“Pedes tidak pak?”
“Pedes dikit aja ya” si anak menjawab sambil tersenyum senang diperlakukan seperti itu.
Kalau sudah selesai dibuat, si bapak akan menyerahkannya dengan sopan pada anaknya. Saat si bapak mulai mendorong gerobaknya untuk jualan, si anak akan berteriak dari dalam rumahnya,”bapak hati-hati ya......!”
Si bapak tanpa menoleh akan menjawab, “Ya!”
Saya mengenal sebuah keluarga lain. Bapaknya seorang staf ahli menteri anu. Ibunya seorang PNS, dengan posisi nyaris jadi orang nomor satu di kantor dinas pendidikan tingkat kotamadya. Pendidikan si ibu S2, baik sarjana maupun pascasarjananya dari jurusan kependidikan.
Suatu ketika si ibu baru sampai di rumah menjelang magrib. Karena kelelahan, setelah berganti baju, si ibu rebahan di kamar. Anak perempuannya yang waktu itu baru berusia tiga tahun menghampirinya. Baru beberapa langkah dari pintu si ibu sudah berkata, “Kakaknya maen di luar sana, mama cape,”
Si anak melangkah lagi keluar mengurungkan niatnya mendekati ibunya.
Di saat yang lain, anaknya yang laki-laki yang baru kelas satu SD membentak-bentak pembantunya minta dicarikan mainan. Beberapa saat mencari belum ketemu, teriakan si anak semakin keras, kata-katanyapun semakin tidak sopan. Si ibu yang berada di dalam kamar tidak memberikan respon apapun. Belum ketemu juga, si anak benar-benar murka dan mulai memukuli pembantunya dengan tangan kecilnya. Meskipun kecil, rupanya dalam keadaan marah tenaganya lumayan juga. Si pembantu berusah menangkis pukulan-pukulannya tanpa hasil berkata, “udah.........udah........sakit tahu,” dan mulai menangis terisak-isak. Mendengar pembantunya menangis, baru si ibu keluar kamar, dan ternyata bukan untuk memarahi si anak karena sikapnya, melainkan untuk membantu mencarikan mainan si anak. “Sudah, mamah bantuin cari,” katanya dan mulai sibuk mencari. Si anak sama sekali tidak mendapat teguran, dan si pembantu yang menangis terisak-isak dibiarkan saja.
Saya mampir ke situ sebetulnya cuma untuk numpang sholat maghrib. Begitu akan keluar, si pembantu menghalangi saya di pintu dan memeluk saya erat sekali, meminta saya jangan pergi dulu. Saya cuma bisa mengusap-usap punggungnya tanpa tahu harus berkata apa.
Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya menjadi kuning kemudian hancur. Dan di akhirat nanti ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keredhaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu. (QS Al Hadiid 20)
aduh bu jadi ter.. (kalo mau jujur jadi tertampar)kadang kalo baru sampe rumah terus ayash nangis ngadu sesuatu ibunya ini suka bilang "nanti ya kita ngobrolnya ibu capek dulu..."ampuni hamba ya Allah..
ReplyDeleteTFS...Dunia ini panggung sandiwara,ceritanya mudah berubah :D
ReplyDeletewah.. nice post bu. Full moral story
ReplyDeleteIroni dan miris :)
ReplyDeletekeluhuran budi pekerti memang tidak didapatkan dari harta
ReplyDeletemerinding aku lho kalo baca tulisan begini makasih banyak bu guru,, biar jadi contoh buat semuanya..banyak sekali hikmah yg bisa di petik dr cerita ini :)
ReplyDeletekadang orang gak punya sering kali hubungannya lebih akrab dengan sesama ketimbang yang memiliki segalanya.
ReplyDeleteaduuuh.. suka banget cerita yang bapak penjual ketoprak ma anaknyasalam ya teeh...
ReplyDeleteYa Allah kasihan bener itu mbak nya yg kerja jaga anak... Kesibukan dari pekerjaan orangtua ditambah lagi kurangnya kasih sayang menjadikan anak akan menjadi manja ya bu guru... Indahnya kehidupan di keluarga pertama yg bapaknya jualan Ketoprak^_^
ReplyDeletebacanya kapan2 yaaa
ReplyDeleteBukan ironi jika sudut pandang kita bukan berdasarkan materi..
ReplyDeleteHmmm... **speechless**Eh, smpe lupa., salam kenal ya, tfs..
ReplyDeletejzfs,mbak!
ReplyDeleteharta benda tidak selalu mengiri kebahagiaan. itulah yg disebut rejeki tidak selalu dalam bentuk uang..
ReplyDeleteharta benda tidak selalu mengiri kebahagiaan. itulah yg disebut rejeki tidak selalu dalam bentuk uang..
ReplyDeleteharta benda tidak selalu mengiri kebahagiaan. itulah yg disebut rejeki tidak selalu dalam bentuk uang..
ReplyDeleteharta benda tidak selalu mengiri kebahagiaan. itulah yg disebut rejeki tidak selalu dalam bentuk uang..
ReplyDeleteWah, keseruduk dikit...kl rin minta ditemenin nonton, ibunya srg bilang, "sayang, bentar ya ibu ngetik dulu..." pudahall ngempiii.
ReplyDeletePadahal rumah adalah madrasah pertama anak ya mb. TFS:)
ReplyDeleteBetul sekali gambaran Metty....saya sering melihat kelakuan orangtua yg tidak care atau overprotektif yg tidak mendidik terhadap anaknya.Waktu saya menginap dihotel Nikko, saya mengalami kejadian ini. Waktu hendak menggunakan toilet di lobby saya lihat kertas toilet berserakan dimana2 juga kran air yg berjejeran semua menyala. Belum lagi air bergenangan dilantaiyg mmbuat lantai tambah licin.Ternyata itu kerjaan anak2 dari sebuah keluarga yg lg bertamu di hotel. Mereka ditemanin baby sitter yg hanya berani bilang: Jangan...jangan! tanpa dihiraukan oleh anak2 majikannya. Melihat itu semua saya langsung turun tangan dg menegur mereka. Mendengar teguran saya mereka pada lari ke tempat orangtuanya duduk. Dg ujung mata saya ikuti mereka krn saya pengen tahu reaksi si orangtua. Ternyata si pembantu melaporkan apa yg barusan terjadi dn reaksi orangtuanya........si ibu diam saja malah memeluk dua anaknya yg barusan memporak porandakan toilet hotel shg membahayakan orang lain......
ReplyDeleteabsen dulu yah.....
ReplyDeletesaturindu said: *geleng2
ReplyDelete*tetep manggut2, kan aq org nyah konsistein ;-D
kakireina said: *ikutan manggut2 di belakang Kangmas Agus ;-D
ReplyDelete*geleng2
saturindu said: *manggut2
ReplyDelete*ikutan manggut2 di belakang Kangmas Agus ;-D
nengmetty said: Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya menjadi kuning kemudian hancur. Dan di akhirat nanti ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keredhaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu. (QS Al Hadiid 20)
ReplyDelete*manggut2
Renungan yang mengena tehTfs
ReplyDeleteironisbisa buat bahan renungan
ReplyDeleteraniuswah said: suatu hari akan ada masanya bu..
ReplyDeleteaamiinmakasih doanya mi^___^
nengmetty said: aamiinehm..........anak...........aamiiin^___^
ReplyDeletesuatu hari akan ada masanya bu..
raniuswah said: Betul bu..jangan sampe nanti anak2 ibu mengalami yang kaya begini..(anak2 saya kayanya some time "menikmati" hal ini, insya Allah sekarang setelah ibunya kejedot tiang nggak lagi..)
ReplyDeleteaamiinehm..........anak...........aamiiin^___^
nengmetty said: sebetulnya sebagai pengingat diri juga mi^___^
ReplyDeleteBetul bu..jangan sampe nanti anak2 ibu mengalami yang kaya begini..(anak2 saya kayanya some time "menikmati" hal ini, insya Allah sekarang setelah ibunya kejedot tiang nggak lagi..)
sunnyndra said: Tenyata ilmu tinggi, pangkat dan jabatan yg tinggi belum tentu bisa dipraktekan untuk anak dan klg sendiri.
ReplyDeletebetul, terlalu banyak faktor yang membuat seseorang bersikap begini begitumudah-mudahan Allah senantiasa menuntun langkah-langkah kitaaamiin^___^
raniuswah said: makasih udah mengingatkan.. :(((
ReplyDeletesebetulnya sebagai pengingat diri juga mi^___^
bakhsayanda2 said: tfs buuuuuuu :)
ReplyDeletesama-sama yaaaaaa^___^
nengmetty said: Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya menjadi kuning kemudian hancur. Dan di akhirat nanti ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keredhaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu. (QS Al Hadiid 20)
ReplyDeleteAyat yg indah.Tenyata ilmu tinggi, pangkat dan jabatan yg tinggi belum tentu bisa dipraktekan untuk anak dan klg sendiri.
axhu said: itu lebih dari cukup Bu Guru ... terima kasih :)
ReplyDeleteyah, mudah-mudahan sedikit meringankan perasaannya^___^
nengmetty said: wah tidak bermaksud ya mikalau umi merasa terseruduk ya...........alhamdulillah:P
ReplyDeletemakasih udah mengingatkan.. :(((
nurinautami said: Hihihi aku balik lagi :)
ReplyDeletesilahkan mumpung gratis^___^
raniuswah said: aduh bu jadi ter.. (kalo mau jujur jadi tertampar)kadang kalo baru sampe rumah terus ayash nangis ngadu sesuatu ibunya ini suka bilang "nanti ya kita ngobrolnya ibu capek dulu..."ampuni hamba ya Allah..
ReplyDeletewah tidak bermaksud ya mikalau umi merasa terseruduk ya...........alhamdulillah:P
nurinautami said: TFS...Dunia ini panggung sandiwara,ceritanya mudah berubah :D
ReplyDeleteiya, panggung sandiwara dengan tiket yang terkadang sangat mahal^___^
tfs buuuuuuu :)
ReplyDeletekolakpisang4500 said: wah.. nice post bu. Full moral story
ReplyDeleteTerima kasih antojadikan pelajaran agar bertindak bijak menghadapi anakmu yah^___^
ivoniezahra said: Ironi dan miris :)
ReplyDeletebetul, saya jadi ingin tahu, kelak setelah dewasa, bagaimana jadinya anak-anak tersebut^___^
narigunung said: keluhuran budi pekerti memang tidak didapatkan dari harta
ReplyDeletebetul sekali, dan anehnya juga tidak dari latar belakang pendidikanpada akhirnya semua terpulang ke pribadi masing-masing^___^
liya715 said: merinding aku lho kalo baca tulisan begini makasih banyak bu guru,, biar jadi contoh buat semuanya..banyak sekali hikmah yg bisa di petik dr cerita ini :)
ReplyDeleteterima kasih sudah membacamudah-mudahan menjadikan kita semakin bijak^___^
nitafebri said: kadang orang gak punya sering kali hubungannya lebih akrab dengan sesama ketimbang yang memiliki segalanya.
ReplyDeleteharta dan pendidikan itu bukan ukuan ya nit^___^
menatapmatahari said: aduuuh.. suka banget cerita yang bapak penjual ketoprak ma anaknyasalam ya teeh...
ReplyDeletewaduh, ngga berani aku ling tanpa ijiiiin................*ngelihatin viewing history kok belum nongol juga ya*
miftamifta said: Ya Allah kasihan bener itu mbak nya yg kerja jaga anak... Kesibukan dari pekerjaan orangtua ditambah lagi kurangnya kasih sayang menjadikan anak akan menjadi manja ya bu guru... Indahnya kehidupan di keluarga pertama yg bapaknya jualan Ketoprak^_^
ReplyDeletememang kasihan sekali, sedihnya lagi saya dalam posisi tidak dapat berbuat apa-apaitulah ironinya, seorang yang sederhana dapat memperlakukan anaknya dengan begitu indah^___^
gul0j0wo said: bacanya kapan2 yaaa
ReplyDeletebalik lagi yaaaa:)
nengmetty said: si pembantu menghalangi saya di pintu dan memeluk saya erat sekali, meminta saya jangan pergi dulu. Saya cuma bisa mengusap-usap punggungnya tanpa tahu harus berkata apa.
ReplyDeleteitu lebih dari cukup Bu Guru ... terima kasih :)
Hihihi aku balik lagi :)
ReplyDeletedebapirez said: haha...klo lg punya duit,ngomongnya bijak.kalau lg kere',komennya bisa beda hehe...
ReplyDeletetingkat kebijakan ditentukan oleh ketebalan kantong^___^
kakireina said: pasti nyaaaaaaaaaahh... xixixixixi... *kedip2 konsistein*
ReplyDeleteuah malem mbak, meremkedip-kedip terus cape lho^___^
kakireina said: xixixixixixi... maapin ya mb, maklum blio bekas anak gaul jehh ;-D
ReplyDeleteJaman sekarang memang harus segala bisa^___^
kakireina said: makasiy mba... errr, saya pesen es kelapa muda ajah yaa... gpl ... ;)
ReplyDeletetunggu ya mbak, nyari puunnya dulu^___^
haha...klo lg punya duit,ngomongnya bijak.kalau lg kere',komennya bisa beda hehe...
ReplyDeletenengmetty said: aha, asistennya lebih konsisten^___^
ReplyDeletepasti nyaaaaaaaaaahh... xixixixixi... *kedip2 konsistein*
nengmetty said: pak ustadz, tripingnya nanti kalau tamu-tamu sudah pulang ya^___^
ReplyDeletexixixixixixi... maapin ya mb, maklum blio bekas anak gaul jehh ;-D
nengmetty said: oh, pak ustadz bawa asistenselamat datang mbak^___^
ReplyDeletemakasiy mba... errr, saya pesen es kelapa muda ajah yaa... gpl ... ;)
penjelajahsemesta said: Bukan ironi jika sudut pandang kita bukan berdasarkan materi..
ReplyDeleteironi kalau saya melihatnya dari latar belakang pendidikan^___^
litafebrian said: Hmmm... **speechless**Eh, smpe lupa., salam kenal ya, tfs..
ReplyDeleteSalam kenal jugaterima kasih sudah mampir ya^___^
megalotus said: jzfs,mbak!
ReplyDeleteafwan^___^
debapirez said: harta benda tidak selalu mengiri kebahagiaan. itulah yg disebut rejeki tidak selalu dalam bentuk uang..
ReplyDeletesepakatwah calon penganten semakin bijaksana^____^
adearin said: Wah, keseruduk dikit...kl rin minta ditemenin nonton, ibunya srg bilang, "sayang, bentar ya ibu ngetik dulu..." pudahall ngempiii.
ReplyDeletewaduh, sakit ngga mbak keseruduknya?^___^
liesemargaretha said: Padahal rumah adalah madrasah pertama anak ya mb. TFS:)
ReplyDeletebetul sekaliterkadang sedih juga kalau orang tua menyalahkan sekolah ketika kelakuan anaknya rada tidak paspadahal pendidikan di rumah itu harusnya lebih berpengaruh
puntowati said: Betul sekali gambaran Metty....saya sering melihat kelakuan orangtua yg tidak care atau overprotektif yg tidak mendidik terhadap anaknya.Waktu saya menginap dihotel Nikko, saya mengalami kejadian ini. Waktu hendak menggunakan toilet di lobby saya lihat kertas toilet berserakan dimana2 juga kran air yg berjejeran semua menyala. Belum lagi air bergenangan dilantaiyg mmbuat lantai tambah licin.Ternyata itu kerjaan anak2 dari sebuah keluarga yg lg bertamu di hotel. Mereka ditemanin baby sitter yg hanya berani bilang: Jangan...jangan! tanpa dihiraukan oleh anak2 majikannya. Melihat itu semua saya langsung turun tangan dg menegur mereka. Mendengar teguran saya mereka pada lari ke tempat orangtuanya duduk. Dg ujung mata saya ikuti mereka krn saya pengen tahu reaksi si orangtua. Ternyata si pembantu melaporkan apa yg barusan terjadi dn reaksi orangtuanya........si ibu diam saja malah memeluk dua anaknya yg barusan memporak porandakan toilet hotel shg membahayakan orang lain......
ReplyDeleteYang menyedihkan, orang-orang tersebut justru dari kalangan terdidik ya mbakMenurut saya mereka mewujudkan rasa sayangnya dengan cara yang salah^___^
larass said: absen dulu yah.....
ReplyDeleteabsen dicatat^___^
kakireina said: *tetep manggut2, kan aq org nyah konsistein ;-D
ReplyDeleteaha, asistennya lebih konsisten^___^
saturindu said: *geleng2
ReplyDeletepak ustadz, tripingnya nanti kalau tamu-tamu sudah pulang ya^___^
kakireina said: *ikutan manggut2 di belakang Kangmas Agus ;-D
ReplyDeleteoh, pak ustadz bawa asistenselamat datang mbak^___^
saturindu said: *manggut2
ReplyDeleteeh, maaf pak ustadzmau minum apa pak ustadz?
fivefebruary said: Renungan yang mengena tehTfs
ReplyDeleteAyo merenung-renung^___^
elok46 said: ironisbisa buat bahan renungan
ReplyDeleteselamat merenung elok^___^
namanya anak kecil....:)
ReplyDelete