Pages

Wednesday, September 30, 2009

Tuesday, September 29, 2009

Kisah

Cerita ini ada walau tak pernah bermula
tidak dapat dikisahkan dengan kata-kata, tidak dapat dilagukan dengan nada, tidak pula pada pahatan di dinding candi
kau dan aku lakoni kisah ini
tak berawal tak berakhir bahkan tak tahu jalan cerita seperti apa tapi sungguh ada

Thursday, September 24, 2009

Kurikulum Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam Sekolah Sihir Hogwarts

Membaca buku Harry Potter ke 5, ada sesuatu yang membuat saya tersenyum miris, ketika saya membaca bab 12, tepatnya halaman 336 mengenai pembelajaran sebuah mata pelajaran di sekolah sihir hogwarts. Sebetulnya mata pelajaran apa tidak penting karena saya hanya ingin menyoroti sisi bentukan kurikulumnya dan pelaksanaan pembelajarannya di dalam kelas. Hanya karena ini adalah sebuah kisah imajinasi tentang sekolah sihir, maka jadilah pelajaran pertahanan terhadap ilmu hitam menjadi sebuah ilustrasi yang relevan.

Pembelajaran diawali dengan instruksi "singkirkan tongkat sihir!" dari si pengajar yaitu Profesor Umbridge, sebagai gantinya mereka mengeluarkan pena bulu untuk menulis. Kemudian dilanjutkan dengan penjelasan bahwa pelajaran yang diberikan adalah pelajaran yang sudah "disusun dengan teliti, berpusat pada teori dan disetujui oleh kementrian".

Berikut adalah Tujuan Pelajaran tersebut (hal 337)
1. Memahami prinsip-prinsip yang mendasari pertahanan sihir
2. Belajar mengenali situasi dalam mana pertahanan sihir bisa digunakan secara sah
3. Menempatkan kegunaan sihir dalam konteks untuk kegunaan praktis. Buku acuan yang digunakan adalah Teori pertahanan sihir karya Wilbert Slinkhard. Bagi siswa-siswa pelajaran ini menjadi pelajaran yang paling membosankan, apalagi dibandingkan dengan saat mereka belajar di kelas 3 dimana pembelajaran dilakukan secara nyata. Learning by doing. Benar-benar menggunakan tongkat sihir tanpa pena bulu untuk menulis. Bahkan untuk Hermione Granger, siswa yang diceritakan nyaris telah membaca seluruh isi perpustakaan, pembelajaran tersebut terasa "salah".

Mengapa saya jadi teringat pembelajaran di kelas-kelas kita? Bahkan menurut (mantan) siswa saya yang kini bersekolah di sebuah SMPN berstandar Internasional yang sangat terkenal di Jakarta Timur, seringkali begitulah pembelajaran yang berlangsung di dalam kelasnya

Sunday, September 20, 2009

tidak sampaikah

sedang apakah kau
saat kucoba merangkai kata tak juga berima
saat kucoba merangkai pesan tanpa suara
tidak kah kau dengar gemuruh doa ini
agar damai harimu
agar tiba langkahmu di puncak yang kau tuju
telah sampaikah tanya yang kuungkap pada hening malam
adakah kita kan menempuh jalan yang sama
kabarkan padaku jawabmu
aku menunggu





gambar diambil di sini

Tuesday, September 8, 2009

Gamang

Biarkan sejenak ku berhenti
lalu mengulang kembali perjalanan ini dalam memori
sambil mencoba pahami
mengapa tak jua ku sampai
sedang jalan ini kutempuh setengah berlari

adakah asaku utuh seperti saat awal ku melangkah
atau malah terserak tercecer di setiap jengkal langkah yang kujejak
bahkan angin sepoi kukira badai
kadang ku bimbang pula
kemanakah aku menuju
adakah aku salah melihat rasi
atau aku hanya tak kuat hati



gambar diambil di sini

Saturday, September 5, 2009

Doa yang Terkabul ^___^



Hari itu sisa uang di dompet saya tinggal satu lembar seratus ribuan. Benar-benar satu lembar itu saja tanpa embel-embel bahkan sekedar recehan. Padahal hari itu saya berniat untuk pergi ke dua tempat dimana di kedua tempat itu saya harus membayar parkir masing-masing seribu rupiah. Artinya saya memerlukan uang untuk parkir sebanyak dua ribu rupiah. Semua dompet saya periksa, semua tas saya rogoh-rogoh bahkan di bawah kasur juga saya cek, padahal juga tidak pernah menyimpan uang di bawah kasur. Hasilnya nihil, saya tidak menemukan uang yang saya perlukan. Mau menukar uang itu tanpa membeli sesuatu rasanya malu, tapi juga sedang tidak punya kebutuhan apapun untuk dibeli. Saat waktunya sudah benar-benar mepet, terucap doa dari mulut saya:

Ya Allah, saya benar-benar membutuhkan uang dua ribu rupiah

Entah apa yang mendorong saya, saya melangkah ke keranjang cucian (ketahuan deh suka menumpuk baju buat dicuci), dan merogoh-rogoh saku semua baju yang ada di keranjang tersebut. Aaaaaahh........... pada sebuah baju saya menemukan uang sejumlah 17 ribu rupah, benar-benar tujuh belas ribu saudara-saudara.....................

Reaksi awal: Alhamdulillah. Subhanallah. Engkau benar-benar Maha Pemberi Rizki. Engkau benar-benar Maha Pemurah. Terima kasih ya Allah.
Reaksi lanjutan: ..............coba tadi doanya minta 2 juta...........

Ah, dasar manusia!