Kritik, itulah sarapannya para juara. Mengucapkannya mudah, tapi menerimanya mungkin butuh usaha. Untuk itu, bila anda ingin memberikan sarapan gratis tersebut agar teman atau kerabat anda menjadi sang juara, maka perlu diperhatikan beberapa hal berikut:
- Pandai-pandai menilai apakah orang yang akan dikritik siap untuk menerima kritikan langsung atau tidak. Bila terlihat siap, tak masalah untuk menyampaikan kritik tersebut secara lugas. Bila tidak, kemukakan saja apa yang ingin anda sampaikan sebagai alternatif lain dari yang sudah dia lakukan. Misalkan anda ingin mengkritik orang yang memadukan celana abu-abu dengan blus berwana hijau norak, katakan saja bahwa celana abu-abu tersebut juga akan tampak manis bila dipadukan dengan blus putih.
- Kenali sampai dimana penguasaan orang tersebut terhadap hal yang akan dikritik. Tidaklah adil untuk memberikan masukkan tentang langkah tegap terhadap bayi yang baru belajar berjalan selangkah dua langkah.
- Beri kesempatan pada orang yang anda kritik untuk berkilah. Jangan menutup celah bagi orang yang dikritik untuk „membela diri“. Anda tentu ingin perasaan teman atau kerabat anda tetap nyaman bukan?
- Tinggalkan perdebatan. Bila anda sudah menyampaikan kritikan anda, dan orang yang anda kritik berkilah atau membela diri, anda tak perlu mendebatnya, bukan itu tujuan anda. Tak perlu pengakuan bahwa pendapat andalah yang benar. Anda ingin menyampaikan apa yang menurut anda benar, diterima atau tidak, apa yang ingin anda sampaikan sebetulnya sudah sampai. Hal ini tentunya berlaku untuk kritik yang sifatnya personal. Dalam hal mengkritik kebijakan yang menyangkut kepentingan orang banyak, tentu saja anda boleh ngotot dan berdebat.
debapirez said: saran yang mantaff. Jangan terlalu memaksakan diri untuk defense terhadap sebuah kritikan karena hal itu seringkali menimbulkan perdebatan...
ReplyDeletehe eh, sepakat^___^
vira80 said: ikutan si neng ajah :D
ReplyDeleteok, jauh dekat lima ribu ya^___^
jangan kelewat pedes ya bu..cabenya 1kg aja(jontor gak ya?)
ReplyDeleteduniauchi said: saya [tidak] suka dikritik!nah lo ambigu!
ReplyDeletekalo dikitik - kitik gimana Chi?
yang terakhir yg paling pentingkadang malah suka terjebak dalam perdebatan tak penting :Dsiap terima kritikan dari bu metty ^__^
ReplyDeletesaran yang mantaff. Jangan terlalu memaksakan diri untuk defense terhadap sebuah kritikan karena hal itu seringkali menimbulkan perdebatan...
ReplyDeleteikutan si neng ajah :D
ReplyDeletelarass said: koment apa yah??? hmmm mending ngucapi Met Pagi Bu Guru, terimakasih untuk sharing artikel ini :)
ReplyDeletePagi Laras^_____^
duniauchi said: saya [tidak] suka dikritik!nah lo ambigu!
ReplyDeletesaya lebih suka kripik^___^
adearin said: Awalnya terkejut, apalagi sy pny guru yg kl ngomong emang selalu nyablak.......berikutnya menjadi tantangan......iya ya, mustinya begono bkn begini, harusnya yg ntuh bukan ntih........alhamdulillah.......kritik.....mjd sarana pembelajaran yg ampuh. Walau maunya sy, kl habis di kritik dikasi madu atau air gula hahahaha........
ReplyDeleteYa, jamu itu harus disertai dengan pemanisnya biar pahitnya ngga bertahan di kerongkonganDi sini masih bisa beli segelas 1000, di batam berapa?(weits, sejak kapan jualan jamu)^___^
pingkanrizkiarto said: terima kasih bu guruuuuuuuuuuu.........
ReplyDeleteterima kasih untuk kritiknya?Perasaan saya belum mengkritik^___^
koment apa yah??? hmmm mending ngucapi Met Pagi Bu Guru, terimakasih untuk sharing artikel ini :)
ReplyDeletesaya [tidak] suka dikritik!nah lo ambigu!
ReplyDeleteAwalnya terkejut, apalagi sy pny guru yg kl ngomong emang selalu nyablak.......berikutnya menjadi tantangan......iya ya, mustinya begono bkn begini, harusnya yg ntuh bukan ntih........alhamdulillah.......kritik.....mjd sarana pembelajaran yg ampuh. Walau maunya sy, kl habis di kritik dikasi madu atau air gula hahahaha........
ReplyDeleteterima kasih bu guruuuuuuuuuuu.........
ReplyDeleteasasayang said: Wah, cerpen? Belum ada ide, padahal 2 hari lagi
ReplyDeleteKalau gitu kirim paket sajahehehe^___^
Wah, cerpen? Belum ada ide, padahal 2 hari lagi
ReplyDeleteasasayang said: Iya. . lagi mikirin kadonya apa. . . **skrg ga ada alatnya teh, mudah2an bln dpan bisa dapat,
ReplyDeleteYup, semoga segera di dapatkansemoga segera produktifkasih cerpen saja lin, dan dia wajib mengupasnya^___^
Iya. . lagi mikirin kadonya apa. . . **skrg ga ada alatnya teh, mudah2an bln dpan bisa dapat,
ReplyDeleteasasayang said: Haha. . .dia mah jagonya. . . moga bln dpan bisa nulis lbh baik
ReplyDeleteLin, ditagih kado tuh sama diamau nulis kenapa bulan depan? Mulai sekarang dong^___^
Haha. . .dia mah jagonya. . . moga bln dpan bisa nulis lbh baik
ReplyDeleteasasayang said: Siap menerima kritikan sepedes apapun. . . .
ReplyDeleteokey, nanti teteh bilangi si ayiphehehe^___^
khoriyatulj said: Dengan senang hati..kami tunggu kehadirannya, tahun baru ada 4 teman MP berkunjung kerumah, kita ngobrol2 sampai tak terasa 4 jam telah berlalu ..:)
ReplyDeletesemoga bisa mendapatkan waktu yang tepat^___^
Siap menerima kritikan sepedes apapun. . . .
ReplyDeletenengmetty said: wah, kalau itu sih tanya Pak Roy atau Shafa Kapan-kapan kalau boleh saya main ke Cimahi, kebetulan ada saudara saya di cibogo^___^
ReplyDeleteDengan senang hati..kami tunggu kehadirannya, tahun baru ada 4 teman MP berkunjung kerumah, kita ngobrol2 sampai tak terasa 4 jam telah berlalu ..:)
khoriyatulj said: nah kalau saya gimana nih kalau di dunia nyata?:)
ReplyDeletewah, kalau itu sih tanya Pak Roy atau Shafa Kapan-kapan kalau boleh saya main ke Cimahi, kebetulan ada saudara saya di cibogo^___^
nengmetty said: Tidak selalu begitu lho, ada yang sudah jauh lebih tua tapi tidak mau menerima masukkan meskipun jelas-jelas salahcuma yang seperti ini adanya di dunia nyata, bukan di MP^___^
ReplyDeletenah kalau saya gimana nih kalau di dunia nyata?:)
khoriyatulj said: karena faktor U ya neng?maklum kan saya sudah tua jadi bisa siap, hehehe:))
ReplyDeleteTidak selalu begitu lho, ada yang sudah jauh lebih tua tapi tidak mau menerima masukkan meskipun jelas-jelas salahcuma yang seperti ini adanya di dunia nyata, bukan di MP^___^
nengmetty said: Betul sekali mama Shafa, mama Shafa memang siap dan dewasa dalam menghadapi kritik yang disampaikan masalahnya tidak semua orang dapat bersikap seperti mama Shafa^___^
ReplyDeletekarena faktor U ya neng?maklum kan saya sudah tua jadi bisa siap, hehehe:))
khoriyatulj said: kalo saya justru berterimakasih dengan kritikkan itu, asal kritik membangun dan dari kritik itu kita bisa membenahi diri untuk lebih baik lagi, bahkan kadang saya memancing orang supaya memberikan kritikkannya, supaya saya bisa mengambil ilmunya demi kebaikkan saya juga tentunya :)
ReplyDeleteBetul sekali mama Shafa, mama Shafa memang siap dan dewasa dalam menghadapi kritik yang disampaikan masalahnya tidak semua orang dapat bersikap seperti mama Shafa^___^
kalo saya justru berterimakasih dengan kritikkan itu, asal kritik membangun dan dari kritik itu kita bisa membenahi diri untuk lebih baik lagi, bahkan kadang saya memancing orang supaya memberikan kritikkannya, supaya saya bisa mengambil ilmunya demi kebaikkan saya juga tentunya :)
ReplyDeletepuntowati said: Orang Belanda kalau mengungkapkan pendapatnya selalu blak-blakan tanpa mempertimbngka perasaan yg menerima.Mereka dari kecil sudah biasa diajar berdebat secara terbuka.....mungkin kritik dg cara yg Metty tuliskan lebih cocok untuk lingkungan orang indonesia. Yg jelas salut...atas tulisannya krn masih bnyak orang orang Indonesia yg tidak berani mengungkapkan pendapatnya.....Dg membaca tulisan Metty mudah2an semakin banyak orng berani mengungkapkan pendapatnya tanpa hrs melukai perasaan orang lain dan tanpa takut di tembak petrus...he he
ReplyDeleteBetul, orang Amerika dan Eropa memang memiliki budaya yang terbuka. Secara culture mereka lebih siap untuk menerima ataupun menolak kritikan tanpa melibatkan perasaan. Orang Indonesia rata-rata belum siap untuk dikritik secara terbuka, bahkan kaum intelektualnya.Terima kasih apresiasinya^___^
Orang Belanda kalau mengungkapkan pendapatnya selalu blak-blakan tanpa mempertimbngka perasaan yg menerima.Mereka dari kecil sudah biasa diajar berdebat secara terbuka.....mungkin kritik dg cara yg Metty tuliskan lebih cocok untuk lingkungan orang indonesia. Yg jelas salut...atas tulisannya krn masih bnyak orang orang Indonesia yg tidak berani mengungkapkan pendapatnya.....Dg membaca tulisan Metty mudah2an semakin banyak orng berani mengungkapkan pendapatnya tanpa hrs melukai perasaan orang lain dan tanpa takut di tembak petrus...he he
ReplyDeleteivoniezahra said: Sepakat, Teh.Kadang orang mengkritik main cablak aja. Gak merhatiin sikon. Ujung2nya si penerima kritik merasa dipermalukkan.Thanks tips nya, Teh :)
ReplyDeletehehehe, terima kasih telah sepakat dengan kesotoyan saya^___^
saturindu said: saya kadang mengkritik terbuka dan terang2an. terserah penerimaan orang apakah mereka menerima kritikan tsb atau tidak. Asal dlm kerangka logis, saya cukup berani mendebat untuk sebuah kebenaran yg saya yakini.Saat memberikan feedback saya sesungguhnya juga belajar : menyelami kedalaman pemikiran/wawasan seseorang, memahami lingkungan sosial sekitar, serta memahami situasi psikologis yang timbul dan kemungkinan adanya konflik eksternal.Namun, itu adalah bagian dr resiko ketika saya bersosialisasi dengan orang/lingkungan. Feedback itu sebenarnya dua arah. Ketika A menyampaikannya pada B, berarti A dan B 'sama2 memberi'. A memberikan pengetahuan yang dimiliki utk menilai sesuatu tentang B. Dan B juga memberi kesempatan/kepercayaan pada A utk menilai sesuatu tentang dirinya. Tanpa itu semua, feedback tak akan berjalan maksimal.
ReplyDeletetak masalah menyampaikan terang-terangan, bahkan sebetulnya perdebatanpun tak masalahselama masing-masing pihak merasa nyaman dan dapat mengambil manfaat dari apa yang didiskusikanSaya suka dengan kritikan-kritikan yang disampaikan mas suga terhadap saya. Mas suga mengkritik itu karena memang mempunyai ilmunya. Dan saya belajar banyak dari hal tersebutso, jangan berhenti untuk mengkritik saya
Sepakat, Teh.Kadang orang mengkritik main cablak aja. Gak merhatiin sikon. Ujung2nya si penerima kritik merasa dipermalukkan.Thanks tips nya, Teh :)
ReplyDeletesaya kadang mengkritik terbuka dan terang2an. terserah penerimaan orang apakah mereka menerima kritikan tsb atau tidak. Asal dlm kerangka logis, saya cukup berani mendebat untuk sebuah kebenaran yg saya yakini.Saat memberikan feedback saya sesungguhnya juga belajar : menyelami kedalaman pemikiran/wawasan seseorang, memahami lingkungan sosial sekitar, serta memahami situasi psikologis yang timbul dan kemungkinan adanya konflik eksternal.Namun, itu adalah bagian dr resiko ketika saya bersosialisasi dengan orang/lingkungan. Feedback itu sebenarnya dua arah. Ketika A menyampaikannya pada B, berarti A dan B 'sama2 memberi'. A memberikan pengetahuan yang dimiliki utk menilai sesuatu tentang B. Dan B juga memberi kesempatan/kepercayaan pada A utk menilai sesuatu tentang dirinya. Tanpa itu semua, feedback tak akan berjalan maksimal.
ReplyDeleteaddicted2thatrush said: Ma kaci.. Aku dah pedes lho.. :p
ReplyDeletega perlu dicabein lagi ya^___^
Ma kaci.. Aku dah pedes lho.. :p
ReplyDeleteaxhu said: tidak paham pertanyaan Bu Guru. kalo ditulis dari ms word atur ulang spasinya atau jarak antar paragraf? mungkin begitu maksudnya Neng?
ReplyDeleteIya begitu, pengen ada jarak antar paragraf
tidak paham pertanyaan Bu Guru. kalo ditulis dari ms word atur ulang spasinya atau jarak antar paragraf? mungkin begitu maksudnya Neng?
ReplyDeleteaxhu said: ilmu baru, Bu Guru, terima kasih
ReplyDeletesama-samambak marya tahu ngga caranya biar diantara paragraf bernomor tersebut ada spasi?
ilmu baru, Bu Guru, terima kasih
ReplyDeletevira80 said: memang mau kemana neng...atau lg latihan mau ngenet :))
ReplyDeletekatanya ikut bu mettylagi nyari penumpang nih mo ngojek^___^
nengmetty said: ok, jauh dekat lima ribu ya^___^
ReplyDeletememang mau kemana neng...atau lg latihan mau ngenet :))