Pages

Thursday, June 11, 2009

Di Bening Matamu (7)

Masalah rupanya tak pernah datang sendirian. Atasannya baru saja memberi tahu kalau hari Kamis dia harus ke Bandung. Sehari saja, tapi mungkin sampai di rumah agak malam. Mengapa harus pada saat seperti ini, keluh Danu. Dengan sedikit rasa bersalah, timbul perasaan di hati Danu bahwa Syifa adalah beban baginya. Beban yang tidak bisa ditolak. Kemana dia harus melepaskan beban ini, meskipun untuk sementara? Mungkin dia bisa menitipkan Syifa di rumahnya Tante Mira, adik dari bundanya Syifa.

Saat makan malam Danu mencoba membicarakan hal ini dengan Syifa.

“Syifa, hari Kamis Papa harus ke Bandung, bagaimana kalau kamu menginap di rumah Tante Mira?”

“Ke Bandung ya Pa?

“Iya. Ngga nginep sih, tapi pasti sampai rumah malam”.

“Papa bawa mobil?”

“Iya. Mau ngga? Bawa baju seragam untuk hari Jumat sekalian, jadi kamu berangkat sekolah dari sana”.

“Ke Bandung itu lewat jalan Tol ya Pa?”

Danu tersentak. Dari tadi rupanya Syifa tidak memperhatikan usulnya untuk menginap di rumah Tante Mira. Dia lebih fokus pada fakta bahwa Danu akan ke Bandung, mengendarai mobil sendiri dan melewati jalan tol. Rupanya diam-diam Syifa masih menyimpan trauma akan kecelakaan yang menimpa orang tuanya. Kecelakaan itu terjadi saat mereka sekeluarga akan pergi ke Bandung, dan terjadi di jalan Tol.

“Memang kenapa kalau Papa ke Bandung lewat jalan tol?” Tanya Danu hati-hati.

Syifa memandang Danu dengan matanya yang bening. Mulutnya terbuka untuk mengatakan sesuatu, tapi lalu tertutup lagi. Lalu dia menunduk menatap piringnya. Danu menunggu. Lama tak ada suara. Tepat saat Danu akan berbicara terdengar suara lirih dari mulut mungil Syifa.

“Aku tak mau Papa mati”

Ya Tuhan. Sampai sejauh itu ketakutannya. Danu menimbang-nimbang apa yang harus dikatakannya. Rasanya tak mungkin bilang kalau kematian adalah takdir yang tidak dapat dihindari pada seorang bocah yang baru saja kehilangan seluruh keluarganya. Dan mengapa serasa ada air yang ingin turun dari matanya? Sejak kapan dia jadi cengeng begini?

“Syifa, Papa akan hati-hati. Papa akan sangat hati-hati, karena Papa tahu dirumah ada anak yang menantikan Papa…………..”

Syifa menunduk.

“Syifa………….”.

Syifa masih menunduk. Dengan lembut, Danu memegang dagu syifa untuk menengadahkan mukanya. Ternyata air mata mengalir deras dipipinya.

“Jangan menangis. Sayang, jangan menangis…..”. Jemari Danu mengusap air mata Syifa. Lalu dia mengecup kepala Syifa.

Tanpa menghabiskan makan, Danu dan Syifa berpindah ke ruang tengah. Biasanya jam segini Danu menonton TV dan Syifa bermain-main di dekatnya. Tapi malam ini, rasanya hal itu tak bisa dilakukan. Begitu banyak yang ingin dikatakan Danu. Tapi juga dia tidak tahu apa yang harus dikatakannya.

“Menurut Syifa, naik apa sebaiknya Papa untuk pergi ke Bandung?”

Syifa menggelengkan kepalanya. Dia tidak punya jawaban. Akhirnya Danu mengalihkan pembicaraan. Dia membujuk Syifa agar mau dititipkan di rumah Tante Mira. Tapi Syifa berkeras tidak mau. Dia lebih memilih menanti Danu di rumah Bu Bambang, tetangga sebelah. Malam ini Danu menemani Syifa di kamarnya sampai Syifa tertidur. Biasanya, itu adalah tugasnya bik Minah.

Keesokan harinya Danu terbangun dengan perasaan lesu. Ternyata Syifa juga menunjukan wajah murung. Tidak menangis. Tidak protes. Tapi juga tidak seperti biasanya. Mereka sarapan tanpa banyak bicara. Seperti biasa Danu mengantar Syifa ke sekolah. Untunglah dia tidak harus berangkat subuh-subuh ke Bandung, karena memang dia hanya perlu untuk mengontrol beberapa hal dan bukannya menghadiri acara yang sifatnya formal.

Setelah mengantarkan Syifa, Danu mengarahkan mobilnya menuju tol Cipularang. Teringat kembali percakapannya dengan Syifa semalam. Ah kasihan sekali Syifa. Danu merasa sedikit murung. Tapi semakin mendekati Bandung perasaan murungnya semakin hilang. Sedikit demi sedikit muncul semangat di dadanya. Bandung memang menyimpan banyak kenangan indah buatnya. Bahkan senyum merekah di bibirnya saat dia melewati tempat-tempat tertentu. Kadang-kadang mulutnya menyenandungkan lagu, mengikuti alunan tape yang sengaja dinyalakannya.

Urusan di Kantor Cabang Bandung ternyata lebih lancar dari yang di duganya. Jam tiga sore dia sudah menyelesaikan segala urusannya. Danu memutuskan untuk mampir ke pusat belanja untuk membeli oleh-oleh buat Syifa. Ternyata itu keputusan yang salah. Saat berangkat sih tak ada hambatan tapi pulangnya, ternyata dia terhalang macet yang seolah-olah tak berkesudahan. Ah, sungguh mengesalkan. Coba tadi dia langsung pulang. Jam tujuh dia baru sampai di jalan tol, untungnya arus kendaraan lancar meskipun padat.

Jam sepuluh malam dia baru sampai dijalan yang menuju rumahnya. Sampai didepan rumahnya dia tertegun. Beberapa orang tetangganya nampak berdiri diuluar bercakap-cakap. Bahkan terlihat pak RT. Pintu ruang tamunya terbuka dan nampak beberapa orang di dalam rumahnya. Apa yang terjadi dengan Syifa?

Danu bergegas masuk ke halaman rumahnya. Menyalami orang yang paling dekat, tanpa basa-basi Danu bertanya,”Ada apa ya Pak?”

“Oh, itu, neng Syifa…….”

“Syifa kenapa?”

“Tadi neng Syifa nangis menjerit-jerit. Katanya sih lihat berita kecelakaan. Nangisnye kenceng sekali sampai terdengar ke ujung jalan sana”

Lupa mengucapkan terima kasih, Danu bergegas masuk rumah, tanpa mempedulikan orang-orang ang dilewatinya. Diruang tamu dilihatnya Syifa berbaring di sofa. Sepertinya sudah tidur, tapi masih sedikit mengisak. Air mata nampak di sudut-sudut matanya. Bu Bambang duduk di kursi sampingnya sambil mengusap-usap rambut Syifa.

“Eh, Pak Danu sudah pulang” bu Bambang tersenyum melihat Danu.

“Apa yang terjadi dengan Syifa bu?”

“Tadi Syifa sedang di rumah saya. Dia sedang bermain-main dengan bonekanya. Saya dan suami saya menonton TV. Saat itu ada berita kecelakaan di tol cipularang, tiba-tiba saja Syifa berlari keluar. Saya kejar ternyata dia menangis di pojok teras sana. Dia menangis tanpa suara, tapi saat saya tanya ada apa, tiba-tiba
saja dia menjadi histeris. Sampai-sampai tetangga yang lain pada berdatangan. Maaf lho Pak, saya tidak tahu akan ada berita seperti itu. Pastinya Syifa teringat lagi kejadian kecelakaan yang menimpa kedua orang tua mereka”

“Oh, tidak apa-apa bu”, Danu tidak menjelaskan rasa ketakutan Syifa akan kehilangan Dirinya.

Setelah para tetangganya pulang, Danu menggendong Syifa untuk memindahkannya ke kamarnya, sampai di depan pintu kamar Syifa, Danu berubah pikiran. Dia membawa Syifa ke kamarnya, dan membaringkannya di tempat tidurnya. Biarlah malam ini dia tidur disini. Memandang syifa yang tertidur dengan sedikit air masih menggenang di sudut matanya, rasa sayangnya pada Syifa terasa amat kuat. Sesaat sebelum memejamkan matanya Danu berfikir mendapatkan Syifa sebagai anak adalah keberuntungannya yang luar biasa.

-------------------------------

Ini adalah akhir dari bab 1. Sampai jumpa di bab 2 yang rencananya akan saya beri judul “Calon Mama Buat Syifa”

Ada yang mau daftar?

42 comments:

  1. Lina berkataAduh bu guru, bilang dong sama danu, jgn cepet2 nyari calon mama buat syifa, blm siap ni.. Nunggu apa lagi sih Lin? Nanti nyesel lho ^__^

    ReplyDelete
  2. Aduh bu guru, bilang dong sama danu, jgn cepet2 nyari calon mama buat syifa, blm siap ni..

    ReplyDelete
  3. Lina berkataLina lom siap jadi calon mamanya syifa bu guru, boleh ditunda dlu ga?! *Sambil malu2 mainin ujung baju* Kayaknya sih yang malu-malu begitu yang disukai Danu^___^

    ReplyDelete
  4. Lina lom siap jadi calon mamanya syifa bu guru, boleh ditunda dlu ga?! *Sambil malu2 mainin ujung baju*

    ReplyDelete
  5. puntowati said: Wah ideal amat sosok danu.....orangtua yang asli aja banyak yang nggak sesabar dan sepengertian itu....
    imajinasi saya terlalu ideal ya? waduh padahal Danu tuh aslinya suka hura-hura, ngga mungkin banget ya? Ternyata saya masih harus banyak belajar tentang dunia real.^___^

    ReplyDelete
  6. Wah ideal amat sosok danu.....orangtua yang asli aja banyak yang nggak sesabar dan sepengertian itu....

    ReplyDelete
  7. adeirmasury said: Haha...kasur aja mbak, nggak sakit..Tapi emang iya kok, baca dari awal kita pengen sampe selesai :)
    hehehe terima kasihIma memang paling pintar bikin orang senang ^__^

    ReplyDelete
  8. nengmetty said: waduuuuuh dipuji Ima, lantai mana lantai
    Haha...kasur aja mbak, nggak sakit..Tapi emang iya kok, baca dari awal kita pengen sampe selesai :)

    ReplyDelete
  9. adeirmasury said: Duh...ima ketinggalan 3 episode. Tapi akhirnya nyambung juga.Mbak Metty tulisannya bagus. Kata2 nya populer dan menarik minat pembacanya. Cerita yang menyentuh.Tq for sharing mbak :)* btw...Danu membutuhkan calon mama Syifa seperti siapa ? Ima masuk kategori nggak yaaaaaa....hehehe..*
    waduuuuuh dipuji Ima, lantai mana lantaiSyarat calon mama Danu tuh lihat jawaban buat Ita, sepertinya sih Ima masuk kategori untuk syarat dari Danu, tinggal syarat dari Syifa, bisa main kotak pos ngga? ^___^

    ReplyDelete
  10. roebyarto said: aku juga ikut belajar bu guru...
    halaaah kebalik kali, saya yang belajar sama om totok^___^

    ReplyDelete
  11. roebyarto said: kirim SMS dukungan sebanyak-banyaknya...
    mending kirim pisang goreng buat pengarangnya^___^

    ReplyDelete
  12. selebardaunkelor said: waduh,,,ketinggalan banget niy,,,baru baca.masih buka lamaran buat "mama" nya syifa ga bu guru?...syaratnya apa aja niy...(hihihihihi)
    MasihSyarat dari Danu: cantik, pengertian, sabar, penyayang, humoris, proporsional, berpendidikan (Ita banget kan?)Syarat dari Syifa: mau diajak main kotak pos dan main pancasila ada lima (nah yang ini ngga banget kan?)^___^

    ReplyDelete
  13. zakia3ana said: napa g sepuluh tahap sekalian biyar g ganjil
    hehehe, nanti kecapean yang ngetest ^___^

    ReplyDelete
  14. Duh...ima ketinggalan 3 episode. Tapi akhirnya nyambung juga.Mbak Metty tulisannya bagus. Kata2 nya populer dan menarik minat pembacanya. Cerita yang menyentuh.Tq for sharing mbak :)* btw...Danu membutuhkan calon mama Syifa seperti siapa ? Ima masuk kategori nggak yaaaaaa....hehehe..*

    ReplyDelete
  15. yuryujav said: mba ajarin aku donk bikin cerbung
    aku juga ikut belajar bu guru...

    ReplyDelete
  16. nengmetty said: Jadi, ikuti terus kelanjutannya ^__^
    kirim SMS dukungan sebanyak-banyaknya...

    ReplyDelete
  17. waduh,,,ketinggalan banget niy,,,baru baca.masih buka lamaran buat "mama" nya syifa ga bu guru?...syaratnya apa aja niy...(hihihihihi)

    ReplyDelete
  18. nengmetty said: gratis kok, cuma testnya ada tujuh tahap ^___^
    napa g sepuluh tahap sekalian biyar g ganjil

    ReplyDelete
  19. elysiarizqy said: pada kemana ya, ko sepi yang onglen?apa dah pada pulang... mo wikendan
    sepertinya sih begitunanti rame lagi hari senin, ketahuan deh pada pake fasilitas kantor hehehe

    ReplyDelete
  20. pada kemana ya, ko sepi yang onglen?apa dah pada pulang... mo wikendan

    ReplyDelete
  21. terima kasih omgambarnya lucu ^___^

    ReplyDelete
  22. nengmetty said: syifa masih pusing om, nanti kalau sehat ya, dan tolong sediain kue apa^__^
    okeh deh, siap bune

    ReplyDelete
  23. yuryujav said: mba ajarin aku donk bikin cerbung
    waduh, ngga kebalik? Saya sih masih belajar, masih menunggu kritik-kritik yang membangun supaya bisa memperbaiki cara menulis saya. Sebetulnya ada juga beberapa otokritik yang ingin saya tulis, tapi nanti deh menunggu saat yang tepat.^__^

    ReplyDelete
  24. elysiarizqy said: shifa ikut om aja yu, bobo dulu sambil nungguin cerita selanjutnya
    syifa masih pusing om, nanti kalau sehat ya, dan tolong sediain kue apa^__^

    ReplyDelete
  25. mba ajarin aku donk bikin cerbung

    ReplyDelete
  26. shifa ikut om aja yu, bobo dulu sambil nungguin cerita selanjutnya

    ReplyDelete
  27. duniauchi said: masih ada lowongan ga neng? q mau daftar ah...tapi daftar jadi kakaknya syìfa aja^^ditunggu lanjutannya...
    masih kok, masih sepi pelamar heheheterima kasih mau menunggu^__^

    ReplyDelete
  28. masih ada lowongan ga neng? q mau daftar ah...tapi daftar jadi kakaknya syìfa aja^^ditunggu lanjutannya...

    ReplyDelete
  29. nitafebri said: di awal cerita syifa ditulis sebagai beban Danu, namun di akhir malah jadi berubah Bahwa syifa adalah keberuntungansecepat itukah dia berubah pikiran??Btw Danu yang asli ada gak?? Tar kenalan dunk bwahahaha... ^_^
    Begitu memang, kalau sedang kena sandungan, dia merasakannya sebagai beban, tapi saat merasakan kasih sayang seorang bocah yang begitu murni, dia merasa beruntungSayang Danu cuma tokoh hayalan..........

    ReplyDelete
  30. di awal cerita syifa ditulis sebagai beban Danu, namun di akhir malah jadi berubah Bahwa syifa adalah keberuntungansecepat itukah dia berubah pikiran??Btw Danu yang asli ada gak?? Tar kenalan dunk bwahahaha... ^_^

    ReplyDelete
  31. axhu said: ikut terharu :(*hmm ikut daftar baca kelanjutannya saja. :D
    Iyalah, kalau daftar jadi mamanya Syifa nanti ada yang protes^__^

    ReplyDelete
  32. zakia3ana said: byr g mbak?haahahhaahaa
    gratis kok, cuma testnya ada tujuh tahap ^___^

    ReplyDelete
  33. saturindu said: tak terbayang bagaimana konflik akan terjadi, di next story:)
    Jadi, ikuti terus kelanjutannya ^__^*mau bantuin Danu menyeleksi calon mamanya Syifa?

    ReplyDelete
  34. ikut terharu :(*hmm ikut daftar baca kelanjutannya saja. :D

    ReplyDelete
  35. nengmetty said: Ada yang mau daftar?
    byr g mbak?haahahhaahaa

    ReplyDelete
  36. tak terbayang bagaimana konflik akan terjadi, di next story:)

    ReplyDelete
  37. putraselat said: saya masih bingung nih......DANU itu kerja apa sih???.......and so on and so on.......KAYAKNYA,,,,,perlu diperjelas lagi nih tentang ALL ABOUT DANU.......biar PENOKOHANNYA tuh makin kuat........saya tunggu perjelasannya di bab berikutnya ya kak.......hehe :)
    saya fikirkan dulu detil pribadinya Danu yah^___^

    ReplyDelete
  38. putraselat said: SAYA SETUJUUUU.......saya amat sangat setuju ama Kak Metty.......menurut saya, gak kecepetan kok perubahan perasaan antara merasa beban menjadi merasa sebuh keberuntungan....hehehe :)
    mungkin kita tipe yang moody^___^

    ReplyDelete
  39. saya masih bingung nih......DANU itu kerja apa sih???.......and so on and so on.......KAYAKNYA,,,,,perlu diperjelas lagi nih tentang ALL ABOUT DANU.......biar PENOKOHANNYA tuh makin kuat........saya tunggu perjelasannya di bab berikutnya ya kak.......hehe :)

    ReplyDelete
  40. nengmetty said: kalau sedang kena sandungan, dia merasakannya sebagai beban, tapi saat merasakan kasih sayang seorang bocah yang begitu murni, dia merasa beruntung
    SAYA SETUJUUUU.......saya amat sangat setuju ama Kak Metty.......menurut saya, gak kecepetan kok perubahan perasaan antara merasa beban menjadi merasa sebuh keberuntungan....hehehe :)

    ReplyDelete
  41. @ahmadhwuaduh panjang kali, but I get your point.Oke, kurang pengalaman menulis nih, hanya saja bab 1 sudah lewat, saya ingin maju dulu ke depannanti saya rancang ulangterima kasih yaaaa

    ReplyDelete
  42. sebenarnya yang paling gampang kak,,,,,yang musti harus kakak perjelas dari awal adalah.............DANU itu GANTENG apa JELEK..........TRUZ,,,,dia LEBIH CAKEP dari KAKAK-NYA ato GAK??????........TRUZ,,,,,,,dia itu KERJA SELENGEAN atau KERJA KERAS..........dan DIA itu LEBIH SUKSES dari kakaknya ato LEBIH MELARAT.............truz,,........YANG PALING PENTING..........Kakak harus memberikan penjelasan KESAMAAN dan PERBEDAAN SIFAT yang dimiliki DANU dibandingkan dengan KAKAK-nya si DANI......................WOW, ITU SANGAT PENTING kak...!.........ITU SANGAT PENTING....................KENAPA??????Gini Ceritanya...........Kakak khan ada masukin adegan pas DANU nganterin si SYIFA ke TK-nya buat ikutan sejenis TUR gitu khan??????Nah, di situ khan DANU ketemu ama IBU IBU................Harusnya, ada respon dari IBu IBU terhadap PARAS dan KEPRIBADIAN si DANU........Misal, ibu ibu TK itu bakal berpikiran, wah, si Danu ini ganteng ganteng, pria karir pekerja keras dan masih muda pula...udah DUDA yaaa???..............Nah, muncul deh bahan perbincangan di kalangan Ibu Ibu TK itu...................Nah, kalo gak ada adegan kayak gitu,,,,,,,,penokohan DANU bakal jadi sangat lemah.........SEBAB,,,,,,adegan seperti itu adalah ADEGAN WAJIB............baru, yang membedakan antara novel yang satu dan yang lainnya adalah adegan konflik utama yang dimunculkan masing masing penulis................GITU DEH ceritanya.........hehehe............masalahnya, kalo gak ada penokohan yang kuat itu,,,,,kayaknya bakal ada yang NGEGANJEL aja di BAB 1...............soalnya, dari BAB 1 biasanya udah kelihatan bagaimana SOSOK SI TOKOH UTAMA kak............jadi, si pembaca tinggal membayangkan WAJAH YANG SAMA tiap kali membayangkan tokoh utama pada bab bab berikutnya............

    ReplyDelete