Pages

Wednesday, May 20, 2009

Di Bening Matamu

PROLOG

Tak habis-habis Danu mengutuki dirinya sendiri. Apa sebetulnya yang telah dia lakukan? Kemana akal sehatnya? Dan disinilah dia sekarang. Terjebak dalam sebuah ruangan bersama sekian banyak orang yang sebagian besarnya adalah ibu-ibu muda yang berisik membicarakan entah apa. Dan orang harus berkali-kali mengulang pertanyaan sederhana padanya karena dia benar-benar tidak “in” di ruangan itu.

Ceritanya berawal dari sebuah musibah ketika mobil yang dikendarai Dani, kakak kandungnya, bertabrakan dengan sebuah tronton yang remnya blong. Dari empat orang yang berada dalam mobil tersebut, Dani, Irma isteri Dani, Rian anak sulung dan Syifa anak bungsu Dani, hanya Syifa si bungsu yang bertahan hidup. Sungguh mengherankan melihat kondisi mobil yang tak berbentuk lagi, Syifa hanya mengalami sedikit luka ringan. Rupanya Syifa sedang tidur saat tabrakan terjadi, karena dia selalu menjawab tidak tahu, jika ada yang bertanya bagaimana kejadiannya.

Setelah musyawarah keluarga, yang hanya terdiri dari kedua orang tua Danu dan ibu mertua Dani dan sepasang suami isteri kakak ipar Dani, akhirnya diputuskan bahwa Danu akan memelihara Syifa, sekaligus menempati rumah yang ditinggalkan oleh Almarhum Dani. Tidak ada yang merasa keberatan karena itu satu-satunya kemungkinan. Orang tua Dani maupun mertuanya tinggal di kampong, agak susah untuk menyekolahkan Syifa. Kakak ipar Dani memiliki empat orang anak dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan. Jadilah Danu yang ketiban tanggung jawab memelihara Syifa, dibantu oleh bik Minah yang telah ikut keluarga Dani sejak Dani berumah tangga.

Sebetulnya jauh-jauh hari sebelum musibah terjadi, Dani sudah menawarkan agar Danu tinggal di rumahnya. Toh mereka sama-sama tinggal di Jakarta. Isterinya pun tidak berkeberatan. Tapi Danu lebih memilih kost dengan alasan ingin bebas. Dengan penghasilan yang lumayan, dia benar-benar menikmati kebebasannya. Kumpul-kumpul bersama teman-temannya dan kadang juga sedikit berhura-hura. Kalau dia tinggal bersama Dani, setidaknya dia akan merasa sungkan mengajak teman-temannya kumpul dirumahnya.

Seminggu pertama tinggal bersama Syifa sungguh membuat hatinya trenyuh. Pagi-pagi biasanya Syifa sudah mandi pada saat Danu baru terbangun. Bik Minah akan bertanya atau bercerita macam-macam dan syifa hanya menyimaknya dalam diam. Saat sarapan, dia menyantap makanannya dengan khusyu, sekali-sekali menjawab singkat jika Danu berbasa-basi bertanya satu atau dua hal tentang sekolahnya. Tak pernah sekalipun Syifa mempertanyakan keluarganya yang sudah tiada, tak pernah juga mengungkapkan rasa kehilangannya, dia hanya menjadi pendiam, benar-benar pendiam. Padahal Danu tahu betapa periang dan cerewetnya Syifa saat kedua orang tuanya masih hidup. Dan hati Danu selalu terasa teriris setiap kali memandang kedua mata bening Syifa memandangnya sebelum melontarkan jawaban singkat terhadap pertanyaannya yang tak bermutu. Danu sendiri bingung, apa sih seharusnya yang dibicarakan bersama seorang anak TK yang baru saja kehilangan seluruh keluarganya.

Dan pada suatu malam, saat Danu entah karena dorongan apa memasuki kamar Syifa, dia melihat keponakannya sedang menangis terisak-isak sambil memeluk sebuah pigura berisi potret keluarga mereka. Danu segera menghampirinya, duduk disampingnya, dan tak tahu harus berkata apa.
“Kamu menangis Syifa?” pertanyaan bodoh yang terlontar dari mulutnya.
“Tidak apa-apa, keluarkan tangismu”
Syifa tidak bereaksi, hanya meneruskan isakannya. Dan Danu duduk diam disampingnya dengan air mata yang tidak berhenti mengalir di pipinya.

(BERSAMBUNG)

33 comments:

  1. asasayang said: Kok bsambung.... padhal dah mau ikut nangis, nanggung ah nangisnya
    biar nangis besambung juga, jadi mata ngga bengkak-bengkak amat^__^

    ReplyDelete
  2. saturindu said: walah, saya juga msh belajar....Masih perlu banyak bimbingan dari bu guru.
    waah, makin berisi makin merunduk nihmemang di Batam ada padi ya?request dong 'menanti sebuah jawaban' ^__^

    ReplyDelete
  3. Kok bsambung.... padhal dah mau ikut nangis, nanggung ah nangisnya

    ReplyDelete
  4. walah, saya juga msh belajar....Masih perlu banyak bimbingan dari bu guru.

    ReplyDelete
  5. saturindu said: sebuah awal yg bagus,Teruskan, lanjutkan...:)
    Terima kasihsaya tunggu masukannya ya pakar novel kita^__^

    ReplyDelete
  6. sebuah awal yg bagus,Teruskan, lanjutkan...:)

    ReplyDelete
  7. nisanajma said: handuk mah buat lap iler..
    apa dong? Mo nawarin tissue takut ngga cukup ............^__^

    ReplyDelete
  8. nengmetty said: mau handuk mbak Hen?
    handuk mah buat lap iler..

    ReplyDelete
  9. nisanajma said: tanggung jawab Mett, udah basah malah bersambung..
    mau handuk mbak Hen?

    ReplyDelete
  10. tanggung jawab Mett, udah basah malah bersambung..

    ReplyDelete
  11. saturindu said: doooor...
    meletus balon hijau?^__^

    ReplyDelete
  12. puntowati said: Sama2......dlm menulis ketelitian sangat penting krn bisa membingungkan pembacanya.......
    Iya, saya sendiri juga sering bingung kalau orang tertukar nama dalam sebuah cerita ^__^

    ReplyDelete
  13. chinduk said: mringiiis...
    kenapa? sakit perut?

    ReplyDelete
  14. nengmetty said: Terima kasih banyak pujiannyaYa betul itu keliru, barusan sudah diralat, sekali lagi terima kasih^__^
    Sama2......dlm menulis ketelitian sangat penting krn bisa membingungkan pembacanya.......

    ReplyDelete
  15. nengmetty said: nangis dong, masa mesem ^__^
    mringiiis...

    ReplyDelete
  16. puntowati said: Bakat yang bagus untuk ditekuni dan dipupuk.......Dlm alinea ketiga tertulis..".....akhirnya diputuskan bahwa Dani akan memelihara Syifa".....loh Dani kan meninggal dlm kecelakaan.....keliru ya...mustinya Danu?
    Terima kasih banyak pujiannyaYa betul itu keliru, barusan sudah diralat, sekali lagi terima kasih^__^

    ReplyDelete
  17. Bakat yang bagus untuk ditekuni dan dipupuk.......Dlm alinea ketiga tertulis..".....akhirnya diputuskan bahwa Dani akan memelihara Syifa".....loh Dani kan meninggal dlm kecelakaan.....keliru ya...mustinya Danu?

    ReplyDelete
  18. duniauchi said: rencanañ mw d bkin novel pa cerpen ni neng?
    pengennya sih bikin novel, mudah-mudahan sampai tuntas ya, kebanyakan sih terhenti ditengah jalanbahkan banyak yang baru sampai bab niat ^__^

    ReplyDelete
  19. chinduk said: mesem...
    nangis dong, masa mesem ^__^

    ReplyDelete
  20. bakhsayanda2 said: Di tunggu sambungannya ..
    ya, mudah-mudahan si emod (mood) segera kembali :)

    ReplyDelete
  21. rencanañ mw d bkin novel pa cerpen ni neng?

    ReplyDelete
  22. ceumimin said: Karunya nya..Kumaha mun kajadian ka diri urang...Mugia sadayana sarehat..Neng Damang??Tos dieusian tah saku dompetna..
    Alhamdulillah Ceu aya hibar pangdua ti sadayanaari dompetmah namina oge tanggal tua atuh Ceu^__^

    ReplyDelete
  23. Karunya nya..Kumaha mun kajadian ka diri urang...Mugia sadayana sarehat..Neng Damang??Tos dieusian tah saku dompetna..

    ReplyDelete
  24. selebardaunkelor said: segera mendaftar menjadi salah satu penikmat tulisan mba neng...
    ayo, mumpung gratis ^__^

    ReplyDelete
  25. segera mendaftar menjadi salah satu penikmat tulisan mba neng...

    ReplyDelete
  26. Ya..saat keluarganya tertimpa bencana Tsunami, neng metty.

    ReplyDelete
  27. debapirez said: Awal yg cukup tragis utk Syifa.Hampir mirip dgn awal cerita dr "Hafalan Shalat Delisa".
    Bagaimana tuh ceritanya? ceritain dong, kali bisa menginspirasi ^__^

    ReplyDelete
  28. Awal yg cukup tragis utk Syifa.Hampir mirip dgn awal cerita dr "Hafalan Shalat Delisa".

    ReplyDelete
  29. putraselat said: Menurut saya, kalimat itu agak ambigu, entah yang dimaksud air mata mengalir di pipinya itu si Syifa atau si Danu.......(Menurut saya....)
    nah, terima kasih banyak masukkannya.Memang masih perlu banyak revisi. Rencananya sih memang mau dibikin novel, doakan ya biar selesai^___^

    ReplyDelete
  30. nengmetty said: Dan Danu duduk diam disampingnya dengan air mata yang tidak berhenti mengalir di pipinya.
    Mau jadi novel ya kak??....keren ih bahasanya,....good job........kapan nih dikirim ke penerbit???Nah, saya kasih koreksi ya kak......hehe.....ini menurut saya aja loh kak......Pada kalimat ini : Dan Danu duduk diam disampingnya dengan air mata yang tidak berhenti mengalir di pipinya.Menurut saya, kalimat itu agak ambigu, entah yang dimaksud air mata mengalir di pipinya itu si Syifa atau si Danu.......(Menurut saya....)TRUZZZZ..........penggunaan kata di pada kata tempat.........contoh, pada kalimat terakhir paragraf keempat, ada kata 'dirumahnya'.......kalo kata tempat, khan di harus dipisah kak......jadinya harus ditulis 'di rumahnya'.........begitu pula pada paragraf terakhir.......kata 'disampingnya', seharusnya ditulis.......'di sampingnya'..........CERITA-nya bagus kak.........bikin penasaran...........yang bikin saya penasaran, tokoh SYIFA itu umurnya berapa ya??......SI DANU umurnya berapa ya???.......terus aja saya mencecar tanya, dan si pembaca harus membaca bab berikutnya untuk tahu itu.......AYO KAK SELESAIKAN NOVELNYA........SAYA TUNGGU KELANJUTANNYA.........sekarang, saya mau menuju TKP ke bab 2.......hehe :)

    ReplyDelete