Pages

Wednesday, December 2, 2009

Ironi

Saya bertetangga dengan seorang tukang ketoprak. Ini ketoprak betawi yang bisa dimakan ya, bukan ketoprak yang ditonton. Tinggal di sebuah kontrakan kecil satu ruangan plus kamar mandi. Beliau memiliki seorang isteri dan seorang anak berusia kira-kira 3 tahun. Pagi-pagi sebelum berangkat, si anak kadang minta ketoprak sebagai sarapannya dan berlagak seperti pembeli. Si bapak akan melayani permintaan si anak seolah-olah melayani pembeli dewasa.
“Pedes tidak pak?”
“Pedes dikit aja ya” si anak menjawab sambil tersenyum senang diperlakukan seperti itu.
Kalau sudah selesai dibuat, si bapak akan menyerahkannya dengan sopan pada anaknya. Saat si bapak mulai mendorong gerobaknya untuk jualan, si anak akan berteriak dari dalam rumahnya,”bapak hati-hati ya......!”
Si bapak tanpa menoleh akan menjawab, “Ya!”



Saya mengenal sebuah keluarga lain. Bapaknya seorang staf ahli menteri anu. Ibunya seorang PNS, dengan posisi nyaris jadi orang nomor satu di kantor dinas pendidikan tingkat kotamadya. Pendidikan si ibu S2, baik sarjana maupun pascasarjananya dari jurusan kependidikan.
Suatu ketika si ibu baru sampai di rumah menjelang magrib. Karena kelelahan, setelah berganti baju, si ibu rebahan di kamar. Anak perempuannya yang waktu itu baru berusia tiga tahun menghampirinya. Baru beberapa langkah dari pintu si ibu sudah berkata, “Kakaknya maen di luar sana, mama cape,”
Si anak melangkah lagi keluar mengurungkan niatnya mendekati ibunya.
Di saat yang lain, anaknya yang laki-laki yang baru kelas satu SD membentak-bentak pembantunya minta dicarikan mainan. Beberapa saat mencari belum ketemu, teriakan si anak semakin keras, kata-katanyapun semakin tidak sopan. Si ibu yang berada di dalam kamar tidak memberikan respon apapun. Belum ketemu juga, si anak benar-benar murka dan mulai memukuli pembantunya dengan tangan kecilnya. Meskipun kecil, rupanya dalam keadaan marah tenaganya lumayan juga. Si pembantu berusah menangkis pukulan-pukulannya tanpa hasil berkata, “udah.........udah........sakit tahu,” dan mulai menangis terisak-isak. Mendengar pembantunya menangis, baru si ibu keluar kamar, dan ternyata bukan untuk memarahi si anak karena sikapnya, melainkan untuk membantu mencarikan mainan si anak. “Sudah, mamah bantuin cari,” katanya dan mulai sibuk mencari. Si anak sama sekali tidak mendapat teguran, dan si pembantu yang menangis terisak-isak dibiarkan saja.
Saya mampir ke situ sebetulnya cuma untuk numpang sholat maghrib. Begitu akan keluar, si pembantu menghalangi saya di pintu dan memeluk saya erat sekali, meminta saya jangan pergi dulu. Saya cuma bisa mengusap-usap punggungnya tanpa tahu harus berkata apa.



Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya menjadi kuning kemudian hancur. Dan di akhirat nanti ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keredhaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu. (QS Al Hadiid 20)

74 comments:

  1. aduh bu jadi ter.. (kalo mau jujur jadi tertampar)kadang kalo baru sampe rumah terus ayash nangis ngadu sesuatu ibunya ini suka bilang "nanti ya kita ngobrolnya ibu capek dulu..."ampuni hamba ya Allah..

    ReplyDelete
  2. TFS...Dunia ini panggung sandiwara,ceritanya mudah berubah :D

    ReplyDelete
  3. keluhuran budi pekerti memang tidak didapatkan dari harta

    ReplyDelete
  4. merinding aku lho kalo baca tulisan begini makasih banyak bu guru,, biar jadi contoh buat semuanya..banyak sekali hikmah yg bisa di petik dr cerita ini :)

    ReplyDelete
  5. kadang orang gak punya sering kali hubungannya lebih akrab dengan sesama ketimbang yang memiliki segalanya.

    ReplyDelete
  6. aduuuh.. suka banget cerita yang bapak penjual ketoprak ma anaknyasalam ya teeh...

    ReplyDelete
  7. Ya Allah kasihan bener itu mbak nya yg kerja jaga anak... Kesibukan dari pekerjaan orangtua ditambah lagi kurangnya kasih sayang menjadikan anak akan menjadi manja ya bu guru... Indahnya kehidupan di keluarga pertama yg bapaknya jualan Ketoprak^_^

    ReplyDelete
  8. Bukan ironi jika sudut pandang kita bukan berdasarkan materi..

    ReplyDelete
  9. Hmmm... **speechless**Eh, smpe lupa., salam kenal ya, tfs..

    ReplyDelete
  10. harta benda tidak selalu mengiri kebahagiaan. itulah yg disebut rejeki tidak selalu dalam bentuk uang..

    ReplyDelete
  11. harta benda tidak selalu mengiri kebahagiaan. itulah yg disebut rejeki tidak selalu dalam bentuk uang..

    ReplyDelete
  12. harta benda tidak selalu mengiri kebahagiaan. itulah yg disebut rejeki tidak selalu dalam bentuk uang..

    ReplyDelete
  13. harta benda tidak selalu mengiri kebahagiaan. itulah yg disebut rejeki tidak selalu dalam bentuk uang..

    ReplyDelete
  14. Wah, keseruduk dikit...kl rin minta ditemenin nonton, ibunya srg bilang, "sayang, bentar ya ibu ngetik dulu..." pudahall ngempiii.

    ReplyDelete
  15. Padahal rumah adalah madrasah pertama anak ya mb. TFS:)

    ReplyDelete
  16. Betul sekali gambaran Metty....saya sering melihat kelakuan orangtua yg tidak care atau overprotektif yg tidak mendidik terhadap anaknya.Waktu saya menginap dihotel Nikko, saya mengalami kejadian ini. Waktu hendak menggunakan toilet di lobby saya lihat kertas toilet berserakan dimana2 juga kran air yg berjejeran semua menyala. Belum lagi air bergenangan dilantaiyg mmbuat lantai tambah licin.Ternyata itu kerjaan anak2 dari sebuah keluarga yg lg bertamu di hotel. Mereka ditemanin baby sitter yg hanya berani bilang: Jangan...jangan! tanpa dihiraukan oleh anak2 majikannya. Melihat itu semua saya langsung turun tangan dg menegur mereka. Mendengar teguran saya mereka pada lari ke tempat orangtuanya duduk. Dg ujung mata saya ikuti mereka krn saya pengen tahu reaksi si orangtua. Ternyata si pembantu melaporkan apa yg barusan terjadi dn reaksi orangtuanya........si ibu diam saja malah memeluk dua anaknya yg barusan memporak porandakan toilet hotel shg membahayakan orang lain......

    ReplyDelete
  17. saturindu said: *geleng2
    *tetep manggut2, kan aq org nyah konsistein ;-D

    ReplyDelete
  18. kakireina said: *ikutan manggut2 di belakang Kangmas Agus ;-D
    *geleng2

    ReplyDelete
  19. saturindu said: *manggut2
    *ikutan manggut2 di belakang Kangmas Agus ;-D

    ReplyDelete
  20. nengmetty said: Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya menjadi kuning kemudian hancur. Dan di akhirat nanti ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keredhaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu. (QS Al Hadiid 20)
    *manggut2

    ReplyDelete
  21. raniuswah said: suatu hari akan ada masanya bu..
    aamiinmakasih doanya mi^___^

    ReplyDelete
  22. nengmetty said: aamiinehm..........anak...........aamiiin^___^
    suatu hari akan ada masanya bu..

    ReplyDelete
  23. raniuswah said: Betul bu..jangan sampe nanti anak2 ibu mengalami yang kaya begini..(anak2 saya kayanya some time "menikmati" hal ini, insya Allah sekarang setelah ibunya kejedot tiang nggak lagi..)
    aamiinehm..........anak...........aamiiin^___^

    ReplyDelete
  24. nengmetty said: sebetulnya sebagai pengingat diri juga mi^___^
    Betul bu..jangan sampe nanti anak2 ibu mengalami yang kaya begini..(anak2 saya kayanya some time "menikmati" hal ini, insya Allah sekarang setelah ibunya kejedot tiang nggak lagi..)

    ReplyDelete
  25. sunnyndra said: Tenyata ilmu tinggi, pangkat dan jabatan yg tinggi belum tentu bisa dipraktekan untuk anak dan klg sendiri.
    betul, terlalu banyak faktor yang membuat seseorang bersikap begini begitumudah-mudahan Allah senantiasa menuntun langkah-langkah kitaaamiin^___^

    ReplyDelete
  26. raniuswah said: makasih udah mengingatkan.. :(((
    sebetulnya sebagai pengingat diri juga mi^___^

    ReplyDelete
  27. bakhsayanda2 said: tfs buuuuuuu :)
    sama-sama yaaaaaa^___^

    ReplyDelete
  28. nengmetty said: Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya menjadi kuning kemudian hancur. Dan di akhirat nanti ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keredhaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu. (QS Al Hadiid 20)
    Ayat yg indah.Tenyata ilmu tinggi, pangkat dan jabatan yg tinggi belum tentu bisa dipraktekan untuk anak dan klg sendiri.

    ReplyDelete
  29. axhu said: itu lebih dari cukup Bu Guru ... terima kasih :)
    yah, mudah-mudahan sedikit meringankan perasaannya^___^

    ReplyDelete
  30. nengmetty said: wah tidak bermaksud ya mikalau umi merasa terseruduk ya...........alhamdulillah:P
    makasih udah mengingatkan.. :(((

    ReplyDelete
  31. nurinautami said: Hihihi aku balik lagi :)
    silahkan mumpung gratis^___^

    ReplyDelete
  32. raniuswah said: aduh bu jadi ter.. (kalo mau jujur jadi tertampar)kadang kalo baru sampe rumah terus ayash nangis ngadu sesuatu ibunya ini suka bilang "nanti ya kita ngobrolnya ibu capek dulu..."ampuni hamba ya Allah..
    wah tidak bermaksud ya mikalau umi merasa terseruduk ya...........alhamdulillah:P

    ReplyDelete
  33. nurinautami said: TFS...Dunia ini panggung sandiwara,ceritanya mudah berubah :D
    iya, panggung sandiwara dengan tiket yang terkadang sangat mahal^___^

    ReplyDelete
  34. kolakpisang4500 said: wah.. nice post bu. Full moral story
    Terima kasih antojadikan pelajaran agar bertindak bijak menghadapi anakmu yah^___^

    ReplyDelete
  35. ivoniezahra said: Ironi dan miris :)
    betul, saya jadi ingin tahu, kelak setelah dewasa, bagaimana jadinya anak-anak tersebut^___^

    ReplyDelete
  36. narigunung said: keluhuran budi pekerti memang tidak didapatkan dari harta
    betul sekali, dan anehnya juga tidak dari latar belakang pendidikanpada akhirnya semua terpulang ke pribadi masing-masing^___^

    ReplyDelete
  37. liya715 said: merinding aku lho kalo baca tulisan begini makasih banyak bu guru,, biar jadi contoh buat semuanya..banyak sekali hikmah yg bisa di petik dr cerita ini :)
    terima kasih sudah membacamudah-mudahan menjadikan kita semakin bijak^___^

    ReplyDelete
  38. nitafebri said: kadang orang gak punya sering kali hubungannya lebih akrab dengan sesama ketimbang yang memiliki segalanya.
    harta dan pendidikan itu bukan ukuan ya nit^___^

    ReplyDelete
  39. menatapmatahari said: aduuuh.. suka banget cerita yang bapak penjual ketoprak ma anaknyasalam ya teeh...
    waduh, ngga berani aku ling tanpa ijiiiin................*ngelihatin viewing history kok belum nongol juga ya*

    ReplyDelete
  40. miftamifta said: Ya Allah kasihan bener itu mbak nya yg kerja jaga anak... Kesibukan dari pekerjaan orangtua ditambah lagi kurangnya kasih sayang menjadikan anak akan menjadi manja ya bu guru... Indahnya kehidupan di keluarga pertama yg bapaknya jualan Ketoprak^_^
    memang kasihan sekali, sedihnya lagi saya dalam posisi tidak dapat berbuat apa-apaitulah ironinya, seorang yang sederhana dapat memperlakukan anaknya dengan begitu indah^___^

    ReplyDelete
  41. gul0j0wo said: bacanya kapan2 yaaa
    balik lagi yaaaa:)

    ReplyDelete
  42. nengmetty said: si pembantu menghalangi saya di pintu dan memeluk saya erat sekali, meminta saya jangan pergi dulu. Saya cuma bisa mengusap-usap punggungnya tanpa tahu harus berkata apa.
    itu lebih dari cukup Bu Guru ... terima kasih :)

    ReplyDelete
  43. debapirez said: haha...klo lg punya duit,ngomongnya bijak.kalau lg kere',komennya bisa beda hehe...
    tingkat kebijakan ditentukan oleh ketebalan kantong^___^

    ReplyDelete
  44. kakireina said: pasti nyaaaaaaaaaahh... xixixixixi... *kedip2 konsistein*
    uah malem mbak, meremkedip-kedip terus cape lho^___^

    ReplyDelete
  45. kakireina said: xixixixixixi... maapin ya mb, maklum blio bekas anak gaul jehh ;-D
    Jaman sekarang memang harus segala bisa^___^

    ReplyDelete
  46. kakireina said: makasiy mba... errr, saya pesen es kelapa muda ajah yaa... gpl ... ;)
    tunggu ya mbak, nyari puunnya dulu^___^

    ReplyDelete
  47. haha...klo lg punya duit,ngomongnya bijak.kalau lg kere',komennya bisa beda hehe...

    ReplyDelete
  48. nengmetty said: aha, asistennya lebih konsisten^___^
    pasti nyaaaaaaaaaahh... xixixixixi... *kedip2 konsistein*

    ReplyDelete
  49. nengmetty said: pak ustadz, tripingnya nanti kalau tamu-tamu sudah pulang ya^___^
    xixixixixixi... maapin ya mb, maklum blio bekas anak gaul jehh ;-D

    ReplyDelete
  50. nengmetty said: oh, pak ustadz bawa asistenselamat datang mbak^___^
    makasiy mba... errr, saya pesen es kelapa muda ajah yaa... gpl ... ;)

    ReplyDelete
  51. penjelajahsemesta said: Bukan ironi jika sudut pandang kita bukan berdasarkan materi..
    ironi kalau saya melihatnya dari latar belakang pendidikan^___^

    ReplyDelete
  52. litafebrian said: Hmmm... **speechless**Eh, smpe lupa., salam kenal ya, tfs..
    Salam kenal jugaterima kasih sudah mampir ya^___^

    ReplyDelete
  53. megalotus said: jzfs,mbak!
    afwan^___^

    ReplyDelete
  54. debapirez said: harta benda tidak selalu mengiri kebahagiaan. itulah yg disebut rejeki tidak selalu dalam bentuk uang..
    sepakatwah calon penganten semakin bijaksana^____^

    ReplyDelete
  55. adearin said: Wah, keseruduk dikit...kl rin minta ditemenin nonton, ibunya srg bilang, "sayang, bentar ya ibu ngetik dulu..." pudahall ngempiii.
    waduh, sakit ngga mbak keseruduknya?^___^

    ReplyDelete
  56. liesemargaretha said: Padahal rumah adalah madrasah pertama anak ya mb. TFS:)
    betul sekaliterkadang sedih juga kalau orang tua menyalahkan sekolah ketika kelakuan anaknya rada tidak paspadahal pendidikan di rumah itu harusnya lebih berpengaruh

    ReplyDelete
  57. puntowati said: Betul sekali gambaran Metty....saya sering melihat kelakuan orangtua yg tidak care atau overprotektif yg tidak mendidik terhadap anaknya.Waktu saya menginap dihotel Nikko, saya mengalami kejadian ini. Waktu hendak menggunakan toilet di lobby saya lihat kertas toilet berserakan dimana2 juga kran air yg berjejeran semua menyala. Belum lagi air bergenangan dilantaiyg mmbuat lantai tambah licin.Ternyata itu kerjaan anak2 dari sebuah keluarga yg lg bertamu di hotel. Mereka ditemanin baby sitter yg hanya berani bilang: Jangan...jangan! tanpa dihiraukan oleh anak2 majikannya. Melihat itu semua saya langsung turun tangan dg menegur mereka. Mendengar teguran saya mereka pada lari ke tempat orangtuanya duduk. Dg ujung mata saya ikuti mereka krn saya pengen tahu reaksi si orangtua. Ternyata si pembantu melaporkan apa yg barusan terjadi dn reaksi orangtuanya........si ibu diam saja malah memeluk dua anaknya yg barusan memporak porandakan toilet hotel shg membahayakan orang lain......
    Yang menyedihkan, orang-orang tersebut justru dari kalangan terdidik ya mbakMenurut saya mereka mewujudkan rasa sayangnya dengan cara yang salah^___^

    ReplyDelete
  58. larass said: absen dulu yah.....
    absen dicatat^___^

    ReplyDelete
  59. kakireina said: *tetep manggut2, kan aq org nyah konsistein ;-D
    aha, asistennya lebih konsisten^___^

    ReplyDelete
  60. saturindu said: *geleng2
    pak ustadz, tripingnya nanti kalau tamu-tamu sudah pulang ya^___^

    ReplyDelete
  61. kakireina said: *ikutan manggut2 di belakang Kangmas Agus ;-D
    oh, pak ustadz bawa asistenselamat datang mbak^___^

    ReplyDelete
  62. saturindu said: *manggut2
    eh, maaf pak ustadzmau minum apa pak ustadz?

    ReplyDelete
  63. fivefebruary said: Renungan yang mengena tehTfs
    Ayo merenung-renung^___^

    ReplyDelete
  64. elok46 said: ironisbisa buat bahan renungan
    selamat merenung elok^___^

    ReplyDelete