Pagi-pagi bik Minah memberikan sebuah surat dari TKnya Syifa. Pemberitahuan akan diadakan acara akhir tahun sekaligus perpisahan berupa outbond di Ciseeng. Setiap siswa harus didampingi orang tuanya. Danu mengeluh dalam hati. Mengikuti acara segerombolan anak TK? Hukuman apa ini? Atau bisakah dia meminta Syifa untuk tidak mengikuti acare tersebut? Atau ikut tanpa orang tua?
Sampai di kantor Danu menelepon gurunya Syifa, menanyakan kemungkinan Syifa ikut tanpa didampingi orang tua. Gurunya Syifa memberikan izinnya, tapi menambahkan kemungkinan Syifa menjadi satu-satunya siswa yang tidak didampingi orang tuanya.
Pada akhirnya Danu memutuskan untuk mendampingi Syifa. Kasihan, mungkin rasa kehilangannya akan kematian kedua orang tuanya belum sepenuhnya hilang dari hatinya, dan akan semakin terasa ketika melihat orang lain disertai orang tuanya sementara dia harus sendirian. Begini rupanya rasanya menjadi seorang Papa.
Ternyata semuanya berjalan kacau. Pagi-pagi Syifa sudah tak sabar memaksa Danu agar buru-buru berangkat. Ternyata sampai di sekolah mereka kepagian, bahkan guru-gurunya saja belum datang. Di bis, anak-anak lain sibuk memakan camilan bekal mereka, dan Danu tidak membeli sedikitpun camilan untuk bekal Syifa. Dan Danu menjadi satu-satunya Bapak yang mengantar anaknya. Siswa lainnya semua diantar oleh ibunya. Dikelilingi oleh anak-anak yang berisik dan ibu-ibu mereka yang sama berisiknya membuat Danu merasa ingin menyuruh supir untuk menghentikan bis dan mengajak Syifa turun saat itu juga. Beruntung supir dan seorang awak bis lainnya laki-laki, pikir Danu, jika tidak, maka dia akan menjadi satu-satunya laki-laki dewasa dalam bis tersebut.
“Ayo Syifa, mau chiki ku ngga? Aku bawa banyak kok” seorang temannya menawarkan bekalnya.
“Ngga ah, nanti haus,”Syifa menolak.
“Kamu boleh minum teh kotakku kalau mau,” temannya yang lain menawarkan.
“Mau biskuit ngga?”
Syifa menolak semuanya.
“Kenapa? Kamu tidak ingin makan apa-apa?” Danu bertanya.
“Kata bunda, kalau aku dikasih orang, aku juga harus mau ngasih. Aku ngga punya buat ngasih”.
“Tapi kan tidak harus bales ngasih sekarang juga? Kamu bisa ngasih mereka lain kali, kan?”
“Ngga ah.”
Di tempat outbond sendiri Danu lupa akan rasa tidak nyamannya. Pertama dia menikmati suasana alamnya yang sejuk dan rindang. Dan ternyata menyenangkan juga melihat Syifa yang begitu bersemangat mengikuti seluruh acara. Menanam padi, naik diatas kerbau, flying fox, bahkan mereka dapat kesempatan bermain rakit berdua. Sambil tertawa Syifa bermain siram-siraman dengan teman-temannya di rakit yang lain. Dan ternyata masalah belum usai.
Jam dua belas anak-anak disuruh berhenti untuk makan siang. Danu menyangka Syifa akan kembali menjadi satu-satunya anak yang tidak makan siang. Tapi ternyata makan siang disediakan panitia. Selesai makan anak-anak diminta untuk membersihkan diri dan berganti pakaian untuk melaksanakan sholat dzuhur. Berganti pakaian! Apa Syifa membawa pakaian ganti?
“Syifa, kamu bawa pakaian ganti?”
“Ngga Pa”, Syifa menggeleng.
“Kenapa?” seorang ibu bertanya pada Syifa.
“Aku ngga membawa pakaian ganti”
“Ooh, sayang Rani Cuma membawa satu pakaian ganti”.
“Ada apa bu?” seorang ibu yang lain bertanya.
“Ini, Syifa ngga bawa baju ganti, ada yang membawa baju ganti dua ngga?”
Dalam sekejap, sepertinya semua orang tahu kalau Syifa tidak membawa baju ganti. Danu merasa bodoh sekali. Beruntung seorang temannya Syifa yang bernama Caca membawa dua baju ganti. Masalah baju selesai, tapi tidak masalah Danu.
Sesampainya di sekolah, saat hendak pulang, Danu berbasa-basi kepada mamanya Caca.
“Bajunya Syifa pinjem dulu ya bu, secepatnya nanti saya kembalikan”.
“Oh, santai saja, ngga apa-apa. Cuma maaf ya Papanya Syifa, saran saya sih, kalau dapat surat dari sekolah ya dibaca, jadi besok-besok ngga terjadi lagi seperti ini”.
Skak mat.
Saat membuka pakaiannya untuk mandi tiba-tiba Danu merasakan kemarahan dalam dirinya. Apa sebetulnya yang dia tahu soal mengurus anak TK? Dia tidak tahu apa-apa. Dia tidak siap, dan sebetulnya juga dia tidak mau. Dia ingin bebas. Mengapa dia yang harus mendapat beban seperti ini? Mengapa harus dia? Dia tidak tahu apa yang dibutuhkan Syifa, apa yang harus dilakukannya. Danu tidak terima, mengapa dia harus mengurusi hal-hal seperti itu? Mengapa?
_______________
Karena Danu bukan pengidap PMS, dan karena telah terjadi kesepakatan antara mas Suga dan mas Jamal (saturindu dan bukansuperman) yang (mungkin) sama-sama bukan pengidap PMS, bahwa perubahan emosi dalam batin Danu harus ada pemicunya, maka edisi ini merupakan revisi dari paragrap terakhir edisi sebelumnya.
Dan saya dengan senang hati akan menerima segala kritik dan saran. Selamat menikmati.