Pages

Wednesday, June 17, 2009

Pengalaman dengan Si Biru, Si Kuning dan Si Oranye di Jalan Raya Jakarta

Sebagai orang kampung yang nyangkut di belantara Jakarta, saya sering merasa salut dengan orang-orang Jakarta. Betapa mereka tabah menjalani rutinitas macet jalan raya setiap hari. Betapa gigih usaha mereka untuk menjadi yang terdepan dijalan raya sehingga dijalan-jalan yang padat adalah pemandangan yang biasa bila motor-motor naik ke trotoar mengambil jatah pejalan kaki. Dan bila anda mengartikan lampu kuning adalah siap-siap untuk berhenti, maka anda adalah salah besar. Lampu kuning adalah isyarat bagi pengendara untuk tancap gas lebih dalam lagi.
Saya punya pengalaman unik dengan beberapa angkutan umum di Jakarta. Pertama adalah pengalaman saya dengan si biru, kowanbisata 511 jurusan Pulogadung Depok. Sepertinya sih angkutan dengan nomor ini sekarang sudal almarhum alias tidak beroperasi lagi. Dulu (mungkin sekitar tahun 1996) angkutan tersebut menjadi rebutan. Setiap kali datang dari kampung, dengan tujuan rumah saudara di daerah Cijantung, saya lebih memilih menggunakan si biru tersebut karena lebih cepat (lewat jalan tol) dibandingkan dengan naik si hijau (mayasari 98 jurusan Puogadung Kampung Rambutan) yang tidak lewat tol.
Suatu ketika, saat baru tiba dari kampung, segera saya naik si biru, sengaja naik yang berdiri agar tidak usah menunggu lama. Rupanya yang berfikir seprti itu bukan hanya saya sendiri. Si biru benar-benar penuh sesak. Bagi para pengguna bis kota, pastilah akrab dengan isntruksi kondektur "hadap kiri kanan, merapat....merapat.........digeser lagi........digeser lagi. Uniknya supir angkutan di Jakarta, mereka menyediakan waktu yang amat sedikit untuk penumpang yang akan turun, seringkali penumpang baru sampai pintu, supir sudah kembali menginjak gas sehingga penumpang harus meloncat turun dari bis yang sudah berjalan maju. Makanya kalau ada penumpang turun kondektur akan memberi instruksi "kaki kiri............kaki kiri........." karena kalau yang turun lebih dulu adalah kaki kanan bisa dipastikan sipenumpang tersebut akan jatuh. Saat bis yang saya tumpangi mendekati Pasar Rebo, dimana saya seharusnya turun, belum ada satupun penumpang yang turun. Dalam posisi tepat ditengah-tengah bis, saya sama sekali tidak dapat bergerak mendekati pintu, jangankan mendekati pintu, bergeser selangkah saja sudah tidak mungkin. Sepertinya tidak mungkin bagi saya untuk turun di Pasar Rebo tanpa diomeli supir, karena kalau saya nekat artinya sekian banyak orang harus turun dulu untuk memberi saya jalan. Malas menghadapi resiko tersebut, akhirnya saya putuskan untuk tetap berada di dalam bis tersebut, dan turun saat kondisinya memungkinkan. Dan tahukah anda, ternyata seluruh penumpang baru turun di terminal Depok. Nasiiiiib..................nasiiiiib..............
Pengalaman kedua saya adalah dengan si Kuning, koantas Bima 510 jurusan Kampung Rambutan Lebak bulus. Tahun 1995, jalan tol lingkar luar (TB Simatupang) sedang dibangun. Di jalan yang baru di cor tersebut ada perbedaan ketinggian sekitar 20 cm antara jalan dengan bahu jalan yang waktu itu masih berupa tanah. Saya duduk di kursi paling kiri, tentu saja disamping saya adalah jendela. Dari mulai keberangkatannya, supir menjalankan bisnya dengan sangat ugal-ugalan. Beberapa saat kemudian saya terheran-heran karena pembatas jalan sebelah kiri sementara yang terbuat dari seng bergelombang yang dicat kuning hitam tiba-tiba beterbangan. Rupanya karena kecepatan yang sangat tinggi, supir sudah tidak mampu lagi mengendalikan jalannya bis. Akhirnya kedua roda bis turun ke bahu jalan. Karena ada perbedaan ketinggian antara jalan dan bahu jalan tersebut, maka tiba-tiba saja bis tersebut melaju dengan hanya bertumpu pada kedua roda sebelah kiri. Bis bertambah miring ke kiri.....bertambah miring........bertambah miring sampai akhirnya terdiam dalam posisi keempat roda disamping. Untungnya proses jatuhnya badan bis tersebut bertahap sehingga tidak terjadi benturan yang keras. Tidak ada penumpang yang cedera. Salut pertama saya untu kondektur dan sopir bis yang begitu bis berhenti, saat itu juga mereka lenyap entah kemana. Salut kedua saya untuk para penumpang. Kami waktu itu keluar dengan jalan menjebol kaca depan bis. Saya sendiri begitu keluar, langsung mencari tempat yang agak nyaman untuk sekedar menenangkan diri (dan meredakan lutut yang gemeteran). Dan apa yang dilakukan penumpang lain? Begitu keluar dari kaca depan itu, langsung menyetop si Kuning lain yang lewat dan berebut naik. Aaaaaaah, sungguh hebat orang Jakarta.
Pengalaman ketiga saya dengan si Oranye, metromini 24 jurusan Senen Tanjung Priok. Pada tahun 1998 saya sempat Kuliah di sebuah kampus di daerah Sunter. Tempat kos saya di Galur, karenanya satu-satunya kendaraan yang yang memungkinkan adalah si Oranye tersebut. Suatu ketika sepulang kuliah saya naik si Oranye yang sudah tidak mempunyai pintu belakang. Meskipun tidak ada pintunya, tetapi engselnya masih menempel di tempatnya. Karena saya duduk di bangku belakang, maka saat turun tentulah saya lewat pintu belakang pula. Tidak dinyana tidak disangka, saat saya turun, ternyata rok saya tersangkut di engsel pintu tersebut, karena gerakan saya terhambat saya terjatuh diaspal dengan rok masih menyangkut. Dan metromini tersebut langsung melaju lagi, menyeret saya dibagian kiri belakang. Baik supir maupun kondektur tidak ada yang tahu kalau penumpangnya masih 'nempel' di si Oranye tersebut. Saya demikian shok sehingga untuk menjeritpun tak bisa. Sementara si Oranye tersebut dalam posisi mengambil ancang-ancang untuk menyalip sebuah sedan putih di depan. Saya benar-benar ketakutan. Untunglah beberapa orang di pinggir jalan bertieriak-teriak terhadap si kondektur. Metromini tersebut berhenti tepat sebelum menyali sedan putih tersebut. Untunglah...............kalau tidak .................
Itulah pengalaman saya di jalan raya Jakarta. Silahkan bernyanyi " sapa suruh datang jakarta, sapa suruh datang jakarta............."


Sponsored by diet food
Gambar diambil di sini

46 comments:

  1. dyahirawan said: O iya terlewat ya? tau donks...itu mirip becak tp tertutup dan ada mesinnya...rame suaranya....kacanya dari plastik tebal...iih kesannya gw udah uzur banget yak tau smua kendaraan jadul...hahahaha...
    harusnya ada museumnya ya, tapi sepertinya yang namanya opelet, bemo dan helicak ngga ada tuh di museum transportasi^____^

    ReplyDelete
  2. nengmetty said: tahu dong seperti apa itu yang namanya helicak?^___^
    O iya terlewat ya? tau donks...itu mirip becak tp tertutup dan ada mesinnya...rame suaranya....kacanya dari plastik tebal...iih kesannya gw udah uzur banget yak tau smua kendaraan jadul...hahahaha...

    ReplyDelete
  3. dyahirawan said: Aku ngalamin naek smua jenis angkot yang ada dari jamannya si Doel....oplet, becak, bemo, bajaj, metromini, bis, dll yg blom naik busway dan yg paling ditunggu subway ato trem...kapan ya? tp panasnya Jkt dicampur macet dan kepulan asap knalpot slalu membuatku rindu...hehe
    tahu dong seperti apa itu yang namanya helicak?^___^

    ReplyDelete
  4. arifsibijak said: Oalah marnii....,yang itu namanya mOnaaass. .
    hehehejujur, sekian tahun berada di jakarta, saya belum pernah masuk ke Monas. Kalau sampai pelatarannya saja sih pernah^___^

    ReplyDelete
  5. debapirez said: mau merasakan naik roller coaster?naiklah metromini di kursi terdepan.Rasakan sensasinya hehe...
    wah, seharusnya setiap metromini itu ditempeli iklan layanan masyarakat yang bunyinya "naik metromini dapat menyebabkan serangan jantung"^___^

    ReplyDelete
  6. selebardaunkelor said: aduh bu, saya ampe ketawa ngakak baca cerita ini. tragis sih bagian keseret metromini, tapi malah itu bikin saya ketawa...sepurane...
    hehehesaya sendiri sekarang menganggapnya sebagai pengalaman yang seru. Tapi saat kejadiannya, saya bener-bener shock. Rok saya dilepaskan oleh orang yang meneriaki si kondektur, begitu lepas itu metromini langsung ngacir. Saya berjalan dalam keadaan bengong sampai ditempat kos. Begitu sudah tenang, saya baru ingat kalau saya tidak mengucapkan terima kasih sama orang yang telah melepaskan rok saya dari engsel dan membantu saya berdiri. hehehe^___^

    ReplyDelete
  7. Aku ngalamin naek smua jenis angkot yang ada dari jamannya si Doel....oplet, becak, bemo, bajaj, metromini, bis, dll yg blom naik busway dan yg paling ditunggu subway ato trem...kapan ya? tp panasnya Jkt dicampur macet dan kepulan asap knalpot slalu membuatku rindu...hehe

    ReplyDelete
  8. hahahaha...., itulah jakartakadang sumpek dna bikin sesak..., tapi seminggu libur di daerah ...,kangenin kehidupan jakarta yang serba cepat, ramai, dan bikin sesak itu...., oh my lovely city

    ReplyDelete
  9. Oalah marnii....,yang itu namanya mOnaaass. .

    ReplyDelete
  10. mau merasakan naik roller coaster?naiklah metromini di kursi terdepan.Rasakan sensasinya hehe...

    ReplyDelete
  11. aduh bu, saya ampe ketawa ngakak baca cerita ini. tragis sih bagian keseret metromini, tapi malah itu bikin saya ketawa...sepurane...

    ReplyDelete
  12. nitafebri said: Yaa.. gitu kira2 pengamalan saya tiap hari sebagai pengguna angkutan umum..Mesti tahan banting tiap kali naik metromini n Kopaja.. dengan bawa ransel seberat 5 kilo (isi: laptop + kabel, notes, alat tulis, ransum makan siang, air minum, mukena hihi udeh kek mau kemping deh :P) siap desek-desekan, waspada dg Copet. Waspada ABDnya jangan sampe copot (untung pake kerudung).Jakarta Tanpa Macet bakalan aneh jadinya.. Yang penting sih Sabar biar gak gampang kena serangan jantung ^_^
    wah, sudah jadi rutinitas sehari-hari ya Nit?ada juga sih jakarta tanpa macet, kalo lebaran. Nah saat lebaran kan saya pulang kampung. Kampung saya kalo lebaran muwaaaceeeeet buangeeet, dan yang bikin macet itu mobil dengan nomor B semua hehehe

    ReplyDelete
  13. narigunung said: memang kalau ke JKT terasa macetnya. tapi ya itu dia "life must go on" !
    betul, life must go on, tapi bagi saya, go on nya jangan di Jakarta deh^___^

    ReplyDelete
  14. Yaa.. gitu kira2 pengamalan saya tiap hari sebagai pengguna angkutan umum..Mesti tahan banting tiap kali naik metromini n Kopaja.. dengan bawa ransel seberat 5 kilo (isi: laptop + kabel, notes, alat tulis, ransum makan siang, air minum, mukena hihi udeh kek mau kemping deh :P) siap desek-desekan, waspada dg Copet. Waspada ABDnya jangan sampe copot (untung pake kerudung).Jakarta Tanpa Macet bakalan aneh jadinya.. Yang penting sih Sabar biar gak gampang kena serangan jantung ^_^

    ReplyDelete
  15. memang kalau ke JKT terasa macetnya. tapi ya itu dia "life must go on" !

    ReplyDelete
  16. axhu said: astagfirullah.benar-benar nahan nafasAlhamdulillah selamat.gak akan datang ke Jakarta :D huaa!!Neng Metty pun jadi hebat meski 'hanya datang ke Jakarta'ngeri :(
    waduh, hebat apanya?saya sudah nyerah, mo pulang kampung saja^___^

    ReplyDelete
  17. astagfirullah.benar-benar nahan nafasAlhamdulillah selamat.gak akan datang ke Jakarta :D huaa!!Neng Metty pun jadi hebat meski 'hanya datang ke Jakarta'ngeri :(

    ReplyDelete
  18. karomatan said: baru aja kemarin posting murid yang nanya . . .? dah lupa lagi?
    atuh pan ananda teh tidak dimarahin sama bu gurucuma bu gurunya lagi tidak punya ide hehehe^___^

    ReplyDelete
  19. karomatan said: ah, sok kitu Bunda mah. Da ini teh serius.
    Da ini juga serius atuhbingung atuda disuruh ngasih saran mah, pokoknyamah lakukan yang terbaiklah^__^

    ReplyDelete
  20. baru aja kemarin posting murid yang nanya . . .? dah lupa lagi?

    ReplyDelete
  21. ah, sok kitu Bunda mah. Da ini teh serius.

    ReplyDelete
  22. karomatan said: Menurut Ibunda, kita harusnya bagaimana . . .? [murid yang manja]
    waduh, harus bagaimana ya?Mendingan tinggal di Karawang saja, jangan pindah ke jakarta hehehe^___^

    ReplyDelete
  23. Menurut Ibunda, kita harusnya bagaimana . . .? [murid yang manja]

    ReplyDelete
  24. elysiarizqy said: udah ga keitung sampe males ngebahasnyakunjungi http://macetlagi.com bila mau keliling jakarta
    saya sih sudah punya rute tetap rumah - sekolah - rumahmales ah keliling Jakarta, tapi terima kasih infonya^__^

    ReplyDelete
  25. karomatan said: Dari tukang sampah ampe orang yang "nyampah", dari gedung mewah ampe kolong jembatan. Tersediah geuning!
    dari yang paling soleh samapi yang paling bejatdari yang shoping di Singapura saban minggu sampai yang ngga kuat beli nasi^__^

    ReplyDelete
  26. karomatan said: Saya mah demen sama Jakarta. Segalanya ada!
    sarana ibadah dan sarana maksiat lengkaptinggal pilihan kita mau yang mana^___^

    ReplyDelete
  27. nengmetty said: ngga. ngga mau. Sudah cukup kup kuppasti pengalaman om Sumarno lebih banyak lagi^___^
    udah ga keitung sampe males ngebahasnyakunjungi http://macetlagi.com bila mau keliling jakarta

    ReplyDelete
  28. Saya mah demen sama Jakarta. Segalanya ada!

    ReplyDelete
  29. elysiarizqy said: itulah sebagian kehidupan jakartaku...masih mau?
    ngga. ngga mau. Sudah cukup kup kuppasti pengalaman om Sumarno lebih banyak lagi^___^

    ReplyDelete
  30. karomatan said: Pasti keluhannya membawa solusi . . .
    ngga ada solusi jugacuma sekedar berbagi pengalaman^___^

    ReplyDelete
  31. karomatan said: Kangen nih ngobrol sama Ibunda Guru . . .
    lama ya tidak bertukar sapa^___^

    ReplyDelete
  32. itulah sebagian kehidupan jakartaku...masih mau?

    ReplyDelete
  33. duniauchi said: gag bz ngomong
    wah, jangan-jangan harus ikut speech terapi^___^

    ReplyDelete
  34. Pasti keluhannya membawa solusi . . .

    ReplyDelete
  35. Kangen nih ngobrol sama Ibunda Guru . . .

    ReplyDelete
  36. duniauchi said: spechless.
    kenapa Ci? Ayo minum dulu^___^

    ReplyDelete
  37. karomatan said: tapi besok sudah berubah . . .
    bertambah parah maksudnya?dari sisi lain iya, saya ingin meninggalkan Jakarta^___^

    ReplyDelete
  38. karomatan said: jakarta emang gitu !
    betul, inilah Jakarta^___^

    ReplyDelete
  39. nengmetty said: pas ngalaminnya sih gemeteran....
    asyiknya di situ, Nda . .

    ReplyDelete
  40. karomatan said: asyik aja !
    pas ngalaminnya sih gemeteran....^__^

    ReplyDelete
  41. wah saya juga pernah ngalamin tuh, turun dari metromini baru satu kaki turun mettonya sudah tancep gas dan sialnya rok saya nyangkut dikawat pintu metro. Terpaksa saya lari kencang ngimbangin jalannya merto, untung gak jauh dan metro berhenti karena lampu merah. Wuih luarbiasa waktu itu paniknya

    ReplyDelete