Sekolahku kemarin mengundang Ust. Muhendrik Mukhtar, salah seorang relawan dari KISPA yang dikirim ke Palestina, untuk menceritakan pengalaman beliau. Berikut adalah apa yang beliau ceritakan, mohon maaf untuk ketidaklengkapan, karena tulisan ini dibuat berdasarkan ingatan.
PERJALANAN
Rombongan kami berjumlah 16 orang gabungan dari Kispa, Mer-C, Baznas dan Tim Medis. Setelah menempuh perjalanan selama 9 jam, kami tiba di Kairo. Disana kami menginap di Griya Jawa Tengah (^__^) tempat mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari Indonesia. Keesokan harinya kami mengunjungi KBRI, disana kami menandatangani pernyataan bahwa apapun yang terjadi terhadap diri kami, kami tidak akan menuntut pemerintah Indonesia.
Dari KBRI kami menujuh sebuah tempat (Ust menyebutkan namanya, tapi saya lupa), disana kami membeli 4 buah ambulans untuk disumbangkan ke Palestina. Masing-masing Ambulans berharga 42.000 $ US. Satu ambulans adalah sumbangan resmi pemerintah Indonesia, satu Ambulans hasil patungan antara Kispa dan Baznas. Dua Ambulans lagi titipan dari seorang warga negara Mesir bernama Thoriq. Uniknya, pak Thoriq ini sebetulnya sedang berada dalam penjara Mesir. Saat beliau mendengar bahawa ada Hilal Ahmar (Bulan sabit merah) dari Indonesia hendak ke Palestina, beliau menelepon putranya yang bernama Muhammad agar mengeluarkan dana untuk pembelian dua buah Ambulans, dan agar dititipkan ke rombongan hilal ahmar Indonesia. Subhanallah.
Kami berangkat menuju ke pintu perbatasan Raffah. Setelah menginap satu malam kami sampai di pintu perbatasan. Pintu perbatasan tersebut dibuka mulai jam 9 pagi dan ditutup jam 4 sore. Jam 9 kami menyerahkan ke 16 paspor kami, kemudian kami harus menunggu selama 5 jam, padahal tempat tersebut hanya berupa padang pasir dan henya tersedia sebuah warung kecil, sementara antrian relawan dan kontainer sumbangan dari berbagai negara mengantri panjang. Sempat juga kami menggerundel akan lamanya waktu mereka mengurus izin kami agar bisa lewat. Belakangan kami tahu bahwa apa yang kami alami adalah sesuatu yang luar biasa. Relawan dari negara lain ada yang menunggu sampai 7 hari. Bahkan ada seorang wartawan (Ust menyebutkan asal negaranya, saya lupa) yang menunggu selama 10 hari, kemudian kembali dulu ke negaranya dan balik lagi ke tempat tersebut untuk menunggu lagi.
Singkat cerita kami sampai di Palestina, disebuah tempat bernama Az-zaitun. Disana kami ditempatkan di sebuah rumah sakit bernama Asy-Syifa. Benar-benar kami disambut dengan hangat seolah-olah kami adalah pejabat. Segala akomodasi kami selama disaeheana ditanggung oleh tuan rumah. Dalam Islam kewajiban untuk menjamu tamu itu minimal 3 hari, tapi mereka berkata, "untuk orang Indonesia, kami jamu penuh selama tujuh hari" subhanallah.
KUNJUNGAN
Kami mengunjung Baitul Quranul Karim Wasunah, lembaga yang meluluskan 3500 siswa anak-anak hafidz Quran, dan 3500 hafiz Quran lainnya dari golongan remaja, dewasa dan bahkan orang tua. Ada orang yang berusia 55 tahun lulus hafiz 30 juz. (Subhanallah, saya yang jauh lebih muda kemana saja?).
Kami juga mengunjungi rumah Asy-Syahid Syekh Ahmad Yasin. sebetulnya kami juga mendapat tawaran untuk mengunjungi Ismail Haniya dan terowonga-terowongan disana. tapi karena relawan itu termasuk yang diawasi, maka dengan alasan demi keamanan kami menolak tawaran tersebut.
Kami juga mengunjungi Community College of Applied Science and Technology (ITBnya Palestina kata ust). Konon mereka sebetulnya sudah mengembangkan film-film animasi yang islami dan menarik untuk menggantikan film-film animasi yang saat ini beredar. Sayang semuanya hancur di bom Israel.
BEBERAPA HAL YANG MENARIK
* Dengan kondisi yang sangat memprihatinkan tersebut, selama lima hari disana kami sama sekali tidak bertemu dengan seorang pengemispun
* Ketika di desa Az-zaitun terjadi pertempuran, satu pasukan Izzudin Alqossam hanya berjumlah 10 orang, ditambah beberapa orang dari pasukan lain, total pejuang palestina hanya sekitar 25 orang, melawan tentara Israel yang jumlahnya ribuan dilengkapi tank merkava, yang jumlah tanknya saja lebih banyak dari jumlah pejuang palestina. Tiba-tiba para pejuang tersebut melihat tank-tank tersebut mundur dengan panik, maka para pejuang pun merangsek maju. Dari tentara Israel yang tertawan diketahui bahwa mereka mundur dengan panik karena melihat tentara palestina yang berjumlah ribuan dengan seragam putih, padahal para pejuang palestina memakai seragam hitam dengan ikat kepala hijau. Pada pertempuran tersebut saja jumlah korban tentara Israel berjumlah ratusan. Maka bohong besar kalau Israel mengklaim bahwa korban di pihak mereka hanya 15 orang.
* Ketika rombongan dari Indonesia mempertanyakan dari mana pejuang palestina memperoleh senjatanya, jawabannya adalah "cukup kami katakan bahwa kami Insya Allah tidak akan kekurangan senjata dan pejuang, kami mintakan kepada saudara-saudara kami hanyalah bantu kami dengan doa dan dana"
* Pada tanggal 22 januari Israel menyatakan gencatan senjata sepihak, tanggal 23 seluruh aktivitas sekolah dari tingkat dasar samapi perguruan tinggi langsung aktif kembali. Untuk sekolah yang bangunannya hancur mereka bersekolah di tenda darurat. Pada tanggal 23 Januari tersebut kami masih disana, dan kegiatan sekolah pada hari tersebut adalah ujian akhir semester. Subhanallah
* Semangat berjuang dan tingkat keimanan mereka sungguh amat patut diacungi jempol. Seorang kakek kami temui berkata
"wallahi, seandainya Israel dan para pendukungnya memboikot kami dari daratan dan lautan kami percaya Allah akan menurunkan bantuan dari langit.
Seandainya kami pun kami diboikot pula dari arah langit, niscaya Allah akan membantu kami dari perut bumi.
Jikapun dari perut bumi dihalangi pula maka cukup kami katakan Hasbunallah wa ni'mal wakil, ni'mal maula wa nimannashir"
Sebetulnya banyak cerita lain yang sangat menarik, hanya karena beberapa pertimbangan tidak saya tuliskan disini.
Semoga bermanfaat
belum baca.... nanti aja habis jumatan...
ReplyDeleteSubhanallah...Allahuakbar !
ReplyDeletenengmetty said: Dengan kondisi yang sangat memprihatinkan tersebut, selama lima hari disana kami sama sekali tidak bertemu dengan seorang pengemispun
ReplyDeletekalo di sini pengemis malah dieksploitasi ya mbak Metty...
cunyayusya said: Allahu Akbar..... Makasih infonya bu...
ReplyDeleteAllahu AkbarSama-sama mama Yunda :)
Allahu Akbar..... Makasih infonya bu...
ReplyDeletekebunhati said: Subhanallah...
ReplyDeleteSubhanallah ... Allahu Akbar
nisanajma said: Subhanallah...makar Allah lebih dasyat...Nice posting, TFS...
ReplyDeleteSepakat mbak HenTerima kasih ...
nisachaira said: Subhanallah....
ReplyDeleteSubhanallah ....Allahu AkbarSudahkah Ayunda mendoakan saudara kita di Palestina hari ini?
Subhanallah...makar Allah lebih dasyat...Nice posting, TFS...
ReplyDeleteSubhanallah....
ReplyDelete@mas DoniSilahkan kembali mumpung gratis
ReplyDelete@hendraSubhanallah
ReplyDeleteroebyarto said: kalo di sini pengemis malah dieksploitasi ya mbak Metty...
ReplyDeletebetul mas, di Indonesia mengemis itu menjadi suatu profesi. Konon, orang-orang yang mengemis di kota-kota besar itu, punya rumah ang bagus di daerahnya sendiri, bahkan kendaraan pribadi ....
zubairbinawaam said: Subhanallah
ReplyDeleteSubhanallah, Allahu Akbar!
Subhanallah
ReplyDeletealhaqiir said: wah,,,,,,,ko sy g di ajak???
ReplyDeletedaftar sejak sekarang lewat doa sama yang di atas ^__^
wah,,,,,,,ko sy g di ajak???
ReplyDelete