Pages

Sunday, November 8, 2009

Oh........oh..........oooooooooooohhhhhhhhh........

Ternyata budaya kerja dimana kita berada sangat mempengaruhi sikap dan cara pandang kita. Saya sungguh merasa bersyukur pernah menjadi guru untuk waktu yang lumayan lama di As-sa’adah. Saat pamitan pada ketua yayasan, saya sempat melontarkan bahwa menjadi guru di yayasan tersebut adalah hal terbaik yang terjadi dalam hidup saya, dan saya tidak main-main. Jam belajar As-sa’adah dari pukul 7 sampai pukul 2 siang, jam kerja guru sampai jam 3. Tetapi kecuali ada keperluan penting, jarang sekali guru yang pulang tepat di jam tiga. Biasanya mereka asyik membuat persiapan-persiapan untuk pembelajaran keesokan harinya dan baru pulang lewat dari jam 4, bahkan terkadang sampai maghrib. Pembelajarannya sedapat mungkin memang tidak konvensional (kecuali kelas 6), karenanya guru harus banyak melakukan persiapan. Padahal tidak ada yang namanya uang lembur, semua itu dilakukan dengan sukarela. Setidaknya hal itu yang saya rasakan waktu As-sa-adah belum pindah gedung.

Budaya pembelajarnya juga sangat baik. Guru biasanya antusias untuk dikirim pelatihan. Sepulang dari pelatihan guru diwajibkan mempresentasikan hasil pelatihannya kepada rekan-rekan sesama guru. Bagi saya, hal itu menjadi ajang saya berlatih berbicara di depan umum sehingga menjadi terbiasa saat dikirim presentasi ke sekolah lain atau saat menjadi pemandu di KKG kecamatan.

Saya jadi bernostalgia, karena tadi siang saya bertemu dengan seorang wakasek kurikulum sebuah sekolah swasta di daerah Depok. Seperti pernah saya ceritakan, saya menawarkan presntasi AMU (analisis materi ujian). Setelah mengobrol beberapa saat beliau meminta saya untuk memberikan pelatihan tidak hanya untuk guru kelas 6, tetapi seluruh guru dari kelas 1 sampai kelas 6, dengan titik tekan pada perubahan paradigma guru dan trik untuk pembelajaran Matematika dan IPS dalam bentuk workshop.

Saya meminta gambaran mengenai guru-guru di sekolah tersebut. Dan jawabannya sungguh membuat saya tercengang. Jam belajar di sekolah tersebut sampai jam 2, dan guru langsung bubar bersama murid-murid. Sewaktu aturannya dirubah, guru baru boleh pulang jam 14.30, begitu bel pulang, guru bukannya memantau muridnya pulang dengan siapa, sudah dijemput semua atau belum, melainkan duduk di ruang guru menunggu setengah tiga!

Saya minta informasi pelatihan apa saja yang telah mereka dapatkan. Si wakasek tersenyum miris, beliau menjawab: “Sebut saja pelatihan apa yang pernah diadakan untuk guru: Quantum learning, quantum teaching, student active learning, KBK, KTSP, mereka semua sudah pernah mendapatkan pelatihannya. Setiap guru mempunyai sertifikat pelatihan lebih dari 40 buah”

WADUH! Dengan jam dan jenis pelatihan sekian banyak seharusnya saya yang duduk menjadi peserta pelatihan dan mereka yang menjadi trainernya. Tapi, beliau melanjutkan,”Sepulang dari pelatihan, berkas pelatihan masuk map, dan kembali mereka mengajar secara konvensional”.

Lalu, LALU.................untuk apa mereka ikut pelatihan kalau begitu? “Mereka mengumpulkan sertifikat pelatihan untuk ikut sertifikasi guru” GUBRAKS!!!! Terus, bagaimana saya yang trainer kacangan ini diharapkan mampu mengubah paradigma mereka, sedangkan pelatihan dengan trainer yang benar-benar kompeten saja tidak membekas? “Jangan khawatir bu, saya akan mengadakan supervisi, kalau mereka tidak mengaplikasikan hasil pelatihan tersebut, akan berefek pemotongan gaji besar-besaran, seperti yang pernah dilakukan saat mereka tidak mengumpulkan rencana pembelajaran”

.................................................................................................

53 comments:

  1. nengmetty said: hehehe............makasih.........makasih...........makasihI'm proud of myself also (hwahahaha....pasti nyesel deh udah bilang begitu)^___^
    Euh, ulah gede hulu ah. Bilih Mamah teu apaleun ieu putra saha mani ageung sirahna :-)

    ReplyDelete
  2. aningtyas said: Neng, jadi ingat lagi. Dulu kulihat betapa Neng sangat bahagia jadi guru di situ, tumbuh dan berkembang di sekolah itu dan betapa murid-murid sangat menyayangimu. Walau kadang terkaget-kaget juga melihat para murid cilikmu yangberani main gabruk main peluk sama Bu Guru-nya. Jaman dulu kita sekolah mana berani sama Ibu Guru seperti itu! Terus ingat juga bolak-balik Neng terpilih jadi guru terbaik di situ. Dan mencermati tulisan-tulisanmu di sini, Neng memang pantas mendapatkannya. Sampai saatnya harus berhenti banyak yang kaget dan banyak yang menyayangkan. Tapi bagaimana pun, I am very proud of you my sister.... and keep praying for you.Anak si Apa pisan yeuh, turunan guru anu bener-bener guru. Alhamdulillah...
    hehehe............makasih.........makasih...........makasihI'm proud of myself also (hwahahaha....pasti nyesel deh udah bilang begitu)^___^

    ReplyDelete
  3. Neng, jadi ingat lagi. Dulu kulihat betapa Neng sangat bahagia jadi guru di situ, tumbuh dan berkembang di sekolah itu dan betapa murid-murid sangat menyayangimu. Walau kadang terkaget-kaget juga melihat para murid cilikmu yangberani main gabruk main peluk sama Bu Guru-nya. Jaman dulu kita sekolah mana berani sama Ibu Guru seperti itu! Terus ingat juga bolak-balik Neng terpilih jadi guru terbaik di situ. Dan mencermati tulisan-tulisanmu di sini, Neng memang pantas mendapatkannya. Sampai saatnya harus berhenti banyak yang kaget dan banyak yang menyayangkan. Tapi bagaimana pun, I am very proud of you my sister.... and keep praying for you.Anak si Apa pisan yeuh, turunan guru anu bener-bener guru. Alhamdulillah...

    ReplyDelete
  4. aningtyas said: neng, jadi ingat jaman baheula waktu masih kos di Yogya. Anaknya ibu kos kalau hari Jum'at (kalau gak salah) pasti pulang sekolah lebih awal. Alasannya? Guru-gurunya pada nonton telenovela Kassandra. Bayangkan!
    hwahahaha..................jadi inget sekolah-sekolah dulu pada dibubarin gara-gara tyson main tinjuparah...............

    ReplyDelete
  5. neng, jadi ingat jaman baheula waktu masih kos di Yogya. Anaknya ibu kos kalau hari Jum'at (kalau gak salah) pasti pulang sekolah lebih awal. Alasannya? Guru-gurunya pada nonton telenovela Kassandra. Bayangkan!

    ReplyDelete
  6. chikarei said: semangat mba...chika jadi inget bagaimana perkrutan guru-guru disinientah kalo disna seperti apauntuk menjadi PNS (guru bahasa Inggris)tes nya gx ada satu soal pun bahasa Inggrisyang beredar sekarang adalah yang amplopnya tebal naik..amplopnya tipis ato kosong menyingkir...dan bagaimana jadinya muridnya kalo seperti ini...huppffff
    dosennya parahgurunya parahjangan salahkan murid-muridnya kalau juga parahmau marah, marah sama siapa coba, marahin chika pasti ngga terima..........^___^

    ReplyDelete
  7. saturindu said: jadi inget kejadian 3 th lalu, sewaktu memberikan training superbrain pd 15 guru MTs di rimba ini. pemateri sebelumnya dicuekin. Pdhal beliau orang penting di diknas. Giliran presentasi, Agak grogi...Syukurlah setelah 5 menit berlalu, perlahan Tapi pasti, saya berhasil meraih simpati.Hari terakhir pelatihan, guru2 pada protes.'kok cuma dua Hari pelatihannya?':}
    iya nih mau minta ilmu banyak-banyak sama mas sugananti saya pm ya^___^

    ReplyDelete
  8. liya715 said: Baru tau si neng ibu guru:)semoga ilmunya bermanfaat bu guru..Amin*dg rasa hormat*
    aamiinterima kasih^___^

    ReplyDelete
  9. menatapmatahari said: Hakz3x... Dengan sertifikasi, kami dulu jadi gampang loh teh klo mau ngadain acara... Tinggal nambahin acara seminar aja, biarpun mahal, guru2nya rame...hehe... Jadi bisa nutupin bwt acara yg laen.Tapi miris juga sih...apalagi klo ktemu guru2 yg mw sertifikat doang...aneh!
    ada sisi positifnya juga ya............ngejar sertifikat ngga apa-apa sih, tapi mbok ya ilmunya juga diamalkan..........reeeppoooooooooooooooottttttttttt

    ReplyDelete
  10. puntowati said: Guru2 tua jaman dahulu kala malah punya disiplin tinggi lho.......Ayah saya saja yg bukan guru melainkan mahasiswa pada jaman pendudukan Jepang rela membantu guru2 tanpa dibayar mengajari anak2 yg tidak bisa masuk sekolah selama masa perang.....Masih banyak lagi contoh guru2 tua yg berjiwa tinggi.......
    baetul dalam hal disiplin, guru-guru jaman dulu memiliki disiplin tinggi. Cuma cara mereka mengajar mungkin cocok pada waktu itu, guru-guru sekarang masih mengekor gaya mereka, padahal jaman sudah berubahKita butuh banyak bu muslimah (ketahuan deh penggemar laskar pelangi)^___^

    ReplyDelete
  11. penjelajahsemesta said: Btw, sy dpt info dari tmn bhw ada 1 jenis bisnis model baru terkait sertifikasi, yaitu jasa pembuatan modul/rpp. Katanya 1 modul dihargai minimal 500rb..Parah ya..
    huuuwwwaaaaaaa, mau jadi apa bangsa kita?btw, temen saya, guru sd negeri cerita, sertifikat pelatihannya dia dipinjem temannya, difotokopi, terus namanya digani dan dikopi ulang untuk sertifikasi, ternyata temennya itu lolos :(

    ReplyDelete
  12. penjelajahsemesta said: Wah, keren tuh bu lingkungan sekolahnya. Punya ilmu dikit langsung diamalkan..
    Betul, saya bersyukur pernah mengalami itu^___^

    ReplyDelete
  13. asasayang said: Ayo bu guru jangan nyerah. . !
    Yup, jangan menyerah^___^

    ReplyDelete
  14. nitafebri said: klo yang di tarining udah tua, susah mengubah pola pikirnya..beda klo masih muda teh, mukin bisa diajak diskuis n bisa terbuka pola piri merekakarena gak merasa di gurui..Btw soal kerja, hihi saya ngakuu.. saya juga suka2 masuk kerja nya..dateng jam 11 siang juga gpp hehe..abis temen2 juga gitu siih, ini karena kita orang proyek ^_^V
    merubah pola pikir itu susahterutama buat orang-orang yang saklek, tidak open mindNit, dalam kerja itu ada dua macemada yang cuma berfokus pada hasil kerja, ngga peduli dikerjakan jam berapa dan berapa jam, yang penting target stepby stepnya tepat waktu. Mungkin kerjaan nita termasuk kategori yang inidan ada kerjaan selain target hasil juga membutuhkan disiplin waktuguru termasuk yang belakangan, karena dia juga menjadi teladan bagi murid-muridnya

    ReplyDelete
  15. adearin said: jangan ngambek neng, itu salah satu fenomena rakyat di negeri yg banyak para bedebahnya...:)wah, jd ngelantur,maksudnya....ya lakukan saja tgs neng yg terbaik....smg, smg dan smg......
    doakan semangat saya tetap ada ya^___^

    ReplyDelete
  16. fivefebruary said: Ditempat adikku jam mengajarnya lbh parah mbak, jam 7-12 tp lom jam sgt dah bubar guru ma muridnya barengan
    ya, dimana-mana ternyataparah ya?^___^

    ReplyDelete
  17. elok46 said: itu susahnya hehehetapi untungnya tempat saya gak seperti itu karena yang pegang masih muda semua paling tua umurnya 30 jadi memang mencoba merubah mindset heheh aku seh lom ngerti cz br jg 2-3bln ngajar :) masih perlu byk belajar
    mumpung belum terlambat, bangun deh budaya kerja yang jempolan^__^

    ReplyDelete
  18. semangat mba...chika jadi inget bagaimana perkrutan guru-guru disinientah kalo disna seperti apauntuk menjadi PNS (guru bahasa Inggris)tes nya gx ada satu soal pun bahasa Inggrisyang beredar sekarang adalah yang amplopnya tebal naik..amplopnya tipis ato kosong menyingkir...dan bagaimana jadinya muridnya kalo seperti ini...huppffff

    ReplyDelete
  19. jadi inget kejadian 3 th lalu, sewaktu memberikan training superbrain pd 15 guru MTs di rimba ini. pemateri sebelumnya dicuekin. Pdhal beliau orang penting di diknas. Giliran presentasi, Agak grogi...Syukurlah setelah 5 menit berlalu, perlahan Tapi pasti, saya berhasil meraih simpati.Hari terakhir pelatihan, guru2 pada protes.'kok cuma dua Hari pelatihannya?':}

    ReplyDelete
  20. Baru tau si neng ibu guru:)semoga ilmunya bermanfaat bu guru..Amin*dg rasa hormat*

    ReplyDelete
  21. @mb wiek:Yap. Guru sekaligus konsultan pendidikan..Bijaksini nya sih udah, bijaksananya msh belajar mb.. :)

    ReplyDelete
  22. Hakz3x... Dengan sertifikasi, kami dulu jadi gampang loh teh klo mau ngadain acara... Tinggal nambahin acara seminar aja, biarpun mahal, guru2nya rame...hehe... Jadi bisa nutupin bwt acara yg laen.Tapi miris juga sih...apalagi klo ktemu guru2 yg mw sertifikat doang...aneh!

    ReplyDelete
  23. Iman: guru jugakah? Wah hrs pd jd guru yg bijaksana bijaksini yah..:)

    ReplyDelete
  24. nitafebri said: klo yang di tarining udah tua, susah mengubah pola pikirnya..
    Guru2 tua jaman dahulu kala malah punya disiplin tinggi lho.......Ayah saya saja yg bukan guru melainkan mahasiswa pada jaman pendudukan Jepang rela membantu guru2 tanpa dibayar mengajari anak2 yg tidak bisa masuk sekolah selama masa perang.....Masih banyak lagi contoh guru2 tua yg berjiwa tinggi.......

    ReplyDelete
  25. bakhsayanda2 said: beri pada mereka yang terbaik bu ,agar mampu membuka pola fikir mereka ....
    mudah-mudahan bisa ya^___^

    ReplyDelete
  26. puntowati said: Mudh2an Metty bisa menularkan rasa tanggung jawab dan cinta pada profesi....
    aamiintapi rada ngga pd nih mbak......^___^

    ReplyDelete
  27. Btw, sy dpt info dari tmn bhw ada 1 jenis bisnis model baru terkait sertifikasi, yaitu jasa pembuatan modul/rpp. Katanya 1 modul dihargai minimal 500rb..Parah ya..

    ReplyDelete
  28. Wah, keren tuh bu lingkungan sekolahnya. Punya ilmu dikit langsung diamalkan..

    ReplyDelete
  29. axhu said: wah repot ya Buada udang dibalik ikut pelatihanGuru pahlawan tanpa tanda jasa, pahlawan sejati... bangun negeriBu Guru, moga tetap istiqomah dg amanah. Semangat!
    Mengingat jam pelatihan mereka, jujur saya jadi agak ngga pd juga..........hikzterima kasih doanya^___^

    ReplyDelete
  30. puntowati said: Whoa.....di Eropa selama murid ada di lingkungan sekolah termasuk didlm pekarangan sekolah maka keselamatan murid adalah juga tanggung jawab guru. Makanya guru2 wajb memantau dg siapa murid pulang atau siapa yg menjemput murid......Jika ada kasus penculikan atau murid hilang sekolah bisa dituntut....
    Harusnya memang seperti itubanyak sekali hal yang harus dibenahi disiniAyo mbak Silvy pulang, kita benahi Indonesia kita^___^

    ReplyDelete
  31. miftamifta said: Terus berjuang ya bu guruSemoga ilmu nya berkah bagi anak anak didiknyaAmin...
    agak sedikit ngeri juga sihterima kasih doanya ya^___^

    ReplyDelete
  32. klo yang di tarining udah tua, susah mengubah pola pikirnya..beda klo masih muda teh, mukin bisa diajak diskuis n bisa terbuka pola piri merekakarena gak merasa di gurui..Btw soal kerja, hihi saya ngakuu.. saya juga suka2 masuk kerja nya..dateng jam 11 siang juga gpp hehe..abis temen2 juga gitu siih, ini karena kita orang proyek ^_^V

    ReplyDelete
  33. jangan ngambek neng, itu salah satu fenomena rakyat di negeri yg banyak para bedebahnya...:)wah, jd ngelantur,maksudnya....ya lakukan saja tgs neng yg terbaik....smg, smg dan smg......

    ReplyDelete
  34. Ditempat adikku jam mengajarnya lbh parah mbak, jam 7-12 tp lom jam sgt dah bubar guru ma muridnya barengan

    ReplyDelete
  35. itu susahnya hehehetapi untungnya tempat saya gak seperti itu karena yang pegang masih muda semua paling tua umurnya 30 jadi memang mencoba merubah mindset heheh aku seh lom ngerti cz br jg 2-3bln ngajar :) masih perlu byk belajar

    ReplyDelete
  36. beri pada mereka yang terbaik bu ,agar mampu membuka pola fikir mereka ....

    ReplyDelete
  37. Mudh2an Metty bisa menularkan rasa tanggung jawab dan cinta pada profesi....

    ReplyDelete
  38. wah repot ya Buada udang dibalik ikut pelatihanGuru pahlawan tanpa tanda jasa, pahlawan sejati... bangun negeriBu Guru, moga tetap istiqomah dg amanah. Semangat!

    ReplyDelete
  39. Whoa.....di Eropa selama murid ada di lingkungan sekolah termasuk didlm pekarangan sekolah maka keselamatan murid adalah juga tanggung jawab guru. Makanya guru2 wajb memantau dg siapa murid pulang atau siapa yg menjemput murid......Jika ada kasus penculikan atau murid hilang sekolah bisa dituntut....

    ReplyDelete
  40. Terus berjuang ya bu guruSemoga ilmu nya berkah bagi anak anak didiknyaAmin...

    ReplyDelete
  41. dyahirawan said: Mungkin ada yg salah dengan pemahaman profesi Guru saat ini...jaman dulu yg namanya guru sangat dihormati biarpun mrk sederhana krn kita berfikir bhw guru itu pintar segalanya tp skrg koq kayak terpaksa drpd gk bekerja kesannya...seperti postingan temenku ini Nenk...memprihatinkan! baca : http://hobbygue.multiply.com/journal/item/174/Tidak_bangga_kah
    siap meluncur mbak^___^

    ReplyDelete
  42. debapirez said: ah..ah..ah...
    duuuh yang lagi menghitung hari^___^

    ReplyDelete
  43. narigunung said: Kalau menurut saya mungkin saatnya merubah jenjang "reward" untuk para guru. Kalau hanya mengacu sertifikat atau embel-embel lainnya... sepertinya kita semua sudah paham bahwa semua itu tidak begitu berpengaruh. Kalau masukan dari saya kenaikan jenjang guru sebaiknya di cerminkan pada kemampuan mereka melewatkan anak-anak didiknya dalam setiap ujian. Semakin berprestasi muridnya semakin tinggi jenjangnya... Jadi kenaikan yang berdasarkan pada kinerja dan kualitas mereka...
    sebuah usulan yang menarik, akan tetapi butuh banyak langkah kebijakan. Di sisi lain juga akan menyebabkan sekolah semakin eksklusive, hanya memilih siswa yang pandai untuk diterima. Kasihan siswa yang kemampuannya agak kurang

    ReplyDelete
  44. kandanggelap said: SALAM HORMAT BUAT PARA GURU. :)
    meskipun masih mengaku sebagai guru, tapi saat ini saya tidak sedang mengajar^___^

    ReplyDelete
  45. arifsibijak said: oohhhhhhhhhhhh,...
    sttt jangan melongo gitu tar masuk cicak lho

    ReplyDelete
  46. Mungkin ada yg salah dengan pemahaman profesi Guru saat ini...jaman dulu yg namanya guru sangat dihormati biarpun mrk sederhana krn kita berfikir bhw guru itu pintar segalanya tp skrg koq kayak terpaksa drpd gk bekerja kesannya...seperti postingan temenku ini Nenk...memprihatinkan! baca : http://hobbygue.multiply.com/journal/item/174/Tidak_bangga_kah

    ReplyDelete
  47. Kalau menurut saya mungkin saatnya merubah jenjang "reward" untuk para guru. Kalau hanya mengacu sertifikat atau embel-embel lainnya... sepertinya kita semua sudah paham bahwa semua itu tidak begitu berpengaruh. Kalau masukan dari saya kenaikan jenjang guru sebaiknya di cerminkan pada kemampuan mereka melewatkan anak-anak didiknya dalam setiap ujian. Semakin berprestasi muridnya semakin tinggi jenjangnya... Jadi kenaikan yang berdasarkan pada kinerja dan kualitas mereka...

    ReplyDelete
  48. Ya Allah, mendingan ntu guru ga usah ikut pelatihan kali yaa, wong sama aja...Semangat ya, Bu~!

    ReplyDelete
  49. Lanjutkan semangatnya bu....! Dimanapun kapan pun !!

    ReplyDelete