Sebuah ruangan, kantor aku kira, yang cukup luas dengan beberapa lemari filling cabinet di sisi temboknya. Satu set sofa lengkap dengan mejanya. Aku tak tahu kalau sebuah rumah makan ternyata punya kantor yang cukup luas seperti ini. Di pojok terdapat sebuah meja kerja, dan seseorang duduk di belakangnya sedang menatap diriku dari ujung rambut sampai ujung kaki. Benar-benar penuh selidik membuatku bertanya-tanya apa aku lupa menyisir sebelum berangkat kemari? Si mas-mas yang mengantarku sedikit maju dan berkata;
“Mbak ini sedang mencari pekerjaan, dan dia katanya bisa masak,” katanya.
Dodol! Siapa yang bilang bisa masak? Apa kupingnya ngga dibersihkan selama setahun?
“Oh, silahkan duduk,” orang itu bicara tanpa senyum. Si mas yang mengantarku meninggalkan kami, dan aku jadi sedikit grogi. Ingin rasanya memanggil mas itu untuk menemaniku menghadapi interogasi ini.
“Bisa buat makanan luar? Itali, Perancis, jepang, atau Thailand?” dan dia menyebutkan beberapa kata dalam bahasa asing yang aku sama sekali tak tahu maksudnya. Aku melongo.
“Atau masakan daerah? Sop konro? gulai banak? Ayam rica-rica?”tanyanya lagi.
Dalam hatiku aku berkata, tuan, anda ingin apa? Indomie rebus atau Indomie goreng? Beri saya waktu sepuluh menit, dan saya akan menghidangkannya untuk anda. Tapi tentu saja aku tidak bisa bicara seperti itu. Maka akupun hanya menggeleng.
“Jadi masak apa yang kau bisa?”
Nah ini baru pertanyaan, mungkin aku bisa menjawabnya. Sebentar aku pikirkan dulu. Telur rebus? Telur dadar? Telur mata sapi? Telur orak-arik? Mana kira-kira yang akan membuat tuan di depanku ini terkesan? Sedikit nekat aku menjawab; Nasi goreng!
Giliran tuan di depanku ini yang melongo. Satu sama pikirku puas.
“Nasi goreng apa?” tanyanya belum mau kalah.
“Eh, eeeee..... apa saja. Nasi goreng tanpa kecap, dengan kecap, nasi goreng kambing, petai, ikan asin..............” cerocosku mengingat-ingat tulisan di tenda penjual nasi goreng di ujung gang kontrakanku.
“Baik,” katanya. Lalu dia mengangkat telepon yang terletak di samping meja. Telepon yang aneh menurutka karena hanya punya tiga tombol, sama sekali tidak ada tombol angkanya. Dia memencet tombol yang tengah, lalu berkata,”Heru, bisa kemari sebentar?”
Aku tidak mendengar jawabannya. Tapi tidak lama seorang laku-laki berbaju putih-putih, menggunakan celemek yang juga putih, bertopi koki berwarna putih juga masuk ke ruangan.
“Ya, pak?” katanya begitu memasuki ruangan.
“Mbak ini melamar untuk jadi juru masak. Dia Cuma bisa bikin nasi goreng. Suruh dia bikin nasi goreng seafood,”
“Baik, pak. Mari mbak,”
Aku mengikutinya. Rupanya orang-orang yang bekerja di rumah makan ini punya masalah dengan organ pendengaran mereka. Seingatku, aku tidak menyebutkan nasi goreng seafood tadi. Sepanjang perjalanan mengikuti orang yang dipanggil Heru itu, aku berpikir, dengan merasa sedikit sakit hati, orang itu bahkan tidak menanyakan siapa namaku. Mungkin keterampilanku mengiris bawang jauh lebih berharga bagi mereka dibandingkan dengan namaku. Dan ternyata, aku tidak perlu terampil mengiris bawang.
Aku sampai di ruangan bertuliskan kitchen di pintunya. Busyeeeet, gede sekali. Ukurannya mungkin lima kali besar kontrakanku. Dua buah paha sapi utuh nampak tergantung di lemari berpintu kaca di sudut. Disampingnya berderet-deret lemari pendingin penuh berisi ayam dan beberapa unggas lain. Meja putih beralas marmer nampak memanjang di tengah-tengah ruangan, beberapa orang nampak menghadapi meja tersebut melakukan berbagai aktifitas, mengiris, memukul-mukul, entah apa, memotong sayuran. Semuanya menggunakan celemek dan tutup kepala. Di dinding sebelah kanan nampak sebuah jendela besar, orang-orang itu meletakkan makanan yang nampaknya siap untuk disajikan dijendela tersebut. Diatas jendela tersebut nampak sebuah layar besar menampilkan tabel berisi angka, kemudian nama asing, sesuatu sepertinya ukuran ada medium, large dan regular, dan penjelasan seperti, tanpa bawang, double cheese dan kata-kata lain seperti itu, setidaknya kupikir begitu karena aku juga tidak tahu artinya.
Heru menyodorkan sebuah celemek dan sebuah topi berwarna putih untuk kupakai. Dengan sedikit risih aku memakainya. Heru menunjukkan alat-alat yang bisa kupakai, lalu memanggil seorang bernama Lili untuk membantuku. Lalu dia meninggalkanku dan sibuk melakukan ini itu dan menyuruh ini itu. Sepertinya dialah komandan di ruangan ini.
“Butuh apa mbak? Tanya Lili
“Bawang,” kataku
“Berapa butir? Diiris atau di tumbuk?” tanyanya.
Apa? Horeeee, berarti aku tidak perlu menumbuk sendiri. Lalu akupun jadi belagu. Menyuruh menumbuk ini itu, mengiris ini itu, dan aku hanya bermain-main dengan ketimun. Tapi aku bingung, kalau untuk nasi goreng, seafoodnya harus diapain dulu ya? Masa dimasukkan mentah-mentah? Akhirnya aku menyuruhnya mengupas udang dan mengiris cumi menjadi potongan-potongan kecil, lalu aku menumisnya, iseng aku ambil botol yang ada di rak yang ada disamping tempatku memasak. Aku bahkan tidak bisa mengeja tulisan pada botol tersebut, bodo amat, aku masukkan satu sendok ke dalam tumisanku. Aku ambil botol yang lain, tanpa membaca tulisannya aku masukkan pula satu sendok. Lalu aku masukan nasi yang sudah disiapkan oleh Lili, aku masukkan irisan daun bawang, sempat terlintas dipikiranku bahwa tukang nasi goreng tidak pernah memasukkan daun bawang pada nasi goreng yang dibuatnya. Setelah mateng, aku sempet ragu-ragu, apa aku perlu membuat juga telur dadarnya? Akhirnya kuputuskan tidak perlu. Dengan nasi goreng ancur, yang bahkan aku tidak mau mencicipinya. Pastilah aku tidak akan diterima. Jadi tidak perlu repot-repot.
Seolah tahu aku sudah selesai, Heru menghampiriku. Mengambil piring nasi gorengku, kemudian mengernyitkan keningnya. Mendekatkan nasi goreng itu ke hidungnya, dan dia tersenyum geli. Nah, nah, silahkan katakan, aku tidak apa-apa.
“Sebentar,” katanya, lalu dia menghampiri sebuah pesawat telepon
yang mirip dengan yang di meja laki-laki tadi. Lalu aku mendengar dia berkata,”Pak, saya merekomendasikan dia.”
Hah? Apa organ pendengaranku sekarang yang tidak beres? (BERSAMBUNG)
________
Juara, aku setor separo dulu ya, ada keperluan dulu nih, nanti siang atau besok diterusin lagi.
haha...menarik ceritanya. saya tunggu kelanjutannya.
ReplyDeletegimana ya rasa nasi gorengnya???biar gak penasaran, saya pesan satu neng.. pedesss... :D
ReplyDeleteWah, bs tau isi kitchen resto pasti riset sm koki yip2....kan?
ReplyDeletePr ya Met ? rajin banget, kontaknya sering2 banyak kasih PR ya...hehehe...bikin penasaran : apa sih yg bikin nasi gorengnya jadi direkomendasikan pak heru ?
ReplyDeleteseru Bu Guru, ditunggu kelanjutannya.
ReplyDeletepingkanrizkiarto said: nasi goreng satu mbak !
ReplyDeletenasi goreng kambing, petai atau seafood? Pedas atau tidak? dimakan di sini atau dibungkus?^___^
nasi goreng satu mbak !
ReplyDeletekandanggelap said: Weww.... Suka aku ma tulisanmu. Hehe.. :)Tapi kok bisa diterima? Padahal tu koki lum rasain nasi goreng kamu?Hmm.. Giliran aku yang mengernyitkan kening. Hahahaa............Ditunggu yah sambungannya. ^ ^
ReplyDeletekenapa bisa ya? aku juga bingung :Psabar ya, agak perlu dipikirkan lagisoalnya jalan ceritanya jadi agak melenceng dari niat awalrasa-rasanya judulnya jadi bakalan ngga nyambung nih :P
arifsibijak said: cheese dll, , ,ga mutu banget,...masak pake dll,...
ReplyDeletehuh, ada yang kangen dilempar ulekan sepertinyatuh sudah diedit^___^
m3z0e said: setengah jam???
ReplyDeletekalau anda mau, kami bisa menjadikannya 3 jam^___^
Weww.... Suka aku ma tulisanmu. Hehe.. :)Tapi kok bisa diterima? Padahal tu koki lum rasain nasi goreng kamu?Hmm.. Giliran aku yang mengernyitkan kening. Hahahaa............Ditunggu yah sambungannya. ^ ^
ReplyDeletecheese dll, , ,ga mutu banget,...masak pake dll,...
ReplyDeletenengmetty said: dalam setengah jam
ReplyDeletesetengah jam???
m3z0e said: biasa, teh manis anget :))
ReplyDeletebaik, silahkan bayar dulu di kasir ya pakdalam setengah jam hidangan kami antar ke meja bapak^____^
binarlangitbiru said: yaaaah bersambung...., udah lapaar nih
ReplyDeletehehehe.......sabar yaa^___^
kakireina said: numpang baca ya mb... crita nyah asik, cuman nyebeliiiiiin... abis pakek bersambung segala, hiks *mecucu*
ReplyDeleteSilahkan..........sengaja bersambung biar mbak rika kembali lagi ^___^Katanya mecucunya mbak rika bikin tambah cantik lho^___^
nitafebri said: di tunggu lanjutannya..
ReplyDeleteIya, nanti yaaaaa^___^
nengmetty said: Minumnya apa pak?^___^
ReplyDeletebiasa, teh manis anget :))
keroncongsunyi said: Hehehe...Beri alinea perparagraf dong.Agar bisa bernafas dikit nih....
ReplyDeletegimana sih caranya agar paragrafnya menjorok ke dalam? Kalau saya pencet space beberapa kali, ketika dipublish tetap saja tidak menjorok? Kasih tahu dong^___^
hiks..........jangan nangis gitu dongsaya bikinin seporsi niiiih^___^
ReplyDeletelarass said: saya juga pesen tapi jangan pedes sama sekali, Larass gak suka pedas :)ditunggu selanjutnya.....
ReplyDeleteSiap..........makan sini apa bungkus?^___^
debapirez said: haha...menarik ceritanya. saya tunggu kelanjutannya.
ReplyDeletehehe.....terima kasih pujiannyatunggu yaaaa^___^
m3z0e said: gimana ya rasa nasi gorengnya???biar gak penasaran, saya pesan satu neng.. pedesss... :D
ReplyDeleteMinumnya apa pak?^___^
adearin said: Wah, bs tau isi kitchen resto pasti riset sm koki yip2....kan?
ReplyDeletesaya riset ke si yip memang, bukan soal dapur sih, tapi soal detil fakta^___^
sunnyndra said: Pr ya Met ? rajin banget, kontaknya sering2 banyak kasih PR ya...hehehe...bikin penasaran : apa sih yg bikin nasi gorengnya jadi direkomendasikan pak heru ?
ReplyDeleteini sih disentil orang, kenapa vakum terus jadi ya saya buat dehKalau penasaran, tunggu lanjutannya ya^___^
axhu said: seru Bu Guru, ditunggu kelanjutannya.
ReplyDeletehehehe....terima kasih mau membacanya^___^
yaaaah bersambung...., udah lapaar nih
ReplyDeletenumpang baca ya mb... crita nyah asik, cuman nyebeliiiiiin... abis pakek bersambung segala, hiks *mecucu*
ReplyDeletedi tunggu lanjutannya..
ReplyDeleteHehehe...Beri alinea perparagraf dong.Agar bisa bernafas dikit nih....
ReplyDeleteHehehe...Beri alinea perparagraf dong.Agar bisa bernafas dikit nih....
ReplyDeleteLaperrrr
ReplyDeletem3z0e said: gimana ya rasa nasi gorengnya???biar gak penasaran, saya pesan satu neng.. pedesss... :D
ReplyDeletesaya juga pesen tapi jangan pedes sama sekali, Larass gak suka pedas :)ditunggu selanjutnya.....
Hm, pasti si Heru berniat jahat pada restorannya ya..
ReplyDeleteHmm, cerpen Teh Metty asik dibaca :)Pengen baca lanjutannya, untung ima telat dikit, jadi ima liat tadi yang ke 2 dan ke 3 udah diposting :)
ReplyDeletenengmetty said: kenapa bisa ya? aku juga bingung
ReplyDeleteYa udah kalo bingung, mari kita tanyakan pada rumput yang bergoyang....Wakakakakkkk............ :)
Bu Guru, aku agak terganggu dengan satu hal kecil yang mungkin ga penting.Ketika tokoh aku akan masuk ke kantor sambil diantar penerima tamu, sempat muncul kata "saya" untuk menjelaskan keberadaan tokoh aku. Mungkin "saya" bisa diganti dg "aku"?
ReplyDeletelangsung lompat... hehehe
ReplyDeleteHa? Masih bingung aku. Lanjuuuut~
ReplyDelete