Pages

Saturday, March 21, 2009

Tiba-tiba aku tahu bahwa aku tak berdaya

Hari itu adalah hari dilaksanakannya observasi calon siswa baru tahap 2 di sekolahku. Dan aku baru saja membaca tentang beredarnya video mesum yang dilakukan pelajar SMP di sebuah kota di Jawa Timur.

Memperhatikan kalian yang begitu lugu dan penuh antusias, terbersitlah tanya dalam benakku: akan seperti apakah jadinya kalian kelak?

Tiba-tiba aku ingin menahan waktu, agar kalian tetap menjadi anak-anak lugu

Tiba-tiba aku ingin berteriak pada orang tua kalian, agar televisi di rumah kalian dibuang saja

Tiba-tiba aku ingin membubarkan rumah-rumah produksi sinetron

Tiba-tiba aku ingin merusak stasiun-stasiun televisi

Tiba-tiba aku ingin mengobrak-abrik redaksi Koran dan tabloid murahan

Tiba-tiba aku ingin mengusulkan agar arus informasi budaya dari luar diputus saja

Tiba-tiba aku ingin menghack, semua line internet

Tiba-tiba aku ingin pergi ke jalan-jalan dan memakaikan baju yang layak bagi mereka yang berpakaian terbuka

Tiba-tiba aku ingin ke panggung-panggung dan bicara soal dosa

Tiba-tiba aku ingin membuat karantina pelajar

Tiba-tiba aku ingin memberi petuah

Tiba-tiba aku ingin berkata lantang

Tiba-tiba aku ingin suaraku didengar seluruh pelajar di negara kita

Dan tiba-tiba aku tahu

bahwa aku tak berdaya

(adakah aku sendirian?)


Ya Rabb, hanya Engkaulah Sang Pemberi Hidayah

18 comments:

  1. anak semakin di kekang, semakin banayk aturan maka semakin ingin melanggar...Jadi.. yaa.. berikan saja pengertian..

    ReplyDelete
  2. danizidan said: itu adalah keprihatinan kita semua..TV di rumahku cukup stel TVone sm TV7...itu juga yg educatif aja. syukron.
    Apa yang dapat kita lakukan untuk anak-anak yang lain .....................?

    ReplyDelete
  3. nisanajma said: tidak, bu guru, kita pasti tidak sendirian..
    Ya terima kasih, tidak sendirian tapi juga tetap tidak berdaya .....................

    ReplyDelete
  4. itu adalah keprihatinan kita semua..TV di rumahku cukup stel TVone sm TV7...itu juga yg educatif aja. syukron.

    ReplyDelete
  5. tidak, bu guru, kita pasti tidak sendirian..

    ReplyDelete
  6. answerlieswithin said: Kenapa harus karantina????menyatukan pikiran dan ide tidak harus dengan karantina loh..itu yang membuat kita tidak lagi sendiri...
    Pernah lihat induk ayam melindungi anak-anaknya? Seperti itulah saya ingin melindungi generasi muda kita.Suatu hal yang tidak mungkin?

    ReplyDelete
  7. Kenapa harus karantina????menyatukan pikiran dan ide tidak harus dengan karantina loh..itu yang membuat kita tidak lagi sendiri...

    ReplyDelete
  8. ibnuchaldunoke said: Beeee ... beraaaattt neh neng mety ... tapi tulisanmu yang tiba-tiba ini membuatku tiba-tiba terperangah juga dan tiba-tiba merasa tergugah untuk tiba-tiba ikut perduli dengan kemunduran moralitas anak bangsa .... dan ... tiba-tiba bertanya ... apa yang bisa aq lakukan dengan ketakberdayaan ini??? ....
    dan tiba-tiba saya kegetmengapa tiba-tiba bu Siska berkenan singgah ke gubuk beta?tiba-tiba pula saya ingin mengucapkan terima kasih, hehehehe

    ReplyDelete
  9. nitafebri said: anak semakin di kekang, semakin banayk aturan maka semakin ingin melanggar...Jadi.. yaa.. berikan saja pengertian..
    Wah betul sekali !!!!Terima kasih masukannya ya.............

    ReplyDelete
  10. Beeee ... beraaaattt neh neng mety ... tapi tulisanmu yang tiba-tiba ini membuatku tiba-tiba terperangah juga dan tiba-tiba merasa tergugah untuk tiba-tiba ikut perduli dengan kemunduran moralitas anak bangsa .... dan ... tiba-tiba bertanya ... apa yang bisa aq lakukan dengan ketakberdayaan ini??? ....

    ReplyDelete
  11. daunbintang said: subhanallah ...insya Allah bu guru ga sendirian bu ...keep spirit ukhti ... jia you!!
    Terima kasihbetul saya tidak sendirian, bersama kita bisa hehehe (kayak slogan partai apa ya?)

    ReplyDelete
  12. answerlieswithin said: saya bekerja pada industri televisi dan menyadari bahaya televisi (Indonesia)...industri televisi (Indonesia) terlalu sporadis, bekerja pada hitungan ratin...namun tak semuanya tendensinya negatif...ada beberapa kemajuan pada industri ini. Namun kemajuan industri ini, diantaranya batasan siaran sebuah program juga pencantuman label pemeringkat, tidak akan berguna bagi televisi kalau tidak ada pengawasan dari orangtua anak yang bersangkutan. Yang harus disalahkan bukan televisi dan internet, tapi filter lanjutan dari orangtua. Kebanyakan orangtua Indonesia merasa sudah cukup menyerahkan anaknya kepada institusi pendidikan dengan harapan akan menjadi orang yang lebih baik. Nyatanya, filter di rumah justru lebih penting...Ada sebuah buku yang berisi curhatan anak2 tentang televisi....menarik membaca buku itu.Ps: kenapa saya sebut televisi (Indonesia), karena tayangan seragam dan cenderung tidak mendidik pada jam-jam tertentu, terutama sinetron dan kontes-kontes idola...berbeda dengan pola tayangan di luar negeri...porsinya seimbang antara hiburan dan edukasi dan ketat sekali mengatur jam tayang sebuah program...
    Nah, sudah semakin jelas apa yang sebetulnya harus dibenahi.Ok, menyadarkan para orang tua, tanggung jawab siapa?Pembenahan peraturan tentang tayangan pertelevisian, tanggung jawab siapa?Kalau semuanya tidak ada yang membenahi, yang jadi korban tetap anak-anak kan?*bukunya judulnya apa? minjem dong ^__^

    ReplyDelete
  13. subhanallah ...insya Allah bu guru ga sendirian bu ...keep spirit ukhti ... jia you!!

    ReplyDelete
  14. nengmetty said: sekarang mereka cenderung "dibimbing" oleh televisi dan internet. dan tidak ada yang menunjukkan kepada meraka ini yang harus diambil, ini yang harus ditinggalkan
    saya bekerja pada industri televisi dan menyadari bahaya televisi (Indonesia)...industri televisi (Indonesia) terlalu sporadis, bekerja pada hitungan ratin...namun tak semuanya tendensinya negatif...ada beberapa kemajuan pada industri ini. Namun kemajuan industri ini, diantaranya batasan siaran sebuah program juga pencantuman label pemeringkat, tidak akan berguna bagi televisi kalau tidak ada pengawasan dari orangtua anak yang bersangkutan. Yang harus disalahkan bukan televisi dan internet, tapi filter lanjutan dari orangtua. Kebanyakan orangtua Indonesia merasa sudah cukup menyerahkan anaknya kepada institusi pendidikan dengan harapan akan menjadi orang yang lebih baik. Nyatanya, filter di rumah justru lebih penting...Ada sebuah buku yang berisi curhatan anak2 tentang televisi....menarik membaca buku itu.Ps: kenapa saya sebut televisi (Indonesia), karena tayangan seragam dan cenderung tidak mendidik pada jam-jam tertentu, terutama sinetron dan kontes-kontes idola...berbeda dengan pola tayangan di luar negeri...porsinya seimbang antara hiburan dan edukasi dan ketat sekali mengatur jam tayang sebuah program...

    ReplyDelete
  15. answerlieswithin said: melindungi tidak harus dengan karantina...itu yang saya tolak dari konsep sekolah berasrama...kenapa harus di asramakan? Mencoba tuk menyamakan persepsikah? Bahwa dunia ini terbentuk dan dibentuk melalui asrama (karantina)??? Sya akan lebih kaget lagi liat sekolah pagarnya menjulang tinggi bak penjara...ini sekolah atau penjara sih sebenernya????Percayalah, bahwa guru terbaik ada di luar sana, tentunya dengan pembimbing yang baik pula....bukan dibalik tembok asrama berjeruji kawat duri di sekeliling pagar....hehehe
    Saya sepakat dengan pendapat Dicky, harausnya anak-anak berguru dari kehidupan real. Tapi sekarang mereka cenderung "dibimbing" oleh televisi dan internet. dan tidak ada yang menunjukkan kepada meraka ini yang harus diambil, ini yang harus ditinggalkan. Dan kalaupun ada, yang harus ditinggalkan itu lebih menarik dan menggoda. Sementara para orang tua sibuk mencari biaya agar mereka kelak dapat bersekolah setinggi-tingginya.

    ReplyDelete
  16. nengmetty said: Pernah lihat induk ayam melindungi anak-anaknya? Seperti itulah saya ingin melindungi generasi muda kita.Suatu hal yang tidak mungkin?
    melindungi tidak harus dengan karantina...itu yang saya tolak dari konsep sekolah berasrama...kenapa harus di asramakan? Mencoba tuk menyamakan persepsikah? Bahwa dunia ini terbentuk dan dibentuk melalui asrama (karantina)??? Sya akan lebih kaget lagi liat sekolah pagarnya menjulang tinggi bak penjara...ini sekolah atau penjara sih sebenernya????Percayalah, bahwa guru terbaik ada di luar sana, tentunya dengan pembimbing yang baik pula....bukan dibalik tembok asrama berjeruji kawat duri di sekeliling pagar....hehehe

    ReplyDelete
  17. kakak tidak sendirian, tapi mungkin kita semua mempunyai keterbatasanmari awali dari setiap pribadi

    ReplyDelete
  18. cewekimanis said: kakak tidak sendirian, tapi mungkin kita semua mempunyai keterbatasanmari awali dari setiap pribadi
    MariiiiiiiiiiiTerima kasih yaaaa ^^

    ReplyDelete