceritakan tentang buku-buku yang berkesan buat Anda.
Saturday, January 16, 2010
[Cerpen] (masih mikirin judul)
Reny menatap Dika, tak tahu harus berkata apa. Dika baru saja meminta Reny untuk menikah dengannya.
“Saya butuh waktu untuk berfikir, kak,“ akhirnya Reny berkata.
“Apa lagi yang harus dipikirkan Ren?“
“Apa menurut kakak hubungan kita ini normal? Kakak sama sekali tidak pernah cemburu. Coba Reny tanya, apa yang akan kakak lakukan seandainya kita menikah, lalu Reny berselingkuh dengan laki-laki lain. Apa yang akan kakak perbuat?“
“Entahlah Ren, kakak tidak pernah memikirkan hal-hal seperti itu“
Semua berawal sepuluh tahun yang lalu. Saat Reny kelas 6 SD. Sekolahnya mengadakan persami pada peringatan hari pramuka. Kebetulan lokasi perkemahannya bersebelahan dengan perkemahan siswa SMA. Siang hari hujan turun dengan derasnya. Tak tahan ingin buang hajat, ternyata tak ada satupun temannya bersedia mengantar, semua meminta Reny menunggu hujan reda. Tak tahan lagi akhirnya Reny pergi ke pancuran sendiri. Pancuran yang terletak diseberang kali.
Air sungai meluap, nyaris mencapai jembatan yang pada keadaan normal berjarak lebih dari satu meter. Ngeri juga melihatnya. tetapi karena sudah sangat tidak tahan Nekat juga Reny menyeberangi jembatan yang tidak memiliki pembatas samping tersebut. dari arah seberang dilihatnya tiga orang anak SMA berjalan menuju ke arahnya. Saat berpapasan di tengah jembatan, karena tidak ingin payungnya mengenai anak-anak SMA tersebut, Reny memiringkan payungnya ke sisi kiri.
Rupanya tindakannya berakibat fatal. Posisi payung yang miring ke kiri rupanya menentang angin yang berhembus cukup kuat. Angin mendorong payungnya dengan sangat kuat. Reny berusaha mempertahankan payungnya malah hilang keseimbangan. “Lepaskan” samar-samar didengarnya teriakan tepat sebelum tubuhnya mencapai permukaan air yang begitu menggelora.
Panik dan ketakutan membuat Reny menggerakan seluruh anggota tubuhnya membabi buta. Dirasanya sebuah tangan memeluk tubuhnya, Reny tambah meronta-ronta sekuat tenaga, sampai sebuah benturan di kepala membuatnya hilang kesadaran sesaat, saat membuka mata, yang dilihatnya pertama adalah gejolak air yang menempel di matanya, dan hidungnya megap-megap mencari udara, lalu disadarinya bahwa seseorang tengah memeluknya ditengah amukan air tersebut. Posisi orang itu terlentang, dan tangannya memeluk Reny dari bawah ketiak, tapi orang itu tidak bergerak, membiarkan kepala mereka hanyut mengikuti arus dan kaki-kaki mereka tanpa daya mengikuti arah si kepala. Sedikit rasa tenang menghinggapi hati Reny. Setidaknya dia tidak mati sendirian. Tidak tahu berapa lama mereka ‘berlayar’ mengikuti arus, sampai hujan reda, sampai matahari kembali memancarkan sinarnya. Melewati ratusan kelokan. Tubuh mereka terbentur-bentur kayu-kayu dan sampah yang hanyut, akhirnya mereka terdampar ke tepi, bahkan mereka tak punya sisa tenaga untuk merangkak ke tempat yang lebih kering, di tepian sungai tersebut berdua mereka terbaring, lemas, tapi selamat. Mereka di temukan seorang petani yang sawahnya kebetulan ada di pinggir sungai tersebut, berjarak tiga desa dari tempat mereka hanyut.
Seminggu setelah kejadian tersebut, Reny bersama kedua orang tuanya datang ke rumah anak yang menyelamatkannya. Ternyata namanya Yandika Pratama. Diberi nama pratama karena diharapkan dia adalah anak yang pertama. Ternyata takdir berkata lain. Dika hanyalah anak satu-satunya. Baru pada saat itulah Reny dapat melihat wajah penolongnya dengan jelas. Ternyata, letak sekolah Dika tak jauh dari sekolahnya. Kadang-kadang, kalau ibunya membuat kue atau apapun, dia akan menyuruh Reny untuk mampir ke sekolah Dika sepulang sekolah, untuk memberikan kue buat Dika dan orang tuanya.
Suatu ketika, ada pasar malam di desa sebelah. teman-temannya berencana untuk pergi ke sana pada hari minggu. Reny tak berhasil mendapatkan izin dari ibunya. Orang tuanya memang over protektif terhadapnya. Sepulang sekolah teman-temannya asyik merencanakan apa yang akan mereka lakukan di pasar malam besok, Reny pulang sendiri dengan wajah cemberut. Ditengah jalan, dia berpapasan dengan Dika.
“Reny.........”
“Eh, kak Dika, tumben sudah pulang kak?”
“Iya pulang cepet, gurunya rapat. Kenapa cemberut?”
“Temen-temen pada mau ke pasar malam besok, Reny ngga dikasih izin sama mama”
“Masa? Coba kak Dika yang minta izin” Dika menjajari langkahnya. Berdua mereka pulang ke rumah Reny.
Setibanya di rumah Reny. mamanya menyambut Dika dengan gembira. Ga pake cerewet mamanya memberikan izin waktu Dika bilang akan mengajak Reny ke pasar malam besok. Sejak saat itu, Reny selalu menjadikan Dika tameng bila ingin pergi ke luar tanpa kawalan orang tuanya. Dika sendiri nampaknya seneng-seneng saja.
Sewaktu Dika kuliah, Dika punya seorang kekasih. Dan Reny merasa kecewa. Tapi dia selalu memperlihatkan senyum saat bertemu Dika, sendiri, ataupun saat Dika bersama kekasihnya. Hubungan tersebut berjalan satu tahun. Setahun kemudian Dika putus dengan kekasihnya tersebut, saat Reny bertanya mengapa, Dika hanya mengangkat bahu.
Ketika Reny harus memilih bangku kuliah, kembali Dika menjadi penolongnya. Ibunya tidak mengizinkan Reny kuliah di kota yang jauh. Dikotanya sendiri ada sebuah perguruan tinggi kecil. Tapi Reny tak ingin kuliah di situ. Jurusan yang dia inginkan pun tak ada. Dia ingin kuliah di Jogja. Reny meminta pendapat Dika, yang waktu itu sudah bekerja di Jakarta. Dika meminta Reny agar kuliah di Jakarta saja, supaya dia bisa berjanji pada ibunya untuk menjaga Reny. Akhirnya ibunya memberi izin Reny untuk kuliah di Jakarta.
Semasa kuliah, beberapa kali Reny menjalin hubungan dengan teman kuliahnya. Dika tidak memberikan komentar apapun. Teman-temannya diam-diam menjuluki Dika ban serepnya Reny. Saat tidak punya pacar, atau saat pacarnya ada halangan, pastilah Reny meminta Dika menemaninya. Dika sendiri nampaknya tak keberatan. Dika selalu ‘tersedia’ untuk Reny. Pernah Reny bertanya, mengapa Dika tak kunjung punya kekasih, dengan datar Dika menjawab, dia akan menunggu Reny saja.
Menjelang lulus kuliah, Reny mulai berniat serius dengan Dika. Tapi bersamaan dengan itu pula mulai muncul benih-benih kekhawatiran di hatinya. Normal kah apa yang dijalaninya bersama Dika? Hubungannya dengan Dika sangat mulus, tak pernah diwarnai kerikil-kerikil pertengkaran. Pernah Reny mempertanyakan, apa Dika tidak cemburu sewaktu Reny berpacaran dengan teman kuliahnya? Dika hanya menjawab bahwa dia ingin Reny bahagia. Sungguh Reny kecewa mendengar jawaban tersebut. Setidaknya, dia ingin juga dicemburui.
Sejak saat itulah Reny mempertanyakan, apa hubungan yang mereka jalani itu normal? Reny sering mendengar kalau perselisihan antara sepasang kekasih itu normal, rasa cemburu itu juga normal. Reny ingin tahu, apa sebaliknya juga normal? Apa tidak berselisih itu normal? Apa tidak cemburu itu normal?
Justru pada saat dia ragu itulah Dika mengajaknya menikah.
BERSAMBUNG
Thursday, January 14, 2010
Inbox kok anteng banget , pada kena pemadaman ya?
Impulsif, Saya dan Komen
Saya adalah orang yang cenderung impulsif. Seringkali bertindak atau berucap karena dorongan hati yang tiba-tiba. Dan kadang-kadang hal tersebut membawa saya kepada konsekwensi yang tidak mengenakan
Begitupun dalam menuliskan komen untuk sebuah postingan. Seringkali saya menuliskan komentar seenaknya, karena dorongan hati yang sesaat tersebut. Saya sering tidak memikirkan, bagaimana perasaan orang membaca komentar saya tersebut. Setidaknya, ada dua komen yang kemudian menjadi berkesan buat saya, karena saya melakukannya berdasarkan 'impuls' sesaat.
Pertama adalah komen saya di postingannya bang marcel (marcelsmm). Beliau adalah seorang pendeta (atau sejenis, maaf saya kurang paham). Setahu saya kontak beliau biasanya menuliskan komentar dengan nada hormat dan menyebut beliau bapak atau frater. Cuma saya yang suka menuliskan komen dengan nada bercanda. Suatu ketika beliau membuat sebuah puisi yang salah satu kalimatnya kira-kira seperti ini "saya hanyalah seorang wanita yang memunguti remah-remah bekas makanmu". Tanpa pikir dua kali, saya menuliskan komen seperti ini "Ohh, bang marcel tuh ternyata perempuan, saya kira laki-laki". Beliau tidak marah, menjawab komentar saya bahwa puisi yang dia buat menceritakan tentang sebuah kisah pada alkitab. Waduh, sungguh saya merasa sangat malu dan lancang. Untungnya baik beliau maupun para kontaknya tidak ada yang mempermasalahkan.
Kedua adalah komen saya di postingan seseorang yang (waktu itu) baru saja menginvite saya. Beliau memposting sebuah puisi berbahasa Inggris karya seorang penulis puisi yang beliau suka. Puisi tersebut lucu, isinya tentang hal-hal aneh yang mungkin beliau (si penulis puisi) lakukan saat beranjak tua. Puisi tersebut diakhiri dengan pertanyaan (yang artinya) "perlukah saya mencobanya sekarang agar kelak terbiasa?". Lagi-lagi, tanpa berfikir panjang saya menuliskan komentar "go ahead, try!". Rupanya yang punya postingan tidak berkenan, tanpa basa-basi komentar saya di deletnya
Itulah pengalaman saya dengan dua komentar yang berkesan buat saya. Sengaja saya tuliskan setelah melihat diskusi yang seru dipostingannya Nita. ^___^
Sunday, January 10, 2010
Kritik: Free Breakfast for The Winner
Kritik, itulah sarapannya para juara. Mengucapkannya mudah, tapi menerimanya mungkin butuh usaha. Untuk itu, bila anda ingin memberikan sarapan gratis tersebut agar teman atau kerabat anda menjadi sang juara, maka perlu diperhatikan beberapa hal berikut:
- Pandai-pandai menilai apakah orang yang akan dikritik siap untuk menerima kritikan langsung atau tidak. Bila terlihat siap, tak masalah untuk menyampaikan kritik tersebut secara lugas. Bila tidak, kemukakan saja apa yang ingin anda sampaikan sebagai alternatif lain dari yang sudah dia lakukan. Misalkan anda ingin mengkritik orang yang memadukan celana abu-abu dengan blus berwana hijau norak, katakan saja bahwa celana abu-abu tersebut juga akan tampak manis bila dipadukan dengan blus putih.
- Kenali sampai dimana penguasaan orang tersebut terhadap hal yang akan dikritik. Tidaklah adil untuk memberikan masukkan tentang langkah tegap terhadap bayi yang baru belajar berjalan selangkah dua langkah.
- Beri kesempatan pada orang yang anda kritik untuk berkilah. Jangan menutup celah bagi orang yang dikritik untuk „membela diri“. Anda tentu ingin perasaan teman atau kerabat anda tetap nyaman bukan?
- Tinggalkan perdebatan. Bila anda sudah menyampaikan kritikan anda, dan orang yang anda kritik berkilah atau membela diri, anda tak perlu mendebatnya, bukan itu tujuan anda. Tak perlu pengakuan bahwa pendapat andalah yang benar. Anda ingin menyampaikan apa yang menurut anda benar, diterima atau tidak, apa yang ingin anda sampaikan sebetulnya sudah sampai. Hal ini tentunya berlaku untuk kritik yang sifatnya personal. Dalam hal mengkritik kebijakan yang menyangkut kepentingan orang banyak, tentu saja anda boleh ngotot dan berdebat.
Kado Ultah Setahun Wisanggeni
:Arif Fitra
hidupmu adalah stanza
sepotong makna bermimikri dibalik rimbun kata-kata
kau tuang setetes perih
meluap
membelitkan sulur luka pada irama bermatra
memerahkuningkan petal cinta pada rima
memupuk pucuk harap pada larik yang berkisah
"kau lihatlah bintang itu", katamu
"bukankah sajakku sama kilaunya"
tidak
kaulah bintang itu
kaulah puisi yang hidup
______
Uchi, Lina, Ade jangan ngiri yaaaa ^___^
Ayip jangan geer, dalam terminologimu sendiri apa yang teteh buat adalah p*****
(bahkan teteh ngga sampai hati menuliskannya, huh!)
Friday, January 8, 2010
Tak Mimpi
di persimpangan impian-impian
arah di muka tak terbaca
gerbang di belakang telah terkunci rapat
hanya tersisa jendela kaca
Selamat pagi mimpi
ataukah selamat sore?
berdiriku menyimak adamu
yang mulai usang ditimang bimbang
mengawang
selamat pagi mimpi
atau selamat sore, aku bahkan tak peduli
merah jinggamu kini hanyalah hitam dan abu-abu
kerlipmu tak lagi kilau
mengusam buram
Selamat tinggal mimpi
khidmat kuucap salam
aku meninggalkan persimpangan
menuju arah yang teramat entah
Wednesday, January 6, 2010
Mau Anak Anda Lulus Bocoran?
Tapi hari Rabu pagi rasa senang saya mendadak menguap. Pagi-pagi saya berada di perumahan lembah hijau Cibubur, rumah seorang saudara saya. Di setiap pagar rumah saya lihat ada brosur yang sengaja diselipkan, kebetulan brosur tersebut juga ada di pagar rumah saudara saya tersebut. Saya lihat brosur itu berasal dari sebuah lembaga bimbingan belajar. Tanpa tedeng aling-aling, brosur itu mencantumkan tulisan besar "DIJAMIN LULUS BOCORAN"
Ah, mau dijadikan apa para pelajar kita .................................