Mentari bersinar redup, alun ombak perlahan menyenandungkan irama sendu. Sang bayu berhembus perlahan, amat perlahan, namun aku menggigil kedinginan.
Aku termangu di buritan, mengenang kembali awal perjalanan ini.
Sebuah sampan kecil yang kita kayuh bersama. Bertahan atas gempuran ombak dan badai. Mengayuh serempak, menuju pulau impian kita. Haluan kita begitu jelas, lurus, waktu itu ……………
Lantas aku merasa kayuhan kita tak lagi seirama. Duhai, sampan kecilku telah berubah menjadi kapal besar. Dan awak kapal kian banyak. Semua berusaha agar ayunan kapal tak memabukkan. Mematuhi perintah jurumudi………………………………
Debur ombak ini terlalu keras, jurumudi tak mendengar keluh para kelasi.
Pernah aku menghadap nakhoda, sekedar bernostalgia mengenang betapa dulu awak kapal ini begitu seia. Jawab sang nakhoda, kita bergerak maju, tidak berada dimasa lalu dan kita tidak akan kembali ke masa lalu. Kita bergerak menuju kejayaan. Ah haruskah itu suatu rasa asing satu sama lain.
Laut lepas ini begitu menggelora. Ombak besar senantiasa bergulung-gulung, maka aku tak mengerti mengapa beberapa kelasi bersiap menceburkan diri?
Bukankah ombak begitu besar, tak takutkah kalian dihempaskan pada tajamnya batu karang?
Bukankah laut tak berpeneduh, kemana kalian hendak berlindung saat hujan badai merajam?
Bukankah pusaran arus laut begitu kuat, bagaimana tangan-tangan lemah kalian hendak mengayuh tuk melawannya?
Lantas aku kembali menghadap nakhoda.
Aku berlutut.
Aku memohon.
Aku mendebat.
Aku menggugat.
Aku menghiba.
Aku memberi alasan.
Aku berjanji
Aku memberi garansi
Tolong jangan biarkan teman-temanku terjun ke laut lepas
Karena ombak diluar sana begitu mengerikan
Tidak, jawab sang nakhoda, kapal hanya membutuhkan awak yang bisa mengimbangi ayunan kapal.
Aku berdiri di buritan. Termangu ku menatap lautan luas. Aku tertegun, menyadari bahwa haluan kapalku tak lagi seperti dulu. Kapalku tak menuju pulau impianku. Kupandangi kayuh ditanganku. Duhai bagaimana kayuhku hendak mengembalikan haluan kapalku? Akupun merenung.
Tiba-tiba saja aku mengerti, bahwa menceburkan diri, merenangi lautan kearah pulauku sendiri adalah pilihan yang menggairahkan.
Maka dengan basmalah ku tekadkan tuk mengarungi lautan, entah aku tiba dipulauku dengan gemilang,
atau aku karam terhempas badai.
Karena aku terlalu lama berdiri di buritan. Memegangi kayuh usang yang tak lagi turut menentukan arah tujuan.
************************************
Sebuah jawaban atas pertanyaan yang tahun ini kerap terdengar: Bu Metty mau mengundurkan diri dari As-Sa’adah ya?
Setahun ini 43 kali saya mendengar pertanyaan tersebut (yang saya hitung, entah yang terlewatkan), dari orang tua murid kelas 1 sampai kelas 6, dari rekan guru (betapa beratnya meninggalkan kalian), dari siswa (pasti aku menangis mengenang kalian, belum berpisah aku sudah merindukan kalian) dari mereka yang sekarang berjuang diluar sana, bahkan dari orang yayasan.
Dan ketahuilah : SAYA TAK PERNAH MENIATKAN MESKIPUN PADA AKHIRNYA SAYA MEMUTUSKAN.
Gambar diambil di sini
********************************************
Alhamdulillah ada titik terang ^_^
debapirez said: Selamat berjuang, jeung. Bila kita sudah memilih jalan-Nya, semua akan terasa lapang.
ReplyDeleteTerima kasih mas DedySungguh nasehat yang bijak^__^
Selamat berjuang, jeung. Bila kita sudah memilih jalan-Nya, semua akan terasa lapang.
ReplyDelete@mbak HenieMasalah klasik mbak, antara idealisme dan komersialisme, masalah orang atas yang hanya mengerti jawaban yaanda setuju silakan jalankan, anda tidak setuju masih banyak orang lain yang kan menggantikan. Saya ditawari posisi di yayasan, belum bilang ya atau tidak. Entahlah mbak ...........
ReplyDeleteboleh tahu, ada apakah? bisa dimengerti mengapa tak akan dilepas, he he he, kalau saya yang punya yayasan pasti juga gak bakal ngelepas bu Metty, sudah istikharahkah say?
ReplyDeletesaturindu said: oh, pantesan....postingannya hanya utk kalangan terbatas...hehe
ReplyDeletePunya saran bagaimana caranya harus melepaskan diri?
nengmetty said: Itu dia masalahnya. Barusan saya menghadap, dan nampaknya saya tidak akan dilepaskanItu juga alasan mengapa saya mencegah akses kontak saya yang terkait dengan sekolah saya terhadap postingan ini^__^
ReplyDeleteoh, pantesan....postingannya hanya utk kalangan terbatas...hehe
saturindu said: Semoga yang ditinggalkan, akan merestui dan mengikhlaskan kepergian Neng Metty kemanapun ia berlayar....:)
ReplyDeleteItu dia masalahnya. Barusan saya menghadap, dan nampaknya saya tidak akan dilepaskanItu juga alasan mengapa saya mencegah akses kontak saya yang terkait dengan sekolah saya terhadap postingan ini^__^
Pada akhirnya, kapal akan kembali berlayar..setelah cukup lama bersandar pada satu pelabuhan.Semoga yang ditinggalkan, akan merestui dan mengikhlaskan kepergian Neng Metty kemanapun ia berlayar....:)
ReplyDeleteJadi ingat pas kemarin ngambilin hasil mid semester tuyul tuyul piaran saya ,yang dimandatkan antarjemput ke MADRASAH IBTIDAIYAH AL KHORIYAH 2.Bukan apa2,ada seorang wali murid nanya : ustadz, anak saya 3 ,pengen saya sekolahkan disini semua.Tapi lantaran biaya ,cuma 1 yang masuk.Tidak adakah pertimbangan untuk pendidikan yang disubsidi bagi anak2 dgn latar orangtua yang takmampu?Pak uztadz cuma bilang sambil tersenyum tengik : maaf bapak ,untuk masalah itu kami tidak bisa menanggapi, ada koridor khusus dari yayasan, bla bla bla...,toh adanya 'uang jariyah' itu demi kelangsungan sistem pendidikan ini,madrasah ini, huh,lantas kemana keinginan anak anak gembel ini dibawa ,untuk meraih pendidikan berkwalitas,berlandaskan ke-islam-an?Untuk fakir miskinMati ajah kelaut. . .He he he,sinisme terhadap birokrasi pendidikan yang bikin enek!Bejuang teyuz mbak !^_
ReplyDeletearifsibijak said: Untuk fakir miskinMati ajah kelaut. . .
ReplyDeletebenturan lagi antara idealisme dan kebutuhan perutkonon fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negaraUndang-undangnya yang tidak up to date atau .............
SElamat Berjuang ibuku,Apapun ibu, dimanapun ibu kami selalu mencintai dan mendukung mu.Jangan pernah takut, semut kecil sudah ada rezekinya. apalagi bu guru shalehah pasti sudah Allah siapkan segalnya untuknya. Sabar- sabar- sabar.
ReplyDeleteMenceburkan diri di lautan dan berenang ke tepian adalah sebuah pilihan... setiap plihan selalu saja membawa konsekwensi...hanya doa yg bisa ku berikan bu Metty.. smoga sampai pada pulau indah.. AMIN
ReplyDelete